Dokuta-mama+15

531 50 1
                                    

  Happy reading 💕

***

    Dokter Aki bernafas berat membaca buku obat-obatan. Aki sudah tau membuat sebuah vaksin memanglah tidak semudah di bayangkan dan di lakukan bila tidak memiliki minat dalam membaca lebih jauh serta lebih dalam lagi tentang dunia pengobatan, asal muasal virus terjadi penjangkitan, dan sel inang memulai penyebarannya berkembang biak.

Seberpengalaman apa pun dirinya dalam mempelajari dunia medis, tidak semudah itu mencari instan mendapat akar dari jalan pikirnya tentang ilmu penyakit dan pengobatan sedalam itu, kecuali pikirannya sekrang terpusat penuh pada Sakura.

Banyak ninja medis mengakui ketangkasan Sakura milik tentang mencari penawar racun dalam sekali membuat percobaan.

Suara ketukan pintu membuat mata berteger kaca mata, dokter Aki semula membaca buku itu pun berpaling pada ketukan di balik benda persegi panjang berbahan kayu tersebut. Kerutan tipis di dahinya membuat tanda tanya. "Siapa?!" Dokter Aki benar-benar sangat waspada mengingat kejadian pertarungan berhasil menghancurkan sebagian ruangan rumah sakit, terutama dalam ruangan Sakura yang kini dia sedang berada di sini. Kumpulan buku di atas meja kerja Sakura menjadi saksi dari mana buku sedang dia baca saat ini.

"Ini aku dokter Aki, Kieko."

Setelah mendengar penuturan tak mencurigakan itu, dokter Aki meletakkan buku yang di pegangnya ke meja kerja milik Sakura kembali. "Bukalah."

Keiko membuka pintu tanpa mengintip seperti biasanya. Ada hal baik ingin dia sampaikan kepada dokter Aki. "Maaf menganggu mu. Sakura sensei baru saja datang bersama tim Shikamaru."

Rentina dokter Aki melebar mendapati kabar jika Sakura ternyata baik-baik saja. "Syukurlah" Dokter Aki melepas kaca mata baca kemudian di gantung ke baju di bawah lehernya, bersiap turun ke bawah menemui Sakura. Keiko ikut menyusul langkah dokter Aki dari belakang.

Sakura terakhir turun dari atas tubuh Lilya, namun baru kakinya mendarati tanah, badan Sakura seketika melemas ingin jatuh, dengan cekatan Sasuke dan Naruto secara bersamaan menahan tubuh Sakura dari arah kanan dan kiri. Menimbulkan keterjukan orang-orang melihatnya. Sakura terlalu memaksakan diri ketika memberi seluruh tenaganya untuk mengobati Ichiro waktu itu, jadilah cakra cadangannya yang belum sepenuhnya terisi membuatnya seketika kelelahan ingin jatuh, bahkan hampir membuat tak sadarkan diri.

Sakura meyunging senyum tipis mendapati dua orang selalu bersamanya sejak murid akademi, membopongnya. Sejujurnya ini membuatnya malu, tapi Sakura terlalu lelah untuk merespon atau memperhatikan detailnya, yang pasti tenanganya kini tengah terkuras. "Kalian selalu sama tidak pernah berubah." ucap Sakura, mengingat sejak dulu menganggap dirinya lemah dan hanya sebuah beban dalam tim 7 yang selalu tak lepas dari pertolongan teman satu timnya, yaitu Naruto dan Sasuke, hingga kebiasaan mereka sejak dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Itulah maksud perkataan Sakura mengatakannya.

"Sakura?!" Panggil dokter Aki menempel dua telapak tangan di atas dada mendapati Sakura di bantu berdiri oleh Naruto dan Sasuke. Tersirat jelas khawatir dari raut wajah dokter Aki. "Kau baik-baik saja?!"

"Iya, aku baik, hanya lelah saja." Jawab Sakura santai memberi lekungan senyum.

Beberapa hari kemudian Sakura membantu para dokter profesional lain untuk membuat vaksin. Kerja keras dirinya lakukan bersama dokter serta perawat ikut berpartisipasi mencari obat-obatan herbal di pegunungan, pedesaan, dan tempat sulit di jangkau. Banyak test dari meneteskan penawaran beberapa kali di teteskan melalui cairan lendir dari batuk dan bersin yang berakhir gagal. Mereka butuh persiapan matang, belum lagi mengecek kembali hasil maksimal, takutnya akan ada efek samping bagi anak, orang tua, dan lansia.

Dokuta-mama [Sasusaku] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang