16

6.3K 624 29
                                    

¤▪︎¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤▪︎¤

Mata itu mengerjap lemah, menyesuaikan pandangannya yang terlihat buram. Mencoba mencari titik fokusnya. Setelah beberapa kali berkedip lemah akhirnya pandangannya tak lagi buram. Dapat ia lihat langit-langit ruangan yang berwarna putih tulang.

Jean sentuh permukaan wajahnya yang tertutup masker nebulizer, lalu menatap sekeliling.

Pandangannya jatuh pada sosok remaja di sofa sudut ruang. Tengah tertidur dengan lelap, sosok itu adalah Sagra.

Jean ingat, terakhir kali hal yang ia ingat sebelum jatuh pingsan adalah ia melihat kakak kelasnya itu berada di depan rumahnya.

Lama memandang wajah terlelap Sagra sambil melamun, membuat bocah itu tak menyadari jika yang di tatap telah bangun.

"Lo udah bangun?" Pertanyaan yang sebenarnya tak perlu di tanya itu terlontar dari bibir Sagra.

Sambil berjalan mendekat pada brankar Jean.

Jean tak menjawab hanya menatap bola mata tajam itu dengan sayu.

Clek...

Pintu terbuka menampilkan sosok ber-jas putih, atau biasa kita sebut dokter.

"Sudah lama sadarnya?" Tanya sang dokter dengan name tag Wana. Tak lupa tangannya sibuk menempelkan stetoskop pada dada Jean.

"Masih merasa sesak? Tanya dokter Wana kembali. Jean hanya menggeleng lemah.

Wana mengangguk lantas memerintahkan pada suster yang kini menjadi asistennya, untuk melepaskan masker oksigen itu.

"Dok saya sudah boleh pulang gak?" Tanya Jean pelan, maklum dirinya masih lemas sehingga untuk berbicara pelan saja sedikit sulit.

Dokter Wana tersenyum tipis, berbeda dengan Sagra yang sudah mau meledak, apa-apaan anak ini pikirnya, meminta pulang disaat baru saja siuman dari pingsannya yang hampir empat jam lamanya.

"Untuk malam ini jangan dulu, kamu baru bangun kan. Setidaknya tunggu hingga esok pagi, jika sudah pulih akan saya izin kan pulang" Jawab dokter Wana membuat Jean mengangguk mau tak mau.

Setelah itu dokter Wana beserta suster yang bersamanya meninggalkan ruangan Jean. Sehingga menyisakan sosok Sagra dan Jean saja di sana.

Jean melirik jam dinding, sudah pukul sebelas malam.

"Kak makasi udah bawa aku kesini, Kakak pulang aja. Udah larut nanti di cariin sama orang rumah, buat biaya rumah sakitnya nanti aku ganti Kak" Ujar Jean membuat Sagra menatapnya tajam.

JEAN [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang