a angel

217 27 5
                                    

Jam menunjukan pukul dua belas malam. Di saat semua sedang tertidur dengan pulas mengistirahatkan hari. Lain dengan Raja yang masih saja berkutat dengan segala buku pelajaran di hadapan nya. Tangan nya padahal sudah tak kuat untuk menulis, kepala nya pun sudah sakit terasa seperti di tusuk oleh belati berkali-kali.

Makin lama, rasa sakit di kepalanya semakin terasa. Raja hanya bisa memijit pelan pangkal hidung nya dengan tangan kiri untuk meredakan rasa sakit itu. Tapi bukan nya mereda rasa sakit di kepala nya itu malah semakin menyerang. Tangan kanan nya beralih pada pinggang nya, tiba tiba saja terasa ngilu.

"S-sakit."

Mata rubah nya melihat ke segala arah, mencari obat yang mungkin akan meredakan sakit itu. Berbagai ringisan Raja terucap di tengah sakit nya.

"Bun-bunda sakit..." Dengan langkah tertaih, Raja perlahan menuju depan kamar nya. Obat yang harus ia minum sekarang, ada pada ayah nya.

Sial!

Pintu kamar nya terkunci. Raja mau tak mau menggedor kencang pintu kamar nya.

"AYAH OBAT!"

"AYAH RAJA SAKIT, BUTUH OBAT."

Raja semakin meremas pinggang yang menjadi titik sakitnya, kepalanya mulai terasa sakit seperti di hantam berbagai benda tumpul. Semua rasanya sakit, hingga Raja tanpa sadar menangis. Kaki nya mulai lemas, sampai tak kuat menopang badan. Rasanya seperti mau mati. Semua rasa sakit yang di rasa sangat menyiksa.

Pintu lebar itu pun terbuka. Memperlihatkan ayah, dengan wajah datar nya, melihat pada Raja yang sudah terlentang dengan tangan kanan meremas rambut nya dan tangan kirinya meremas pinggang.

"Gak usah lebay, sana lanjut belajar! Masih ada empat puluh lima menit lagi. Kamu baru sakit gini aja, belaga kaya mau mati." Raja tak mengubris apapun, ia fokus pada rasa sakit nya.

Melihat tak ada respon dari Raja, lelaki berstatus sebagai ayah itu mengeram kesal. "Saya bilang lanjut belajar! Apa kamu tuli?"

Raja dengan perlahan menengokan kepalanya, wajah nya sudah pucat dengan air mata yang masih mengalir. "a-ayah, obat." ucap nya menyerupai rintihan.

"Obat ayah... Kepala Raja sa-kit."

Sang ayah tidak menghiraukan rintihan Raja yang melemah, ia hanya diam berdiri menatap Raja dengan datar.

"dasar menyusahkan, lemah!" ucapnya seraya merogoh saku jas nya. Tanpa rasa kasihan, ia melempar saja totebag berisi obat. Raja membulatkan matanya dengan tenaga sisa ia menangkap tote bag dengan tangan nya.

"Minum dan lanjutkan belajar hingga jam satu sesuai persyaratan." Raja tak mengubris apapun, rasa mual terasa hebat sejak tadi ia tahan hingga akhirnya segumpal muntahan keluar hingga mengenai sepatu ayah nya.

Naik pitam sudah ayah nya sekarang. Tak segan ia menendang Raja, Namun sepertinya Raja beruntung sekarang. karena sebelum kaki ayah mengenai wajahnya, seseorang mendorong tubuh Raja hingga akhirnya Raja selamat.

"Tuan Rasya, jangan gila! Apa tuan tak punya hati, ingin menendang anak tuan sendiri?!"

"Bi Fatimah jangan ikut campur!" ya, pahlawan yang baru saja datang itu adalah Fatimah. Wanita dengan umur melampau sudah menginjak kepala lima itu Pembantu yang di percaya oleh orang tua Rasya, untuk mengurus keperluan anak laki-laki nya dan Raja cucuk nya.

Kapal LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang