Dokuta-mama+3

1K 94 2
                                    

   "Kenapa kita bertiga di panggil ke sini?!" tanya Naruto kepada nona Tsunade, begitu dirinya, Sasuke dan Sai di panggil ke dalam ruangan Hokage ke enam.

"Dan aku juga, ini sangat merepotkan!" jelas Shikamaru baru saja masuk dengan ke adaan pintu memang belum di tutup sama sekali.

"Sebenarnya kalian berempat." Tambah Kakashi menopang dagunya dengan kedua tangan di meja. "Saya memanggil kalian ke sini untuk membantu desa Suna!" Mereka semua terdiam saat perkataan serius keluar dari mulut Hokage ke enam, ketika menekankan nama desa Suna. "Beberapa hari kemarin Temari dan Kankuro datang, pastinya kalian sudah tau. Mereka datang karena adanya hal darurat dan meminta bantuan Sakura."

"Sakura Chan?!" kaget Naruto. Jadi selama ini dia kemana sampai beberapa hari yang lalu, hingga melupakan sekejap Sakura keluar dari pintu perbatasan Konoha?!

"Sakura di minta tolong oleh mereka untuk menjadi dokter sementara. Desa Suna belum lama mengalami virus flu dan demam. Ini sangat darurat, jadi saya meminta bantuan kalian menjaga para pasien, serta mengawasi kalau-kalau ada yang berbuat ulah. Ingat Sakura adalah aset Konoha juga, dirinya sangat penting bagi desa ini!" jelas Kakashi panjang lebar diakhir kalimat yang ingin dia katakan, dari hasil berunding bersama Tsunade belum lama ini.

"Dan untuk Shikamaru, otak cerdas mu sangat di butuhkan jadi tidak salah saya memilih kamu masuk dalam tim." Ucap Tsunade tidak bisa di ganggu gugat. "Jadi pergilah sekarang!" usul Tsunade.

"Hai!" teriak mereka serempak, walau terkecuali untuk Sasuke yang tetap diam.

Sakura berada di desa Suna di buat sibuk dan untungnya Temari dan Kankuro siap membantu dalam situasi di rumah sakit. Awal-awal gejala virus ini berasal dari anak-anak yang masih berusia 7 tahun ke bawah dan sekarang mereka di buat sibuk dalam ruangan anak. Sakura pergi ke ruangan pasien dewasa lain begitu selesai mengatasi ruangan anak, kali ini dirinya di buat sibuk lagi saat perawat lain manggilnya kesini. Virus yang di maksud memang menjangkiti, tapi tidak membuat semua orang terpapar karena ini baru awal dan Sakura harus mencegah hal itu, walau yang terkena paling banyak anak-anak yang memang rentan terkena penyakit ketimbang orang dewasa.

Malamnya Sakura memukuli bahunya yang nyeri sembari duduk di kursi batu luar rumah sakit. Dari beberapa hari lalu terus saja, pikiran Sakura tak pernah berhenti memikirkan Sasuke, bahkan ketika dirinya ingin istirahat sebentar. Mata hijau Sakura melihat langit sembari memukul-mukul bahu tanpa sadar gadis cantik itu mengantuk dan tertidur. Bagaimana Sakura tidak mengantuk selalu tubuhnya terpakai terus untuk bekerja.

"Teme!"

Sasuke menghembuskan nafas berat, padahal kakinya baru mau melangkah ke arah samping rumah sakit. Ya mereka sudah sampai ketempat ini di sore hari bertepatan senja. "Kenapa?!"

"Bukannya kita harus masuk ke dalam rumah sakit?!"

Sasuke membolakan rentina tak peduli. "Bukan urusan mu!"

"Selalu kau bersikap menyebalkan begitu, ya sudah!" Naruto memayunkan bibirnya kesal menyusul Sai dan Shikamaru yang sudah sibuk membantu para pihak medis di dalam.

Perhatian Sasuke bukan dinding, melainkan mata hitam pekatnya melihat seorang gadis berambut merah jambu yang tertidur di kursi. Tanpa sadar bibir yang memang jarang tersenyum itu sedikit tertarik, ketika langkah itu makin mendekat di depan gadis yang membuatnya tak berhenti memikirkannya. Pemuda itu berdiam diri di tempatnya dan tetap masih memandang wajah cantik itu. Kelopak mata gadis itu perlahan terbuka, di saat itulah Sasuke berpindah tempat dalam sekejap berada di balik dinding dan mengawasi dari sana.

Sakura mengusap lehernya lalu menarik lengannya ke atas, dia sedang berusaha mengumpulkan nyawa. Sakura membuang nafas lelah. "Aku ketiduran!" gadis itu beranjak dari duduknya dan pergi ke dalam rumah sakit. Sakura tau pastinya Hokage dan nona Tsunade membawa rekan tim dari Konoha untuk membantunya, itu sebabnya dia sangat santai paska sore hari ingin menjelang malam.

Sasuke masih berada di sana, pemuda itu bersandar di dinding lain. Jika seseorang melihat telinga Sasuke pastinya kalian tau semerah apa. Pemuda itu hampir saja lengah ketika Sakura akan bangun dari tidur lelapnya barusan, hanya karena terpaku dengan wajah polos Sakura saat tertidur nyenyak. "Sial!"

"Sakura chaann!!" sapa Naruto senang, tampa sadar membuat Kebisingan. Sakura dengan tangannya tanpa ragu mencubit kuping Naruto. "Awh!! Sakura Chan!!, iIttaiii!!" Sakura melepas cubitannya dan langsung menyilangkan dada kesal. "Naruto aku tidak akan menarik telinga mu kalau kau tau di sebalah mu itu ruangan anak!, mereka sedang sakit dan kalau menangis bagaimana?!. Perawat lain sudah lelah berusaha membuat mereka tertidur!" jelas Sakura geram, membuat Naruto langsung menutup mulutnya kalau dia sudah lupa dengan itu, padahal dia belum lama membaca di tempat ini ada ruangan anak. "Maaf Sakura chan!"

"Ada-ada saja kau ini!"

"Sakura!" panggil Shikamaru yang di ikuti Sai, mereka baru saja datang ketika keributan ini terjadi.

"Aku tau pesan itu, tapi tak menyangka kalian bertiga yang akan datang!"

Naruto yang menyadari keberadaan Sasuke tidak ada di mana pun menyela perkataan Sakura, walau ia tau Sakura belum mengetahui kalau Sasuke ikut datang juga. "Eh!.. Kita ada empat.. Tapi..Sasuke belum kembali!" sela Naruto menggaruk kepala yang tak gatal.

Sakura mendengar pesan tanpa sadar dari Naruto, membuat pipi putih mulus Sakura memerah karena malu. "S-sasuke kun?!" orang yang di sebut muncul dari belakang, Sakura dengan tepat gadis berambut pink jambu itu hampir terjatuh kebelakang, karena pingsan. Sasuke tiba dengan cekatan menahan tubuh mungil Sakura dari belakang.

"Sakura chaannn!!" teriak Naruto panik, dengan kesal kali ini Sai menutup mulut Naruto dengan tangannya. "Kau melupakannya lagi!" ucap pemuda pucat itu. Naruto menatap sentimen pada Sai.

"Merepotkan!" ucap Shikamaru menyilang dada sembari berbalik badan menuju pintu keluar. Tujuan mereka sekarang bertemu pemimpin desa suna terlebih dahulu. "Ayo kita pergi, kita datang hanya memeriksa sementara, sekarang kita harus pergi ke kantor Hokage ke lima untuk laporan!"

Naruto dan Sai mengikuti Shikamaru meninggalkan Sasuke bersama Sakura. Shikamaru peka dia pun berucap lagi di Kalimat terakhir. "Sasuke!, aku serahkan Sakura pada mu."

"Semangat teme!" ujar Naruto mengedipkan sebelah mata. Selalu ada tempat si pirang matahari itu menggodanya lagi dengan ledekan.

Sasuke menatap wajah Sakura yang pingsan, seutas senyum tipis muncul dari bibir pemuda itu. Sasuke melihat satu perawat yang lewat di depannya untuk sekedar bertanya di mana ruang kantor Sakura, yang di tanya pun terlihat malu dan kagum melihat dokter mereka di peluk oleh seorang pemuda tampan.

***

"Ek-hmn.. Ada yang senyum-senyum sendiri nih kwkwkw... Selamat bertemu kembali ke next cerita berikut nyaaa..."

***

-03-05-2022-

Dokuta-mama [Sasusaku] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang