Part 5 : Bandit

13 1 0
                                        

Damian begitu khawatir mendengar kabar istrinya pingsan dan ia baru saja sampai di camp medis. Ia masuk ke dalam lalu menghampiri dokter Alex yang baru saja memeriksa keadaan Joan.

"Alex, bagaimana keadaannya?" Wajah Damian tampak sangat panik dan khawatir sampai ia tidak bisa bernafas dengan teratur.

Alex mencoba menenangkannya. "Joan baik-baik saja, dia hanya kelelahan." Ucapnya. Namun tetap saja Damian masih khawatir. Bagaimana tidak? Wajah Joan terlihat pucat.

Millicent datang bersama Edward.

"Damian." Panggil Edward. Damian menoleh lalu mendekati Edward.

"Sebaiknya kau pergi menemani putri mu, dia tidak ingin bertemu dengan siapapun kecuali kau." Ucap Edward. Damian mengusap wajahnya lalu menghela nafasnya.

"Bagaimana bisa Joan jatuh pingsan?" Tanya Damian kepada Millicent. Millicent menatap adik bungsunya yang sedang terbaring lemas di ranjang.

"Ia selalu mengeluh sakit kepala saat kita sedang memasak, tiba-tiba saja ia tidak sadarkan diri." Millicent mendekati Joan dan mengelus surai rambut pirangnya.

Damian menundukkan kepalanya dan menutup kedua matanya berusaha untuk tetap tenang. Alex memeriksa buku catatannya dan berkata kepada Damian. "Apakah Joan memiliki Anxiety?" Tanya Alex.

"Anxiety?" Edward berusaha memastikan ucapan Alex.

Alex menghela nafasnya berat dan menunjuk cacatan pemeriksaan Joan tadi. "Ia memiliki kecemasan yang berlebihan."

"Oh Tuhan.. aku bahkan tidak tau." Ucap Millicent tampak terkejut dan shock. Edward dan Damian pun juga terlihat cemas. Pasalnya Joan memang selalu mengkhawatirkan orang-orang yang ia cintai secara berlebihan namun ia tidak pernah mengakui kalau ia memiliki inxiety, ia hanya menyebutnya sebagai kecemasan yang biasa.

Damian mendekati Joan lalu menggenggam tangan istrinya dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Melihat itu, Millicent, Edward dan lainnya hanya terdiam. Mereka ikut merasakan apa yang dirasa oleh Damian.

"Bersabarlah, Damian." Edward pun menepuk pundak Damian yang masih menangis sambil menggenggam erat tangan Joan, Damian pun mencium kening Joan sebelum pergi keluar dari camp karena ada sebuah panggilan darurat dari salah satu penjaga.

Setelah kepergian Damian, Alex memeriksa kembali kondisi Joan. Edward dan Millicent hanya memperhatikan Joan yang masih belum tersadar dari pingsannya.

"Walaupun Damian seorang militer yang ditakuti dan kasar, nyatanya ia seseorang yang berperasaan juga." Ucap Edward tersenyum kecil.

Millicent menyenggol lengan adiknya itu. "Bicara apa kau ini." Millicent lalu tersenyum menatap Joan. "Damian begitu mencintai Joan, wajar saja kalau Damian sampai menangis seperti itu." Ucapnya lagi. Edward mengangguk mendengar ucapan kakaknya.

Alex yang sedari tadi hanya mendengar percakapan kakak beradik itu pun menoleh kepada mereka berdua dengan senyuman manisnya yang bisa membuat siapa saja luluh. Seperti sekarang, Millicent terlihat menahan rasa salah tingkahnya melihat senyuman manis dokter tampan itu.

"Joan begitu beruntung dikelilingi oleh orang-orang baik dan selalu ada untuknya." Ucap Alex seraya memberikan beberapa obat dan vitamin kepada Millicent.

"Joan akan segera siuman, jadi tidak perlu khawatir." Ucapnya lagi setelah itu pergi meninggalkan Edward dan Millicent disana.

Berpindah ke sisi Jennifer yang sedang bermain bersama Nick, Leo, Hugo dan 2 anak perempuan seumuran dengannya bernama Hazel dan Sophia. Mereka tengah bermain di sebuah taman bermain kecil yang dipenuhi oleh lukisan-lukisan indah terdapat di bagian permainannya. Para warga sengaja membuat taman bermain kecil seperti itu karena mereka ingin membahagiakan anak-anak kecil yang ada di camp agar tidak bosan selalu mendekap di dalam rumah.

End Of DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang