17

0 0 0
                                    

Happy reading!

Alitza merias dirinya di depan cermin. Sesuai dengan perkataan Al, mereka akan makan malam di luar. Awalnya Alitza mengira Al akan membawa sahabatnya itu. Namun ada senang di hati Alitza karena Al tidak mengajak Reina. Kini ia bisa menghabiskan waktu dengan Al.

Tok! Tok!

"Sudah selesai?" Ucap Al di luar kamar Alitza.

"Iya sebentar!" Alitza meraih tas nya dan segera mengahampiri Al.

"Kamu cantik"

"Ha?" Alitza kebingungan mendengar ucapan Al.

"Sapi terbang tadi" Ucap Al datar dan berjalan meninggalkan Alitza.

Alitza hanya terpaku mendengar tuturan dari Al. Apa itu tadi? Barusan Al memujinya cantik? 

Alitza tersenyum, kini pipinya merah seperti kepiting rebus. Namun ia teringat perkataan Al terkahir. Sapi terbang? Memangnya bisa? Gak patah sayapnya kah? Kan berat. 

Alitza terkekeh dan segera mengejar Al yang lebih dulu berjalan keluar.

Sudah lama rasanya Alitza tidak merasakan bahagia seperti sekarang.

Tak terasa mereka sudah sampai di parkiran restoran yang mewah.

Namun itu tidak berlangsung lama ketika Al mengangkat telpon dari Reina.

"Alitza saya minta maaf. Kamu duluan saja masuk dan makan. Tunggu saya akan kembali secepatnya." Al menatap Alitza dengan tatapan yang tidak bisa di tebak oleh Alitza.

Alitza menghela nafas dan turun dari mobil. Baru saja ia teringat tasnya  tertinggal di dalam mobil. Alitza berusaha memanggil Al namun mobil Al sudah melaju menjauh.

Alitza melihat sekelilingnya, tempat ini sama sekali asing baginya. Apakah Al sengaja meninggalkannya disini? Apakah selama ini ia beban bagi Al. Dompet dan handphonenya berada di dalam mobil Al.

Apa yang akan ia lakukan sekarang? Ia benar-benar bingung.

Tetes demi tetes air jatuh mengenai wajah Alitza. Demi Reina Al tega meninggalkan Alitza di tempat yang jauh dan sama sekali tidak diketahui oleh Alitza. 

Hujan semakin deras turun namun Alitza tetap berdiri di tempatnya. Menangis itu lah yang dapat ia lakukan sekarang. 

Alitza duduk di tepi jalan dan memeluk lututnya. Membiarkan hujan membasahi dirinya dan tetap menunggu Al.

Alitza melihat ke atas ketika merasakan ada seseorang yang melindunginya dari hujan.

Tangisnya semakin pecah ketika melihat wajah orang itu.

"Hiks..hikss.. pergi!!!" Bentak Alitza.

"Gak usah cengeng" 

Alitza memukul-mukul kaki pria yang ada di hadapannya "Gue tahu lo itu gak nyata!! Pergi!! Pergi gak lo!"

Pria itu menatap Alitza bingung "Gue nyata kali bukan setan"

Alitza menatapnya sinis "Ezi!! Gue tahu lo itu cuma imajinasi gue!! Pliss pergi dari hadapan gue! Gue gak mau dikira orang sakit jiwa" Usir Alitza pada Ezi.

"Hiks..hikss Ezi kenapa lo cuma hayalan gue? Cuma lo yang ada disaat gue butuh" Alitza menelungkupkan wajahnya di atas lutut.

Pria itu terpaku mendengar tutur dari gadis yang ada di hadapannya.

"Bagaimana bisa lo tau nama panggilan gue?"

Alitza menatap Ezi dengan mata sembab, baru ingin berbicara mata Alitza buram dan kehilangan kesadarannya.

*****

Al berlari mamasuki rumah dan melihat Reina yang terluka karena memotong bawang. 

Reina tersenyum melihat Al yang begitu perhatian padanya.

"Al!" Sapa Reina kepada Al.

"Reina ini gak lucu. Saya kira kamu kenapa-kenapa. Tapi apa ini? Kamu hanya tergores pisau." 

"Tapi Al ini memang berdarah"

"Berhentilah bermain-main Rein! Kamu bukan anak kecil yang harus diperhatikan setiap saat. Saya harus meninggalkan Alitza di sana hanya untuk melihat ini?" 

Al berjalan meninggalkan Reina dengan rasa kecewe. Di sisi lain Reina berusaha memanggil dan mengejar Al namun tidak digubris sama sekali olehnya. Al mengeluarkan handphonenya dari saku dan segera menelpon Alitza.

Namun terdengar nada dering handphone Alitza berada di dekatnya. Betapa terkejutnya Al melihat tas Alitza masih berada di dalam mobilnya. Dompet dan handphone nya bahkan masih berada di dalam tas. 

Al langsung bergegas kembali untuk menjemput Alitza. Rasa bersalah muncul pada dirinya karena meninggalkan Alitza begitu saja. 

"Arrrgghhh" Al mengusap wajah nya.

Ia begitu khawatir terjadi apa-apa pada gadis itu. 

Al berusaha menelpon pemilik restoran untuk mencari keberadaan Alitza di sana namun para pelayan restoran tidak ada yang melihat Alitza.

Al menginjak gas dan mempercepat perjalanannya. Namun saat sampai di sana ia sama sekali tidak menemukan Alitza. 

Al bertanya-tanya pada warga sekitar restoran tersebut namun mereka mengatakan sama sekali tidak melihat Alitza.

"Arrrgggghhhh" Al mengacak-ngacak rambutnya.

Ia sangat takut kehilangan Alitza saat ini. Namun sudah terlambat bagi Al untuk memperbaiki semuanya. Alitza pasti berpikiran bahwa ia sengaja meninggalkannya di tempat yang jauh.

Namun ia ingin Alitza tau bahwa ia sama sekali tidak seperti itu.

Hurt By The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang