Jangan lupa vote dan follow dulu!
Happy reading, Gengs :)
Langit kembali cerah, sinar matahari menerobos ke celah-celah pohon dan memberikan sedikit rasa hangat. Jas hujan sudah dilepas, membuat langkah kami sedikit lebih cepat dari sebelumnya, akan tetapi tetap penuh kehati-hatian.
Tanjakan berupa akar dan bebatuan menjadi sangat licin, beberapa dari kami terjatuh dan main perosotan di sana.
"Sal, ngapain Lo duduk di situ?" Bagas tertawa.
"Gue jatoh anjir." Faisal terpeleset dengan posisi duduk sehingga celananya kotor semua.
"Sini! Pegang tangan gue." Eky mengulurkan tangan.
Alih-alih membantu berdiri, Eky malah ikut terpeleset sehingga membuat badannya terjungkal ke samping Faisal.
"Masa depan gue!" teriak Eky. Dia berada di posisi yang ambigu, di mana kedua kakinya mengapit sebuah pohon yang berukuran sedang.
Definisi teman yang baik adalah ketawa dulu, baru nolongin. Teman yang budiman. Wkk.
Miftah dan Bagas membebaskan Eky dari pohon yang diklaim hampir merampas masa depannya. Bang Teguh dan Kian mengangkat Faisal dari lumpur. Mereka dibawa ke tempat yang datar.
"Lo pada gak apa-apa 'kan?" tanyaku memastikan keadaan keduanya.
"Pantat gue sakit." Faisal meringis.
"Astagfirullah, kuping gue ternodai." Aku dan Adel bersuara bersamaan.
"Bangke, Lo. Malu noh sama cewek!" hardik Bagas sembari menampol punggung Faisal.
Faisal baru menyadari siapa yang bertanya barusan, buru-buru menutup mulut dengan kedua tangannya.
"E-eh, sorry." Faisal terlihat kikuk.
"Lo, mau ngapain?" Bang Teguh menghentikan gerakan Eky.
"Ganti baju," jawabnya enteng. "Liat dah, badan gue basah."
"Iya, gue udah liat." Bang Teguh menjeda sebentar. "Lo mau buka-bukaan di sini?"
Eky mengedarkan pandangan. Dia menatap kami satu per satu dan tentu saja saat ini fokus kami tertuju padanya. Aku mengernyitkan dahi ketika pandangan kami bertemu, wajahnya menjadi seperti kepiting yang baru direbus. Kemudian dengan wajah tak berdosa, Eky menggaruk-garuk pelipisnya.
"Gegara jatoh nih pasti, gue jadi dodol kek gini," ucap Eky menutupi rasa malunya.
Kami yang melihatnya tertawa bersamaan. Udara Cikuray menjadi terasa lebih hangat dari sebelumnya, banyak kejadian tak terduga yang kami lewati. Namun, kami tetap menikmatinya dalam kebersamaan.
"Bikin kamar pas darurat aja weh." Aku memberi saran. "Noh, pake flyset."
"Good idea." Bang Teguh mengeluarkan flyset dari carrier.
"Biar gue sama Miftah aja, Bang." Bagas mengambil alih flyset.
"Oke deh." Bang Teguh memantik rokoknya.
"Hus jauh-jauh sonoh, polusi." Adel marah ketika kepulan asap rokok tertiup ke arahnya.
"Baru juga sebat, Dek." Bang Teguh mengalah dan berpindah duduk bertumpu pada batu berukuran sedang.
Eky dan Faisal bergantian masuk ke kamar pas ala-ala. Mereka mengganti pakaiannya, karena keadaan baju yang basah bisa menyebabkan kena serangan Hipothermia kapan saja. Lebih baik mencegah kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror di Gunung Cikuray (Hiatus)
مغامرة"Perjalanan hidup yang bermakna tidak bisa didapat begitu saja. Kamu harus mulai mencari, menciptakan, lalu temukan hal besar yang belum pernah kamu dapatkan." -Kinara Niat hati liburan untuk menikmati alam dan mendapat ketenangan, tapi setibanya d...