acting

216 23 6
                                    

Pelatihan di mulai. Semua anak-anak pelatihan dance berkumpul membuat satu barisan. Hari ini adalah hari pengambilan nilai, semua akan menari dan sang pelatih akan menilai nya.

Satu persatu menunjukan tarian nya, sang pelatih dengan serius mencatat nilai gerakan mereka dalam buku catatan nya.

"One two tree four five six seven eaght yeaa right! Nando you look so good like that."

Nando tersenyum saat pelatih memuji nya, gerakan Nando saat menari memang terlihat sangat enak untuk di pandang.

Nando memang selalu mendapat pujian di banding anak yang lain. Bukan tanpa alasan, karna Nando adalah anak super ambis dan cepat menghafal gerakan bahkan ia bisa mengekspresikan wajah nya sesuai dengan lagu yang sedang terputar.

"makasih bang, inggris abang makin bagus aja nih," ucap Nando dengan senyum nya, ia juga tak lupa menambah sedikit candaan di sana.

Meikel menatap malas Nando dan pelatih yang bercengkrama, "Ilah... Nando mulu di puji, gua gak pernah. Dasar pilih kasih!" ucap nya menunjukan ekspresi marah dengan tangan melipat depan dada.

Nando mencibir Meikel dalam hati nya "Ya emang dance lo jelek monyet! Apa yang mau di puji?"

"Iya gak si guys? Pelatih kita itu suka nya Nando doang." ucap Meikel tersenyum licik, ia mulai memprovokator semua orang membenci Nando.

Seseorang menyahuti Meikel "Betul anjir! Mentang-mentang anak kesayangan di puji terus." Meikel mendengar seseorang mendukung nya itu tersenyum puas, sedangkan Nando hanya diam berusaha menahan emosi nya.

Deringan ponsel berbunyi, memberhentikan semua yang ingin berucap. Sang pelatih sebagai pemilik ponsel itu segera mengangkat telepon dengan menggeser icon hijau pada layar nya.

"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" sang pelatih mengangguk mendengar suara sebrang telepon lalu ia pun menutup telepon yanh tersambung.

"Nando, kamu bisa pulang cepat ayah kamu datang katanya."

Dengan perasaan bahagia Nando melangkah kan kaki ke dalam rumah nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perasaan bahagia Nando melangkah kan kaki ke dalam rumah nya. Di lihatnya Harsa sudah berada di sana bercengkrama hangat dengan Gara, sang ayah nya di ruang keluarga.

Senyum Nando mengembang, anak itu mempercepat langkah nya menuju ruang keluarga.

"Ayaaah..."

Harsa dan lelaki sebagai ayah nya itu menengokan kepala nya ke pada Nando. Sang ayah melebarkan tangan nya dan saat sudah dekat ia pun mendekap tubuh kecil Nando  dengan erat.

"Nando kangen ayah," ucap nando di sela memeluk ayah nya. Lelaki berstatus sebagai ayah nya itu tersenyum di balik punggung Nando, tangan nya mengusap lembut kepala Nando. Harsa menghangat melihat adik nya tersenyum lebar, sudah lama senyum itu tak muncul dalam wajah Nando.

Kapal LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang