BAGIAN 12

819 22 1
                                    

Regan berjalan memasuki rumah yang amat sepi dengan langkah lunglai.

Sepi itulah yang dirasakan Regan selama ini. Regan sempat berpikir apakah ia tidak sepenting itu sehingga kedua orang tuanya lebih sibuk dengan pekerjaan itu tanpa melihat kondisi anaknya.

Sedari dulu Regan selalu ingin mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tetapi itu tidak akan pernah terjadi sebab selama ia sakit maupun sedang sedih. Kedua orang tuanya malah asik bekerja tanpa mendirikan kondisi Regan.

Regan dari dulu selalu diurus sama pembantu yang sudah tidak muda lagi.
pembantu itu membuat Regan membayangkan betapa beruntung nya ia mendapati sosok mama yang selalu sayang padanya.

Langkah kaki Regan menuju lantai atas berjalan memasuki kamarnya berada.

Cowok itu menghempaskan tubuhnya dengan kasar serta menatap langit kamarnya dengan pikiran tentang kejadian beberapa bulan lalu.

"Ck! sial. lo buat gue gila tania" Desis cowok itu saat mendapati muka tania di pikirannya yang sedang menangis.

Termenung sejenak, Regan bergumam dengan lirih. "Apa benar itu anak gue? Kalau iya? Kalau tidak?"

"ARGHHH SIAL"

Memikirkan itu membuat regan bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi membersihkan diri supaya menjernihkan pikirannya.

•••

Tania menatap langit penuh dengan bintang. Saat ini cewek itu sedang berada di balkon kamarnya.

Sedari tadi pikirannya tertuju pada seorang yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Kak regan baik baik aja kan disana?" Gumam cewek itu tanpa sadar

Beberapa saat kemudian, tania menggeleng kepalanya dengan keras.
"Lo apa apaan sih tania! Dia itu gak akan mikirin lo. inget gaakan pernah!" ujarnya dengan diri sendiri.

"Gue gak munafik, gue kangen sama lo kak" lirih tania dengan tangan mengelus perutnya yang sudah membesar itu.

Apa kak regan masih gak mau ngakuin anaknya ini? Batin tania

Tidak mau berlama lama berpikir, tania melangkah memasuki kamarnya dan turun kebawah dimana jeje sedang menonton film.

Bunyi langkah kaki membuat jeje menoleh mendapati tania yang sedang sedikit kesusahan turun tangga.

Jeje beranjak dari duduknya melangkah menuju tania dan menuntun sahabat nya agar tidak terjadi apa apa pada ibu dan anak itu.

"Lu tuh susah ya dibilangin! Mending lo pindah kekamar tamu aja deh. gue tuh ngeri plus takut saat lo naik turun tangga" Omelan jeje membuat tania mendesah kasar. dari kemarin pembahasan itu mulu sehingga membuat tania muak.
"Gue gapapa je. naik turun tangga bisa buat gue jadi rileks dan melahirkan secara normal" Jelasnya dengan memutar bola mata malas.

"Itu sih mau lo! Pokoknya mulai besok lo harus pindah kamar yang ada dibawah!" Nada ucapan jeje tidak bisa diganggu gugat sehingga membuat tania menganggukkan pasrah.
"Terserah lo deh" Ujarnya.

"Dan besok gue sama yang lain bantu lo pindahin barang lo ke kamar tamu"
Tania hanya ngangguk saja toh. mau menolak juga pasti tidak akan selesai ujung ujungnya.

•••

Keesokan harinya, tepatnya pukul 9 pagi dimana hari minggu saatnya bersantai santai, tetapi tidak dengan jeje dkk mereka bertiga sedang memindahkan barang tania ke kamar tamu.

Kegiatan itu berawal dari jeje yang dari pagi, sekitar jam 6 sudah membuat vivi dan zeze berada di rumahnya dengan muka kesal. bagaimana tidak kesal? Pagi pagi sudah bangun tidur dan menuju kerumah jeje dengan akal akalan tania akan melahirkan. keduanya yang mendapat telpon itu segera menuju rumah jeje tanpa adanya mandi maupun berkemas kemas.

Tania StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang