4. Pendakian

82 52 8
                                    


'Assalamualaikum sahabatku Cikuray. Hari ini atas restu Sang Pemilik alam semesta, aku bertamu untuk menjejaki setiap inci dari kesunyianmu dan menjadi bagian dari kisah-kisah yang membersamai di setiap langkah. Dengan restu Tuhan, di bawah naunganmu. Izinkan kami menjadi jiwa-jiwa yang senantiasa menjaga dan menghargai sesama makhluk-Nya.'

Seiring langkah kaki yang terus menjauh dari pos, Aku membatin. Bermonolog dalam diam dengan senyum yang terus mengembang. Ketika mulai meninggalkan pos Pemancar, suasana menjadi hening untuk sesaat, kami larut dalam pikiran masing-masing.

Kenapa namanya pos Pemancar? Karena di lereng gunung Cikuray tepatnya Cilawu, terdapat banyak menara pemancar stasiun televisi seperti TVRI dan beberapa stasiun televisi swasta lainnya.

Bukan hanya itu, di jalur Pemancar juga para pendaki akan disuguhi pemandangan yang sangat indah yaitu perkebunan teh yang luas dan kebun sayur milik warga.

Kenapa demikian? Karena jalur pendakian yang berada di Cilawu kabupaten Garut ini, treknya melintas tepat di tengah-tengah perkebunan. Jadi, otomatis begitu menginjakkan kaki di sini kita langsung disambut view keren dan udaranya yang sejuk.

"Ra, jangan diem mulu, ngoceh apa ngoceh!" cerocos Adel yang membuyarkan lamunanku.

"Gue lagi menikmati alam," sahutku pelan dengan senyum yang masih mengembang.

"Dengerin tuh! Mendaki itu untuk mencari ketenangan, bukan keributan, huu...." seloroh Bang Teguh yang mendengar percakapan Aku dan Adel.

Bugh!

Sebuah tinjuan mendarat di bahu kekar Bang Teguh. Hampir saja orang yang kami sebut ketua itu jatuh ke semak-semak. Melihat itu, Adel tertawa dengan wajah tak berdosa.

"Anjirr! Hampir aja. Lo, anaknya siapa sih?"

"Anak emak, ya kali anak bapak," ketus Adel.

"Astaga, siapa yang mau ngarungin adek gue? Bawa aja dah gue mah ikhlas." Dengan gaya jokes bapak-bapak, Bang Teguh menggoda adiknya.

"Eh, sekate-kate. Gue laporin emak, baru nyaho!" Adel mengeluarkan kartu saktinya. Benar saja, setelah itu Bang Teguh diam seketika. Ck! Absurd sekali kelakuan mereka.

"Adek lucnut!" umpat Bang Teguh sembari terkekeh.

"Astaga, kalian udah kek sinetron ikan kayang haha..." Kian yang sedari tadi diam, tiba-tiba bersuara.

"Ikan kayang, your eyes," protes Adel tidak terima.

Keributan kecil antara abang dan adik, menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Selama apa pun perjalanan, menjadi terasa sangat singkat.

Setelah 30 menit berjalan, kami sampai di pos 1. Trak dari Pemancar - pos 1 cukup membuat adrenalin meningkat, karena pendaki akan terus dihadapkan pada jalan yang menanjak tanpa bonus.

Di pos 1 inilah baru dapat bonus - jalan mendatar, itu pun hanya sebentar. Selepas ini track akan menguji mental para pendaki.

"Gengs, break!" Bang Teguh memberi intruksi.

"Cikuray via Pemancar, gurih banget woilah." Aku mengusap lelehan keringat di dahi.

"Ini baru permulaan, Ra. Jalan menuju pos 2 lebih gurih lagi." Miftah tertawa renyah menimpali ucapanku.

"Hah! Lo serius?" Aku yang baru pertama kali ke Cikuray dibuat kaget mendengar penuturannya.

"Lo gak usah worry, tracknya aman kok." Kian ikut menambahkan. Ia memang pendiam, tapi sekalinya bersuara ya tanpa bisa diduga.

"Kalo capek, gue siap bawain carrier Lo." Entah dari mana saja anak satu ini, Eky dengan muka tengilnya tiba-tiba datang dan ikut nimbrung.

"Engga, makasih!" Membuka tutup botol air minum, Aku tertawa kecil.

Teror di Gunung Cikuray (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang