Naif dan iri

208 19 4
                                    

Daffa melangkah kan kaki perlahan sepanjang kordior sekolah, lelaki itu selalu menengokan kepala nya ke segala arah, memastikan bahwa tak ada seorang pun melihat dirinya.

Ruangan musik menjadi pemberhentian langkah nya. Dengan perlahan ia membuka pintu ruangan musik dan masuk ke dalam nya.

Tangan putih itu kini mengambil gitar mendudukan bokong nya pada sala satu bangku di sana.

Dengan perlahan nada lagu mulai tercipta dari petikan gitar, hati Daffa menghangat senyumnya mengembang sempurna.

Goin' out tonight, changes into something red. Her mother doesn't like that kind of dress
Everything she never had she's showin' off..~

Lagu night changes terdengar sempurna. Siapapun yang mendengar nya pasti terpanah dengan suara Daffa, suaranya sangat lembut, terdengar sangat sopan di telinga.

Drivin' too fast, moon is breakin' through her hair
She's headin' for somethin' that she won't forget
Havin' no regrets is all that she really wants..~

We're only gettin' older, baby
And I've been thinkin' about it lately
Does it ever drive you crazy
Just how fast the night changes?

"DAFFA!"

Daffa terlonjak kaget dengan gebrkan meja, ia bingung mendapati dirinya berada di kelas. Setelah nya Daffa berdecak kesal, semua yang terjadi tadi hanya lamunan nya sesaat.

"Kamu saya panggil-panggil tak menyaut sama sekali, sudah merasa pinter kamu?" Daffa menggeleng ribut, ia tak bermaksud mendiamkan guru nya. Lamunan nya ini di luar kehendak.

"Engga bu engga, maaf saya gak fokus tadi bu." guru itu menatap malas Daffa, lalu kembali menerangkan materi. Saat ini jam menunjukan pukul setangah sebelas malam, Daffa menatap malas kertas bertulis angka di sana.

Lelaki itu tersenyum dengan perasaan pasrah.

"Walau emang gua mau, emang gua bisa dapetin itu? Hidup gua kan di tangan papah." Daffa membatin lalu kembali menulis dalam buku nya. Harusnya, di jam sekarang, Daffa harus nya sudah terlelap dengan nyenyak. Bukan menulis berbagai angka, seperti sekarang.

"Anak ayah..~" Daffa menengokan kepala, mendapati Juna menatap nya, dengan senyum hangat juga segelas susu hangat ia genggam di tangan kanan nya.

"im sorry come to late," ucap nya seraya melangkah masuk mendekat pada Daffa. "Harus nya kamu udah tidur dari jam sepuluh, karna juara satu kemarin lomba tapi ayah lupa bilang nya." lanjut nya.

"Bapak hari ini dah bisa pulang cepat yah, makasih sudah mengajar anak saya." guru pribadi itu pun tersenyum seraya mengangguk, tanpa berucap lagi ia membereskan semua barang bawaan nya, lalu berpamit dan meninggal kan Daffa, dan Juna berdua di sana.

"Tidur sama ayah ya hari ini, ayah kangen ngemanjain bungsu ayah."

Daffa mematung di tempat, dengan perasaan hangat, saat kepalanya di usak lembut oleh Juna. Dan setelah ini Daffa bertekad akan selalu belajar untuk mendapatkan kasih ayah nya.

Di balik senyum hangat Juna, lelaki itu tersenyum licik rencana nya berhasil dengan sempurna. Juan memang akan memanjakan Daffa, tapi ia juga tak segan mencaci bahkan memukuli anak itu jika gagal.

Kapal LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang