Di depan cermin, Syarah menatap dirinya, merasa mengingat Jeno kemarin yang ternyata bukan menebaknya. Tapi Syarah sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja, Syarah tidak ingin pertemanannya hancur hanya karena masalah seperti itu.
"Ra, lo perlu yakin, semua akan baik-baik aja," Syarah berpikir sejenak, jika dia bertemu Jeno saat ingin jemputnya pergi bersama ke sekolah.
"Kalau Jeno datang jemput gue?"
"Nggak, gue juga udah tebak, Jeno pasti akan jemput Aura ke sekolah. Lagian Jeno sama Aura udah pacaran, jadi gue nggak berhak di antar jemput lagi sama Jeno."
Mungkin perasaannya kepada Jeno masih belum bisa dilupakan untuk Syarah. Tapi Syarah akan sebisa mungkin bersikap biasa di hadapan Jeno.
Syarah kemudian turun, melihat Tamara yang sedang sarapan.
"Ma" panggil Syarah berjalan mendekati Tamara.
Tamara menoleh, menatap putri sulungnya itu. "baru aja selesai? Sini makan dulu, Mama udah goreng nasi, kamu suka nasi goreng kan?"
Syarah mengangguk "Suka, tapi aku mau pergi ke sekolah pagi-pagi banget hari ini Ma, mau olahraga jam pertama."
"Tapi sarapan dulu sayang, Jeno aja belum datang jemput kamu."
Syarah merenung, bingung untuk membahas sesuatu pada Tamara. "Ma" panggil Syarah, gadis itu ikut duduk pada akhirnya.
"Ada apa?"
"Ma, anterin aku ke sekolah ya?"
Tamara sedikit terkejut. "Emang Jeno nggak mau jemput kamu? "
Syarah mengeleng, "Jeno udah punya pacar, aku nggak mau jadi beban Jeno lagi Ma."
Tamara begitu terkejut saat mengetahui Jeno sudah punya pacar, Tamara tahu putri sulungnya itu suka pada Jeno. Tetapi Tamara hanya bisa diam menunggu Syarah dan Tamara lebih dekat dari biasanya. Namun takdir berkata lain
"Yaudah, tapi kamu sarapan dulu, Mama pasti anterin kamu."
Syarah tersenyum, Tamara yang sangat mengerti tentang dirinya. Detik berikutnya Syarah memeluk lalu mencium pipi Tamara. "Makasih Ma, aku sayang Mama."
"Tapi kamu sarapan ya?"
Syarah mengangguk. "Iya Mama sayangku."
Setelah sarapan, Syarah kemudian ke depan berjalan menunggu Tamara yang akan mengantarnya ke rumah. Syarah nampak terkejut, melihat mobil berwarna putih baru saja dibeli.
Syarah berusaha mengingat, jika mobil papanya, sekarang sedang berada diluar kota, apa lagi Tamara mobilnya berwarna hitam.
"Mobil siapa ya?"
Saat bertanya-tanya pada dirinya, seorang pemuda keluar dari mobil, dia berjalan santai. tersenyum menatap ke arah Syarah. "Ra, aku anterin."
"Jeno, mobil itu kamu?"
Jeno mengangguk, "iya gitu, Aura nggak suka di antar make motor, mumpung Mama pengen beliin aku mobil, aku iyain aja mau ganti kendaraan."
"Oh gitu" Syarah tersenyum kecil. "Tapi maaf Jen, aku udah minta tolong sama mama, mau anterin aku. Kamu anterin aja Aura, Aura mungkin udah nunggu."
Jeno mengkerut keningnya heran."Kenapa? Kita bisa bareng perginya, lagian aku bawa mobil."
Yang ada, gue sama Aura bakal bertengkar di dalam mobil, lagian pacar lo Aura Jen.
Syarah tersenyum tipis. "Tetap nggk bisa Jen, kamu bisa anterin Air aja. maaf udah ngeropotin kamu selama ini."
Tepat di saat itu, mobil Tamar akhirnya keluar dari garasi, "maaf, Mama udah nunggu, aku duluan." Syarah berjalan, namun Jeno segera menarik tangan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAIVSYARAH [On-Going]
Novela JuvenilJika Syarah mencintai Jeno, apakah Jeno akan mencintainya juga? itu yang sering muncul di benak Syarah. mencintai hanya sepihak, tanpa terbalaskan apapun, tetapi Syarah dengan sabar menunggu Jeno Saktiawan Sinaga mencintainya, Syarah hanya tidak ing...