9

3 3 0
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
!
!

Alitza menuruni tangga, telinganya bergerak mendengar alunan nada yang indah. Gadis ini memeriksa dari mana suara itu berasal. Mata sayu gadis ini terhenti melihat sosok pria yang sedang memetik gitar. 

memenangkan hatiku
bukanlah satu hal yang mudah
kau berhasil membuat
ku tak bisa hidup tanpamu

menjaga cinta itu
bukanlah suatu hal yang mudah
namun tak sedetik pun
tak pernah kau berpaling dariku

beruntungnya aku dimiliki kamu

kamu adalah bukti
dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
tentang terang dan gelapnya hidup ini

kaulah bentuk terindah
dari baiknya Tuhan padaku
waktu tak mengusaikan cantikmu
kau wanita terhebat bagiku
tolong kamu camkan itu

meruntuhkan egoku bukan satu hal yang mudah
dengan kasih lembut kau pecahkan kerasnya hatiku
beruntungnya aku dimiliki kamu (ku ingin engkau tahu)

kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saat ku bernyanyi tentang terang dan gelapnya hidup ini
kaulah bentuk terindah (kaulah bentuk terindah) dari baiknya Tuhan padaku
waktu tak mengusaikan cantikmu (mengusaikan cantikmu)
kau wanita terhebat bagiku, tolong kamu camkan itu

(semua yang jadi bukti tersimpan di dalam palung hati
semua yang jadi bukti tersimpan di dalam palung hati)

kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saat ku bernyanyi tentang terang dan gelapnya hidup ini
kaulah bentuk terindah (kaulah bentuk terindah) dari baiknya Tuhan padaku
waktu tak mengusaikan cantikmu (mengusaikan cantikmu)
kau wanita terhebat bagiku, tolong kamu camkan itu, tolong kamu camkan itu

Suara yang indah itu dengan jelas menyanyikan lirik “Bukti” dari Virgoun. Alitza masih terpaku, menurutnya pria ini begitu misterius. 

Gadis ini berjalan mengelilingi rumah yang sangat besar, terlihat foto-foto masa kecil yang masih terpajang rapi.

“Biasa saja melihatnya, gue tau dulu itu gue imut” Ucap Al tiba-tiba masuk dan meletakkan gitarnya di atas kursi.

“Hueeekkk” Sindir Alitza sambil menirukan seseorang yang muntah. 

Al terkekeh melihat tingakah gadis di depannya. Gadis itu mengerutkan dahi seperti pernah melihat seseorang yang ada di foto tepat di sebelah Al. “Dia Ezi?” Tanya Alitza penasaran.

“Kamu kenal Ezi?” Al justru balik bertanya.

“Temen gue, dia tinggal di sini juga kan?” Al menatap manik indah Alitza membuat gadis itu menjadi gugup.

“Ya, tapi dia sudah di tempat yang jauh”

“Hah? Kemarin dia di sini ngobrol bareng gue” Ucap Alitza meyakinkan diri

Al mematung mendengar penuturan Alitza, bagaimana bisa gadis ini bertemu dengan adiknya yang sudah 5 tahun meninggal dunia. “Kamu yakin?” 

Alitza mengangguk yakin, karena sudah beberapa kali ia berjumpa dengan Ezi.

“Saya sudah mencarikan guru privat untuk kamu, bocah ingusan seperti kamu masih butuh pendidikan. Mulai besok kamu homeschooling!” Mata Alitza berbinar ketika mendengar perkataan Al.

Ternyata Al tidak seburuk yang dipikirkan Alitza.

“Nih, supaya kamu bisa berkomunikasi dengan saya jika kamu butuh bantuan” Al menyodorkan satu buah handphone kepada Alitza.

Alitza kegirangan dan langsung memeluk Al membuat pria itu seketika membeku.

Berani-beraninya bocah ingusan ini memeluk pria yang sampai sekarang belum pernah berdekatan dengan seorang wanita. 

“Jangan lupa cuci baju, karena baju saya sudah menumpuk” Tambah Al membuat gadis itu  melepaskan pelukannya. Alitza merenggut lantaran merasa kesal, baru saja dirinya kesenangan dan kini ia harus mencuci baju. Bahkan Alitza sendiri tidak tahu bagaimana cara mencuci baju.

“Ya, terimakasih handphone nya” Ucap Alitza lesu dan berjalan ke arah service area.

Alitza memasukan semua pakaian ke dalam mesin cuci, dan apa ini?

Alitza mengangkatnya menggunakan jari telunjuk dan jempolnya lalu berteriak.

“Om!!!! Cepetan sini!” 

Al yang mendengar bocah itu berteriak bergegas menghampirinya.

“Ini juga dicuci?” Ucapnya memperlihatkan benda berbentuk segitiga itu. 

Wajah Al berubah merah seketika merasa malu, Al menarik benda itu “Kecuali yang ini!” Ucap nya langsung pergi meninggalkan Alitza.

Alitza seketika bingung, memang pria ini sangat sulit ditebak. Alitza kembali beralih melihat mesin cuci yang tak kunjung berputar, padahal ia sudah menekan semua tombol yang tertera di mesin itu.

“Dicolokin dulu atuh neng” Ucap Ezi tiba-tiba berada di samping Alitza.

“Huooh! Ezi! Doyan bener lo ngagetin gue” Ucap Alitza merasa kesal.

“Hahahah lagian masa lu kagak tau cara mencuci” Ujar Ezi meledek Alitza. 

Alitza mengikuti semua intruksi yang diberikan oleh Ezi, mulai dari mengisi air, memasukan sabun, menekan tombol dan lain-lain.

Tanpa sadar sedari tadi Al tengah melihat apa yang sedang dilakukan gadis itu. Al merasa ada yang salah pada gadis itu, pasalnya gadis itu berbicara sendiri dan menyebutkan nama Ezi. Tidak mungkin gadis itu berbicara pada arwahnya Ezi. Al sama sekali tidak percaya dengan hal-hal yang seperti itu. Sepertinya ia harus bertanya pada Ferdian yang merupakan sahabat lama Al dari dulu hingga sekarang.

JANGAN LUPA VOTE YA GUYS :)

Hurt By The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang