Dokuta-mama+14

487 46 4
                                    

   Hy readers maaf terlalu lama posting cerita Dokuta-mama nya, soalnya agak sulit buat cerita yang ngk lama lagi selesai di akhir. Ini mungkin akan sedikit kurang menurut aku, jadi bakal ada sedikit revisi ulang Dokuta-mama part 14 ini.

Ok Happy reading 💕

***

"Biarkan aku, membantu tuan mu."

   Kuro menoleh sekilas pada sang tuan Ichiro yang menahan segala rasa sakit memegangi dada, tersirat sedih dan perasaan kasian secara bersamaan dia rasakan.

Ichiro tejatuh berlutut menopang tubuhnya yang lemah dengan satu tangan, tubuhnya bergetar."Hah!... Hah!..." nafas Ichiro terengah-engah, karena kesulitan untuk bernafas.

Kuro tanpa kata menyerong kesamping memberi jarak pada Sakura. Dia sudah tidak sanggup lagi melihat kesakitan tuannya. Mata senduh memperlihatkan semuanya. Sakura berlutut menyentuh pelan bahu bergetar Ichiro hati-hati. Namun sang empuh menyingkirkan tangan Sakura kasar tidak ingin di sentuh. Ichiro menatap tajam mata hijau Sakura. "Jangan sentuh aku!" meremat baju di dada. "Akh!"

"Aku tau kau membutuhkan pengobatan. Aku bisa merendahkan rasa sakit mu." Jelas Sakura.

Ichiro menyungging senyum miring. "Apa peduli mu?!" jedanya. "Apa bedanya! Kau sama saja seperti orang-orang itu!" geram Ichiro memikirkan kehidupannya yang menyedihkan. Di acuhkan, di asingkan, dan di campakan.

Tangan Sakura semula ingin menyentuh bahu Ichiro tertunda, setelah mendengar perkataan Ichiro. Dahi gadis merah muda tersebut berkerut, siapa orang-orang dia maksudkan?!

"Mereka berpura-pura peduli tapi sebenarnya pembohong!. Saat kami memerlukan bantuan. Semuanya membuang kami dan pergi begitu saja layaknya kami sampah. Mereka menganggap kami hanya virus pembawa penyakit!" Ichiro menarik nafas lalu membuang nafas. Nyeri di dadanya bahkan tidak lebih sakit ketimbang di campakan oleh penduduk desa suna.

Dada Ichiro sesak rasanya benar-benar sekarat dalam dadanya. Embun panas di mata mulai mengeluarkan setetes air asin bening, ketika mengingat keluarga dan dirinya di buang, sebab sakit flu dan demam keras melanda mereka. Meminta bantuan kepada penduduk desa untuk memanggilkan dokter atau perawat medis, seakan mereka hanyalah sebuah sampah tidak berguna di singkirkan begitu saja. Hanya Ichiro satu-satunya yang selamat serta bertahan hidup dari penderitaan sakit keras itu.

Semua berkat Kuro yang datang menyembuhkannya, walau kenyataannya Ichiro tidak meminta lebih untuk di sembuhkan, agar dia bisa menyebarkan Virus dan penyakitnya tahap demi tahap, membuat seluruh desa suna sekarat dan mati sama seperti keluarganya yang lain. Kuro juga tidak bisa membantu banyak menyembuhkan Ichiro, terlebih seluruh penyakit di derita olehnya sudah berada di tahap sekarat.

Ichiro memukul tanah, melampiaskan rasa sakit dan sedihnya kehilangan keluarganya. Dia benar-benar menjadi sebatang kara. "Mereka harus merasakan sakit dan mati sama seperti aku dan keluargaku!"

Semua berada disana terpaku meratapi Ichiro dalam keterdiaman masing-masing. Sebegitunya seluruh desa memperlakukan mereka dan bukannya itu terlalu kejam! Sakura menatap senduh mengusap bahu Ichiro. Memberi sedikit ketenangan untuk pemuda itu.

Naruto berada di sana mendengar semua cerita Ichiro juga mulai merasa geram, jadi teringat dirinya dulu pernah dalam posisi Ichiro. Sakit, sakit sekali di pandang sebelah mata oleh penduduk desa. Naruto menuduk kemudian mengkat kepala menatap Ichiro, perlahan berjalan mendekat memberi senyuman tipis. "Kau bukanlah sampah!"

Ichiro mengangkat kepala mendengar lontaran kata Naruto, kini berjalan mendekatinya, berlutut memberi senyuman semula tipis berubah lebih melebar memperlihatkan gigi. Rambutnya layaknya memberi sebuah cahaya matahari yang semula gelap di tutupi malam. "Kau begitu berharga." Jedanya memiringkan kepala memberi pengertian. "Biarkan Sakura-chan membantu mu, Ichiro" Naruto berdiri memberi jarak pada Sakura yang mulai mengeluarkan cahaya hijau dalam telapak tangan pada bahu Ichiro.

Dokuta-mama [Sasusaku] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang