Abyss of Darkness II

3.9K 131 1
                                    


Setelah perkataan Davin yang dengan nada jijik diakhirnya, Flora saat ini berada disebuah kamar dengan nuansa hitam yang mendominasi, lampu remang, dan pemandangan jendela yang menampakkan hutan yang gelap. Menakutkan.

Dengan tangan yang dirantai di sisi ranjang, Flora tak bisa melakukan apa apa saat ini.
Ia hanya bisa berdoa pada sang pencipta, agar ada seseorang yang akan menjadi superhero untuk menyelamatkan dirinya.

"Fira hiks.." isak tangis Flora.

Ceklek.

Pintu tebuka, menampilkan seorang lelaki dengan pakaian casual nya yang membuatnya semakin tampan.

Melihat sang gadis yang terisak, Davin dengan cepat menghapus air mata yang bertengger dipipi gadisnya.

"Cupp, don't cry sweety," ucap Davin lembut, tetapi bagi indra pendengaran Flora, itu suara yang sangat amat menyeramkan.

"Sweety, look at here," ucap Davin dengan nada yang lembut, tetapi dihiraukan oleh gadisnya membuat ia geram!

Davin dengan cepat mencengkeram kedua pipi Flora membuat Flora mau tak mau menoleh ke arah lelaki yang paling ia benci.

"Persiapkan dirimu sweety, lusa kita akan menikah, jadi bahagia lah," ucapan mutlak itu meluncur begitu saja dari bibir tebal Davin.

"Lo gila?!" tanpa sengaja Flora menyuarakan dengan nada tinggi yang mampu membuat Davin semakin geram.

Namun, Davin mengabaikan itu, karena dirinya ingin memberitahukan sesuatu.

"Sweety, nanti setelah kita menikah, aku akan memberikanmu hadiah yang akan selalu kamu kenang sayang."

"GAK! gue ga bakal mau nikah sama lo! nikah sama lo malah bikin gue tambah tertekan bajingan!" cukup sudah Flora menahan diri selama ini, sudah cukup.

"Ini adalah pernyataan bukan pertanyaan!"

"Dasar brengsek!" desis Flora sembari memandang Davin dengan tatapan benci yang amat kentara.

"Junoo..." tanpa sadar lagi, Flora menyuarakan lelaki yang selama dirinya tinggal di Korea menemaninya, dan menjadi teman terbaik nya setelah Fira.

Davin yang tak sengaja mendengar apa yang diucapkan Flora, ia dengan cepat mengambil sesuatu di saku celananya.

Pisau lipat.

"Kamu sudah lancang menyebutkan nama lelaki lain sweety, aku sudah geram! kamu selalu membantah!"

Davin menarik tangan Flora kencang tak memperdulikan tangisan histeris Flora karena tangannya yang sudah memerah hampir berdarah karena gesekan dari rantai yang membelit tangannya.

Sreekk..

"ARGHH!"

"D-Davin, hiks udah! a-ampun Davin! aku salah! hiks s-sakit," rintih Flora, tetapi dihiraukan oleh Davin.

"Shh."

"S-sakit Davin..."

"A-aku minta maaf.."

Segala permohonan maaf dan rintihan dari Flora tak dihiraukannya.

Terlihat tulisan 'milik Davin' dilengan bagian kanan Flora, itu adalha karya yang diciptakan Davin barusan.

5 menit setelahnya, Davin tak mendengar apa apa lagi, dan saat mendongakkan kepalanya, ia melihat gadisnya sudah pingsan.

Ada secuil rasa penyesalan di lubuk hatinya, tapi ini hukuman karena selama ini gadisnya meninggalkan nya, meninggalkan dirinya yang hampir gila sendirian disana, tak menemukan jejak apapun, sampai seminggu kemarin, ia berhasil menemukan dimana gadisya berada, di Korea. Dan yang apling membuatnya murka adalah ketika mengetahui bahwa gadisnya sangat dekat dengan Juno, teman Fira.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang