Bab 9🧚‍♀️

23 3 0
                                    

Anna takut Shaka mendengar detak jantungnya yang tidak beraturan. "Mana keras banget lagi" batin Anna meringis merutuki hatinya yang gampang sekali baper.

Murahan banget hati gue dumelnya pelan.

Shaka yang mendapati tingkah istrinya tidak melewatkan kesempatan untuk menggodanya.

"Kenapa?" tanya Shaka berpura-pura tidak tahu.

"Gapapa" balas Anna cepat.

Sengaja bangat tanya begitu batin Anna jengkel.

"Salting ya?" tebak Shaka menggoda.

"Memang gak bisa di elak lagi sih kalau mas ini gantengnya kelewatan" balasnya dengan pede.

Anna mencebik malas mendengar ucapan Shaka. "Idih narsis banget" komentar Anna menimpali.

Shaka yang mendapatkan respon seperti itu malahan membuat tawanya meledak.

"Ekhem ekhem..."

Yazid berdehem dengan keras. Tidak tahan dengan keuwuwan pasangan pengantin baru itu.

"Panas banget rasanya. Gerah" celetuknya pelan.

Ayah Hamid yang melihat tingkah putri dan menantunya itu ikut menimpali.

"Iya ya Zid... dunia serasa milik berdua yang lainnya mah cuman numpang". Perkataan Ayah Hamid mengundang gelak tawa semua orang termasuk Abi Umar.

"Udah-udah jangan di godain terus kasihan mereka pada malu-malu itu" timpal Ummi Hanin membuat semua orang semakin tertawa.

Sedangkan yang menjadi sasaran yaitu Shaka dan Anna hanya menunduk diam. Keduanya di godain habis-habisan oleh kedua keluarga.

***

Malam itu juga sehabis maghrib keduanya telah sampai di rumah yang Shaka beli. Shaka membeli rumah ini atas inisatifnya sendiri serta dukungan dan saran yang di berikan oleh sang kakek,Kyai Usman.

Kyai Usman ingin cucunya itu menetap di pesantren. Awalnya sang kakek memintanya untuk ikut tinggal di ndalem,di rumah kyai Usman.

Tetapi dengan sopan Shaka menolaknya,dirinya ingin tinggal berdua saja bersama sang istri.

Mobil yang Shaka kendarai berhenti di garasi rumah minimalis berlantai dua itu. Rumahnya berada tepat di sebelah pesantren dengan halaman depannya yang terlihat sejuk serta banyaknya tanaman bunga dan beberapa pohon mangga.

Tiba-tiba Anna teringat dulu dirinya sering sekali mencuri mangga di dekat Masjid pesantren bersama Yazid.

Terbayang akan masa kecilnya yang dulu sangat bandel dan juga kerap ikut main bersama anak laki-laki ketimbang perempuan.

"E-hh"

Kaget Anna ketika jarak wajah Shaka dekat sekali dengan wajahnya yang hanya berkisar 5 cm saja. Pipinya bersemu ketika nafas Shaka kerasa mengenai wajahnya.

Anna menoleh mendapati tangan Shaka yang ternyata sedang membukakan seal bat yang dirinya pakai.

Tak lama Shaka menyelesaikan kegiatannya. Anna tidak bergerak, Mematung di tempatnya bahkan menahan nafasnya.

"Nafas sayang" ucap Shaka kemudian semakin mendekatkan wajahnya.

Anna dengan refleks tangannya menahan wajah Shaka yang semakin mendekat. Mendorongnya pelan untuk menjauh dari Wajahnya.

"Sayang... mauu ituu" rengek Shaka seperti anak kecil.

"Ha-ah a-paa?" gagap Anna sudah tidak bisa fokus melihat wajah menggemaskan yang suaminya itu tunjukkan.

"Cup"

Di kecuplah bibir Anna dengan cepat,hanya kecupan tidak lebih.

"Udah tu mau cium. Bisa gak sih di sebut ciuman kan cuma mas kecup" lanjut Shaka pura-pura berfikir.

Shaka menatapnya tanpa rasa bersalah akan dirinya yang sudah membuat hati Anna meleleh.

"Cantik banget sih Humairah nya mas kalau lagi malu-malu gitu. Pipinya merah-merah" ucap Shaka kemudian di usapnya dengan lembut pipi Anna.

"Manis banget omongannya buaya" cibir Anna menutupi rasa malunya.

Next

ShakAnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang