Jika ada yang bilang indah menjalani dua hubungan dalam satu waktu, let me tell you something, it is tiring. Untuk kamu yang memang haus akan atensi. Haus akan pengakuan. Haus akan kasih sayang, indah memang dikerumuni oleh rasa sayang yang lebih dari 1 orang. Namun saat itu yang kurasa adalah perasaan lelah, takut, cemas. Ariz begitu menyayangiku. Sal pun menunjukan rasa sayangnya dengan caranya sendiri. Saat itu aku dan kamu bersepakat Sal untuk mengakhiri hubungan lama kita dan saling memilih satu sama lain. Namun tidak pernah benar-benar ada tenggang waktu kapan itu dilakukan. Hari-hari semakin banyak kebohonganku kepada Ariz. Namun bukan berarti aku tidak sayang atau mencintainya. Aku sangat sayang. Namun karena rasa itu, kuputuskan untuk berpisah dengannya. Dia layak dapatkan orang terbaik. Bukan aku tidak ingin melayakan diri ini, namun rasa ini akan terus terbagi meskipun aku memilihnya.
23 Oktober, kali pertama kulihat Ariz menangis. Kali pertama kulihat dia marah kepadaku. Marah karena dirinya dianggap tidak diberikan kesempatan. Marah karena menurutnya aku putus dengan alasan yang sepele dan bisa diperbaiki. Ariz adalah sosok yang sangat lembut hatinya. Namun setiap berjalan bersamanya, dia seperti memasang jarak, berjalan canggung, dan selalu menoleh seperti sedang diikuti. Hal tersebut selalu terjadi dan awalnay tak pernah kugubris. Namun hari itu sangat terlihat jelas bahkan dia menghindar dan meninggalkanku berjalan di mall karena ada kenalannya dari arah sebrang berjalan kearah kami. Seperti kurang jarak antara kami, dia pergi agar tidak terlihat. Itu menjadi awal pertengkaran dan tangis kami berdua. Dia menangis karena merasa ini tidak adil, aku menangis karena aku tau aku masih sangat menyayanginya tapi tak ingin kusakiti terus dia dengan kenyataan bahwa aku selingkuh darinya dengan sosok yang sangat membuatnya merasa rendah diri.
Dengan emosi dia meninggalkanku. Tanpa menoleh dia masuk dengan membanting pintu mobilnya dan pergi begitu saja. Frustasi. Tak pernah kukira saat itu aku melepaskan seseorang yang benar-benar sangat berharga dan tak akan bisa kugapai lagi. Kecewa dengan diri sendiri, kulampiaskan emosi pada benda terdekat, dan saat itu, kubanting dan pecahkan ponsel yang ada ditanganku dan menangis. Menangisi seseorang yang sangat mencintaiku namun kupaksa untuk pergi.
Saat berita ini sampai ketelingamu Sal, apa kamu masih ingat umpan balik yang kamu berikan?
Kamu tersenyum dan tertawa lalu berkata "berarti tinggal aku yang belum". Saat itu kuberharap banyak akan keputusan yang akan kamu ambil Sal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kukira
Teen FictionUntuk diriku yang bersahabat denga tisu, sebab tak pernah kemarau cinta dan air mata itu darimu.