BAGIAN 17

785 34 5
                                    

Sepulang dari toko es krim, kini keduanya sudah berada di mansion.
Tania yang sedang dikamar, serta lian yang sedang asik menonton film kartun di bawah, ruang tv.

Vander yang baru saja turun dari tangga melihat lian yang begitu fokus menonton kartun di tv. Seketika otaknya merencanakan sesuatu.
dengan senyum lebarnya, pria paru baya itu melangkah menuju lian.

"Hey boy, fokus sekali menonton kartun itu" Lian menoleh ke samping, menatap datar vander tanpa minat membalas perkataan itu.

Melihat anak dari cucunya, vander mengelus dada penuh sabar.
"Jangan terlalu fokus, nanti kau akan mirip sama dua kembar botak itu" Tentu itu hanya sebuah candaan.

Memutar bola matanya, lian menatap sebal vander. "Diam lah, aku tidak mau mendengar suara mu" Sahut lian

"Dan, lihat dengan baik baik. Lihat disana, salah satu bocah kembar itu ada rambut, kau tak melihatnya?" Sambung lian sembari menatap tv.

"Yayaya, i know. boy jangan terlalu begitu, aku hanya bercanda, jangan anggap serius ucapan diri ku ini"

"Jangan mengajak ku bercanda, aku tidak suka" Sewot lian melirik sekilas vander.

Sudah, vander merasa tak kuat ngomong dengan lian. bocah itu sangat menyebalkan serta menjengkelkan.

Segera melangkah mendekati sofa yang berada di ruangan tv itu. tanpa melirik lian, vander menyenderkan badannya dengan menatap langit langit atap. membayangkan lian yang sudah besar nanti membuat vander terkekeh pelan. emang kalau lian sudah besar, ia akan melihat anak itu? umur sudah tua, vander hanya berdoa agar dikasi umur yang panjang serta mendoakan istrinya.

Lian yang melihat grandpa nya terkekeh itu bergidik.

"Gila" Celetuk Lian tiba tiba

Vander yang mendengar itu menatap Lian sembari melotot. "Apa kau bilang? Gila? Hah! yang benar saja kau" balas nya sinis.

Rasanya vander ingin menglakban mulut kecil itu. hey dirinya tak gila. kenapa bocah itu mengatakan dirinya gila.

Lian mengedik bahunya.
"Aku tidak sedang bicara dengan mu, grandpa. jika kau merasa, itu bukan salah ku"

"Kalau kau bukan anak dari cucuku sudah ku tendang dari mansion ini dari dulu" Sudah, tingkat kesabaran vander terkuras habis.

"Kalau kau tendang aku... Kurasa tidak akan kuat" Lian menjeda omongannya. Bocah itu melirik vander yang menatap nya penasaran.

"Lihat kau angkat pot bunga aja sudah tak kuat. apalagi tendang aku, pinggang mu akan sakit, bukan? " Lanjut Lian tersenyum miring.

"TANIA, LIHAT ANAK MU INI, DIA SUDAH PANDAI MENGEJEK KU"

•••

Regan menatap jam sekilas.
Keduanya sedang berada di apartemen.
dan kini keduanya sedang bersiap siap menuju salah satu hotel dimana acara pertunangan rekan bisnis nya diadakan.

Tak butuh waktu lama, keduanya sampai di hotel tersebut.

Suasana hotel tampak meriah dan terdengar suara berisik serta riuh itu.
disana terdapat beberapa orang yang membawa kamera. tentunya setiap acara ataupun hal yang penting pasti setiap ada kamera yang mengintai acara.

"Gilak, banyak banget tamunya" Alvin berseru saat melihat begitu banyak acara tunangan itu.

Regan pun mengangguk, menyetujui ucapan Alvin.

Regan malam ini tampak tampan dengan jas berwarna hitam polos itu.
rambutnya yang tersusun rapi serta wangi farfum yang membuat siapa aja berada didekatnya akan merasa nyaman. begitu juga dengan Alvin, pria itu memakai jas berwarna hitam polos juga, serta rambutnya yang sengaja di belah dia membuat pria berlesung pipi itu terlihat tampan.

Tania StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang