Dokuta-mama+9

609 68 6
                                    

Hy!

Bertemu lagi dengan aku Sasusaku Lovers 💕

Kali ini udah berjalan ke chapter 9 maaf udah membuat kalian agak lama menunggu kelanjutan ceritanya, author butuh referensi dan imajinasi untuk satu cerita, soalnya itu agak sulit buat aku, tapi untung inspirasi ku mulai berjalan lancar walau butuh 3 hari.

Ok selamat membaca semua dan makasih sekali yang udah mendukung karya ku 💕

***

   Sasuke menuduk kepala memegang kedua tangan dingin Sakura sedari beberapa menit yang lalu tanpa melakukan sesuatu, selain menatap nanar wajah gadis tak sadarkan diri di depan matanya.

Sai baru saja sampai bersama seorang dokter pernah merawat Sakura di sampingnya. Jika saja Naruto tak memberi tahunya keadaan Sakura paska Sasuke membawanya masuk kemari, tidak mungkin Sai berada di sini sekarang. Alasan dia beberapa jam lalu menghilang dalam kerumunan para mummy, sebab dia harus mengecek seluruh ruangan rumah sakit ini, kalau saja masih ada kertas peledak atau penyusup lain sedang merencanakan sesuatu hal lebih buruk.

"Sakura?!" Kejut dokter Aki, seketika wanita sebaya itu menutup mulutnya.

Sasuke berada di sana memberi jarak ketika dokter Aki mulai mengambil alih memeriksa keadaan Sakura. Tangan pemuda itu terlihat meremat rasa berkecamuk nya, lalu pergi keluar yang langsung di susul oleh Sai.

"Apa kau begitu sangat menyukainya?" Sai memang suka sekali berterus terang, kendati setiap kata terucap dari mulutnya tak sedikit pun ia sensor.

Sasuke tak menjawab dan memilih acuh pergi menjahui pemuda pucat itu di depan pintu belum lama di tutup.

Keesokkan paginya kelopak mata sebelumnya tertutup kini terbuka di ikuti tubuh juga terduduk tegap. Pandangan mata hijau terlihat mengedar pandangan. Ada tersirat raut khawatir dan panik jelas dalam ekspresi kosong melamunnya. "P-pasien?!" Tangan lentik tak berkutek memengang kepala ketika terasa denyutan nyeri muncul akibat bagun secara tiba-tiba tadi. Keringat dingin mulai menimbulkan butiran kecil membasahi setengah wajah, badan pun mulai berkeringat.

"SAKURA-CHAN?!" Naruto buru-buru mendekat mengusap pelan punggung ringki gadis itu bergetar.

"P-pasien?!...." Sakura meremat selimut. Pikirannya tidak tenang sejak dia tidur pun masih terasa di hantui para pasien yang telah menghilang. "D-dimana?!" Butiran bening meluncur mulus membasahi pipi. Pertanyaan dia utarakan tak kunjung di jawab sedari tadi, bahkan Naruto bingung harus bagaimana? Seumur hidupnya belum tau caranya membujuk seorang perempuan, apa lagi seorang anak kecil. "Sakura-chan tenanglah!" Pemuda berambut kuning itu hanya bisa mengaruk kepala bingung menyikapinya bagaimana?! Dia sudah sangat frustasi dalam keadaan ini. Tanpa pikir panjang Naruto memberi pelukan, dia berpikir mungkin ini akan berhasil. Tangan kosong Naruto ia usap pelan sesekali menepuk seraya mencoba menenangkan.

Di lorong koridor Sasuke berjalan bersama Shikamaru, dan Sai. Mereka bertiga bertujuan mengunjungi ruang rawat Sakura. Tangan Shikamaru duluan menyambut memutar gagang pintu besi yang tak di kunci. Pandangan mereka terjegat, termangu di tempat melihat interaksi kedua insani sedang berpelukan hangat di depan mata mereka bertiga. Naruto menyadari kehadiran tersebut menoleh pandangan, dengan pelan pemuda itu melepas pelukan. Sakura merasakan pelukan mengendur dan gadis itu baru saja tersadar sedari tadi mereka berdua sedang berpelukan?! Arah mata bengkak sehabis menangis milik Sakura mengedar ke arah ketiga pemuda yang tak salah lagi dari penglihatannya, karena dia merasa sangat malu dan seketika kesal spontan meninju perut Naruto. Selalu pemuda itulah menjadi sasaran samsat untuk gadis merah mudah itu.

Dokuta-mama [Sasusaku] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang