Part 8 : Pangkalan militer

14 1 0
                                    

Di tengah malam yang sunyi, Jennifer tengah duduk termenung di bangku pekarangan rumahnya yang menghadap langsung ke jalan perumahan yang terlihat sangat sepi. Hanya ia seorang lah yang berada diluar, namun tidak banyak juga penjaga yang berpatroli dalam camp melihat keberadaan Jennifer yang sedang duduk sendirian diluar. Sudah beberapa kali para penjaga menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah namun karena Jennifer yang keras kepala, para penjaga pun mengalah.

Jennifer menggunakan jaketnya untuk menghangatkan tubuhnya di udara tengah malam yang begitu dingin dan menusuk kulitnya. Ia termenung sambil menatap gantungan kunci yang ia pegang sedari tadi. Tak bisa di pungkiri bahwa ia selalu memikirkan Mickey. Pria yang tak ingin memperlihatkan wajahnya itu selalu berada di pikiran Jennifer sampai-sampai ia tak bisa tertidur dengan nyenyak.

Baru saja memejamkan matanya, Jennifer tersentak ketika seseorang dari samping menepuk pundaknya. Saat ia mendongakkan kepalanya, "Aunt Millicent?"

Millicent tersenyum kecil menatap ponakannya. Ia pun duduk di sebelah Jennifer lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket tebalnya.

"Sedang apa kau sendirian di tengah malam begini?" Tanya Millicent, Jennifer hanya menghela napasnya tanpa menjawab pertanyaan dari bibinya itu. Millicent yang khawatir pun memegang tangan Jennifer yang sedang menggenggam sesuatu.

"Aunt Millicent, bolehkah aku mencintai dua orang sekaligus?" Millicent hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Jennifer, ia lalu mengangkat satu tangannya untuk menyelipkan anak rambut Jennifer ke belakang telinganya.

"Mencintai lebih dari satu orang itu wajar, sayang. Tetapi apa kau yakin kau mencintai kedua orang tersebut? Cinta.. hanya dirasakan ketika kau benar-benar menyayangi seseorang. Bukankah begitu?"

Jennifer terdiam dengan kepala tertunduk menatap gantungan kunci berbentuk kucing di tangannya. "Aku mencintai Leo. Tapi aku tidak pernah merasakan adanya cinta atau kasih sayang darinya. Dia seperti mengacuhkan aku ketika aku berusaha memberikannya kasih sayang." Ucapnya membuat Millicent terdiam dan hanya mendengarkan Jennifer.

"Tapi.. tadi sore saat Leo memelukku untuk pertama kalinya, aku rasa ia menyayangiku."

Millicent mengangkat dagu Jennifer dengan jari telunjuknya. "Apa yang kau bicarakan, Jen? Leo sangat mencintaimu. Kalian selalu bersama selama 16 tahun lamanya. Leo memang anak yang sedikit tak penurut, nakal, dan juga sedikit keras kepala seperti mu. Tapi walaupun begitu ia sangat menyayangimu. Dengan segala cara ia ingin selalu melindungi mu dan memberikan mu kasih sayang yang lebih. Hanya saja ia tak ingin memperlihatkannya secara terang-terangan." Ucap Millicent dengan suara yang lembut sambil mengusap rambut Jennifer dengan pelan.

Jennifer tersenyum tipis. "Benarkah begitu?" Millicent mengangguk pelan.

Jennifer menghela napasnya sebelum kembali membuka suara. "Aku bertemu dengan seorang pria saat aku sedang menikmati senja di dekat sungai. Ia seperti orang baik, kita berkenalan dan ia mendengarkan ku bercerita tentang matahari terbenam. Ternyata ia juga menyukainya, aunt." Ia menghela napasnya lagi sebelum melanjutkan. "Sebelum pergi, dia memberiku sebuah gantungan kunci berbentuk kucing ini. Katanya sebagai tanda pertemanan kita." Jennifer memperlihatkan gantungan kuncinya kepada Millicent.

Millicent menatap gantungan kunci lucu tersebut lalu tersenyum dan mengusap rambut Jennifer. "Ia merasa kau percaya padanya dan menciptakan sebuah pertemanan baru yang tak pernah kau temui, sangat beruntung memiliki teman baru yang juga memiliki hal-hal yang disukai." Ucapnya.

"Aku harap bisa bertemu dengannya lagi." Jennifer menatap lurus ke depan.

"Mengapa ia memutuskan pergi?"

"Aku sudah menawarkannya untuk tinggal disini, namun ia menolaknya dan berkata jika ia harus mencari keberadaan adiknya yang telah diculik oleh bandit-bandit jahat." Raut wajah Jennifer berubah menjadi sedih dan sorot mata yang khawatir.

End Of DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang