•Chapter 05

24 32 0
                                    

"lahh?"






















Keenam orang pemuda harus terpaksa kembali ke sekolah di malam hari hanya untuk mencari kedua sahabat mereka yang tiba-tiba menghilang.

Ketika sudah masuk kedalam sekolah mereka berenam hanya saling bertatapan ketika tidak ada satu orangpun yang berani untuk berjalan terlebih dahulu.

"Kak. Lu yang masuk pertama deh, entar kita nyusul di belakang"suruh Abram kepada richel.

Richel mengangkat bahunya acuh, menatap Abram malas,

"Ogah, gini-gini gue juga takut kali"

Tentu saja mereka semua takut untuk masuk kedalam karena sekolah mereka jika di malam hari akan sangat menyeramkan, di tambah dengan sekolah ini jika di malam hari minim cahaya.

Bayu menatap Dimas tajam ketika merasakan pemuda itu meremas lengannya kuat, niatnya sih untuk memarahinya untuk segera berhenti meremas lengannya tapi ketika melihat raut wajah Dimas yang tampak ketakutan membuatnya menghela nafas panjang dan memilih untuk membiarkan nya.

"Kalau kita diam-diam doang di sini, kapan Athalla sama Yandri bakalan ketemu? gue tau kalian takut tapi gue lebih takut kehilangan mereka berdua. tolong hilangkan rasa takut kalian, kita harus menemukan mereka berdua secepatnya "ujar reno yang sedari tadi hanya diam

Leon mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Reno.

"Kak. Gue punya saran nih, Gimana kalau kita berpencar?"saran Leon.

"gue setuju sih, kita kan ada enam orang. Jadi buat kelompok aja, satu kelompok isinya jadi dua orang"ujar reno yang setuju dengan saran Leon.

Yang lain sebenarnya tidak setuju karena mereka takut jika hanya berjalan dua orang saja tapi mereka pasrah saja karena lebih baik mereka harus merasakan ketakutan daripada mereka nantinya akan menyesal jika saja Athalla dan Yandri tidak ketemu.

"jadi setelah selesai kita harus kembali ketempat semula. yaa udah ayo kita berpencar"

Setelah itu mereka semua berpencar ke dalam sekolah dengan senter sebagai bantuan penerangan.

Reno - Richel
Leon - Abram
Bayu - Dimas

...

Reno dan richel menyusuri seluruh  koridor maupun ruangan lantai bawah, Leon dan Abram berada di lantai dua, sedangkan untuk Bayu dan Dimas berada di lantai paling atas di lantai tiga.

Reno dan richel mulai berjalan ke seluruh kelas 12. Mereka memeriksa ruangan kelas 12 satu persatu, di kelas 12 memiliki 10 kelas.

Sudah 3 kelas yang mereka periksa namun mereka tidak menemukan apapun.

Ketika ingin lanjut mencari ke kelas sebelah mereka berdua tiba-tiba di kejutkan dengan suara gelas pecah

Pranggk

"Astagfirullah, lu dengar gak? Kek suara gelas pecah njir"tanya richel yang mulai ketakutan.

Reno sebenarnya juga sudah merasakan hawa yang tidak enak di sini dia juga sama seperti Richel yang ketakutan.

"lanjut aja. gak usah pikirin yang tadi"jawabnya dengan santai namun berbeda dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang saking takutnya.

Richel menganggukkan kepalanya sambil memeluk lengan Reno.

Prankkk

Prankkk

dua kali berturut-turut suara gelas pecah terdengar kembali membuat kedua pemuda yang berada di sana terdiam seketika bersamaan dengan angin yang berhembus kencang.

Richel memejamkan matanya ketika merasakan hawa dingin dari belakangnya, sedikit terlonjak kaget ketika leher belakangnya seperti di tiup.

"reno– gue takut" cicit richel yang kini mulai memeluk perut Reno dengan erat.

Reno yang tadinya sempat merasakan ketakutan kini perlahan rasa takut itu mulai lenyap, dia tau bahwa sahabatnya ini sangat ketakutan apalagi merasakan tubuh pemuda itu tampak bergetar.

Tanpa di duga oleh mereka hujan turun dengan tiba-tiba bersamaan dengan suara petir.

Udara dingin mulai terasa.

Reno mengelus tangan richel yang sedang memeluk perutnya sedangkan tangannya yang satu lagi dia gunakan untuk mengelus rambut richel dengan lembut.

Reno mulai kembali berjalan dengan richel yang setia memeluk perutnya.

Jantung Reno nyaris copot ketika melihat setan wanita yang sedang melayang tepat dihadapannya, dia menatap richel yang masih setia memejamkan matanya. Reno menghela nafasnya lega, untung saja richel tidak melihat setan itu

Ketika Reno melihat ke depan setan itu sudah tidak ada.

"reno"panggil richel pelan yang untung saja masih dapat di dengar olehnya.

"gue takut, kita sembunyi di kelas kita aja dulu"

Awalnya Reno ingin menolak karena dia merasa untuk tetap melanjutkan pencarian mereka.

"kita pulang aja, hm? Urusan Athalla sama Yandri besok kita cari lagi"

Richel awalnya menganggukkan kepalanya kemudian menggelengkan kepalanya.

"terus yang lain gimana?"tanya richel sambil mendongakkan kepalanya guna untuk melihat wajah Reno dengan tangannya yang masih setia memeluk perut Reno.

Tinggi richel hanya sebatas di bahu Reno jadi mau tidak mau dia harus mendongakkan kepalanya

"nanti gue telpon mereka. udah kita kembali ke tempat semula"

"Ren, maaf. Karena gue, lu kerepotan kek gini"sesal richel.

"gak papa chel, ini juga bukan salah lu kali"jawab Reno sambil terkekeh kecil.

...





Leon menghela nafasnya lelah, dia sudah sangat lelah menyusuri lantai dua ini. Lagipula mereka sejak tadi tidak menemukan apapun.

Dia melirik Abram yang sedang minum air di botol, yaa memang Abram sudah membawa beberapa cemilan dan beberapa air botol di tasnya untuk berjaga-jaga jikalau mereka membutuhkannya.

"gue juga haus, minta dong"

Leon langsung merampas botol air yang sedang diminum oleh Abram, sehingga membuat erangan protesan dari nya.

"Yaa!!, anjir lu main rampas aja. Kalo mau minta tuh ada di tas gue"

Leon terkekeh seraya menepuk-nepuk kepala Abram.

"Gak papa kali, gue haus banget soalnya"

"Kita pulang aja kali yaa? Gue ngantuk banget soal nya"

Leon hanya mengangguk kemudian mereka berjalan pergi dari sana.
























TBC

Dahlah, gak tau🗿

Bye

see you in the next chapter 😽
Thank you 🖤

ATHALLA || ON GOING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang