Part 1 : Tempat berlindung

18 1 0
                                    

1 tahun kemudian

Seorang gadis kecil bernama Jennifer sedang bermain-main bersama anjing kesayangannya di halaman belakang rumah, ia begitu kegirangan melihat tingkah lucu anjingnya yang bernama Bruno sedang mengacak-acak isi kotak mainan milik Jennifer. Bruno terus mengeram menatap isi kotak mainan tersebut, berpikir ada sesuatu yang berbahaya di dalamnya.

Jennifer mendekati Bruno dengan senyuman manisnya, menyuruh Bruno untuk tidak mempedulikan isi di dalam kotak mainannya.

"Bruno, kemarilah." Pinta Jennifer seraya berjongkok, Bruno menggonggong dan berlari mendekatinya.

Jennifer mengusap anjing berjenis Doberman pinscher itu dengan gemas. "Kenapa kau begitu menggemaskan?" Ucapnya seraya tersenyum menatap Bruno, namun Bruno hanya diam dan duduk menatap balik Jennifer. Jennifer menggelengkan kepalanya lalu berdiri, membersihkan bajunya yang terlihat sedikit kotor akibat duduk di rerumputan.

"Jennifer." Panggil seseorang dari belakang yang membuat Jennifer menoleh, mendapati seorang wanita berusia 27 tahun sedang tersenyum kepadanya.

"Ibu? Ada apa?"

Ibunya berjongkok menyesuaikan tinggi dengan Jennifer yang pendek dan mungil. "Sudah lama kau bermain dengan Bruno diluar, sayang. Mengapa tidak bermain dengan adikmu di dalam?" Ucap ibunya yang bernama Joan.

"Dia sudah bangun?" Tanya Jennifer, mengusap pelan kepala Bruno yang mendekati kakinya.

"Sudah 5 menit yang lalu. Masuklah dan bermain-main dengannya. Ibu akan memberikan Bruno makan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam." Joan berdiri lalu mengusap rambut hitam milik Jennifer. Ia menyuruh Bruno mengikuti dirinya untuk pergi ke kandang, lalu ia menuangkan makanan anjing ke dalam mangkuk milik Bruno. Setelah itu Bruno langsung memakannya dengan lahap.

Melihat itu, ia pun merasa senang dan mengusap kepala Bruno. Sedangkan Jennifer sendiri pergi menemui adiknya di dalam rumah. Gadis kecil berumur 10 tahun itu berlari kecil menuju ke lantai 2 rumahnya, berjalan pelan ke pintu kamar adiknya. Di depan pintu kamar adiknya terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan Hugo terpampang cantik disana.

Jennifer memutar knop pintunya dengan pelan, kepalanya menongol masuk melihat apakah adiknya benar-benar sudah terbangun atau belum. Ternyata Hugo sedang asik bermain dengan mainan Dinosaurus miliknya. Jennifer pun masuk ke dalam menghampiri adiknya yang masih berusia 7 tahun.

"Hugo, kau sedang bermain dengan Dinosaurus ya?" Jennifer duduk di sebelah adiknya, ikut bermain dengan Hugo.

"Iyaa, ini namanya T-rex. Lucu kan?"

Hugo memperlihatkan mainan T-rex nya kepada kakaknya. Sambil tertawa, Jennifer mencubit pelan pipi Hugo gemas. "Kakak jangan mencubit pipiku, sakit tau!" Ucap Hugo kesal seraya memegang pipinya yang dicubit oleh Jennifer.

Jennifer hanya tertawa gemas melihat ekspresi wajah kesal adiknya itu. Lalu ia bermain-main dengan adiknya sampai-sampai kakak beradik itu tidak menyadari ada Joan yang menatap mereka dengan senyuman di ambang pintu. Hanya melihat kedua anak-anaknya bermain bersama dengan akur membuat Joan begitu bahagia.

Joan mendengar bel rumah berbunyi menandakan seseorang datang ke rumah. Dia segera pergi ke lantai bawah dan membukakan pintu. Ternyata yang berkunjung ke rumahnya adalah kakak pertamanya. "Oh, Millicent?" Joan mempersilahkan Millicent untuk masuk.

"Ada apa kau datang kemari?" Tanya Joan sembari menutup pintu. Millicent pun tersenyum. "Tidak ada, aku hanya merindukan kedua ponakan ku. Dimana mereka?"

"Mereka ada di atas." Ucap Joan. Millicent langsung pergi begitu saja ke lantai 2 tanpa berkata apapun kecuali senyuman cerianya, meninggalkan Joan yang hanya berdiam diri dan menatap kakaknya itu dengan gelengan kepala. Ia sangat heran dengan wanita berkepala 3 itu, setiap kali datang ke rumahnya hanya untuk melihat dan bermain dengan kedua ponakan kesayangannya.

End Of DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang