-Empat-

2.1K 333 89
                                    

Jangan lupa vote dan komennya agar Anne selaku penulis bisa semakin semangat publish cerita, ya💛
Selamat membaca<3




Hari, bulan, dan tahun.

Sudah terlewati dengan penuh pilu. Gadis kecil yang dulu berusia 6 tahun, kini sudah memasuki 13 tahun. Walau dalam keadaan mata yang tertutup, wajahnya bertambah cantik. Walau tubuhnya tidak bisa digerakan, tingginya semakin bertambah sedikit demi sedikit. Walau tidak ada suara cerewetnya dan senyum manis, tidak menghalangi orang-orang yang terus berkunjung, berharap mereka menerima kabar baik.

Antara hidup dan mati; koma. Itulah yang dialami Nakamura (name).

Ada sebuah racun yang tidak bisa di identifikasi, masuk kedalam tubuh (name) karena menelan makanan manis terakhir— macaroon— racun itu langsung menggerogoti bagian lambung hingga terdapat luka cukup serius di organ penting tersebut.

Hal inilah yang membuat (name) dilarikan ke sebuah negara yang memiliki rumah sakit terbaik di dunia, Korea Selatan.

7 tahun tidak kunjung membaik, membuat pasangan suami-istri Nakamura selalu bersedih. Kazuhiro dan Harumi sangat takut kehilangan putri tercinta mereka. Padahal mereka baru saja meminta maaf pada sang anak tunggal yang sempat mereka abaikan. Apakah ini semacam teguran? Jika iya, Kazuhiro dan Harumi bersumpah pada Sang Kuasa tidak akan menyia-nyiakan anak mereka, anugerah terindah dari Tuhan.

Pasangan Nakamura itu saling menepati janji. Sesibuk apapun keduanya, bahkan saat usai menjalankan suatu rapat yang berbeda negara, mereka pasti menemani (name), mengajak ngobrol putri mereka agar gadis mereka tidak kesepian.

"Anneliese, kau boleh istirahat. Jaga tubuhmu yang tengah mengandung itu." Ujar sang nyonya besar. "Azusa, awasi Anneliese."

"Baik, nyonya besar." Pria itu merangkul pelan bahu sang wanita. "Anneliese, ayo. Kau harus segera makan agar bayi disini tidak kelaparan, hm?"

Wanita itu mengangguk lemah, lalu mengusap punggung tangan (name). "Saya kembali dulu, ojou-sama." Anneliese tersenyum lirih. "Nak, ucapkan sampai jumpa pada ojou-sama."

Duk!

Anneliese memekik tertahan, lantas tertawa pelan. "Anak pintar." Interaksi antara calon ibu dan anak itu membuat Azusa mengulum senyum tipis.

🌚🌚🌚.

"Kami pergi dulu, ojou-sama." Bisiknya. "Nyonya, tuan, kami permisi."

Harumi mengambil alih tempat duduk yang sempat di singgahi Anneliese, "halo, cantiknya mama." Kening (name) ia kecup dengan lembut. "Bagaimana kabarmu? Tidak ada yang sakit, 'kan?"

Suara lirih istrinya membuat Kazuhiro mengusap bahu yang mulai bergetar itu.

"Kalau tidak ada yang sakit, mama lega." Tangan kiri wanita pink itu ia arahkan ke dadanya sendiri. "Tapi, hati mama yang sakit melihatmu terbaring tujuh tahun lamanya. Hati mama sakit saat pertama kali melihatmu merintih dengan wajah pucat. Hati mama sakit saat mengetahui kalau anak mama yang cantik ini di racuni oleh orang yang salah menaruh dendam."

Kazuhiro mengulum bibirnya kedalam. Ia tidak mengeluarkan suara apapun. Setiap kali berkunjung, lelaki kelereng biru itu hanya diam, membiarkan istrinya mengungkapkan isi hati, karena apa yang diucapkan Harumi, itulah isi hati Kazuhiro.

"Tapi, (name)-chan jangan khawatir. Orang jahat itu sudah dihukum mati. Tidak akan mengganggumu lagi, nak."

"Apa kau tidak ingin bermain dengan mama dan papa lagi, hm?" Harumi menangkup tangan anaknya. "Kau tahu? Selama ini mama dan papa terus menginstropeksi diri kami agar jadi orang tua yang terbaik untukmu. Selama ini mama dan papa selalu konsultasi ke psikolog bagaimana cara menjadi orang tua yang baik dan bijak. Kami sepakat melakukannya agar anak mama tidak lagi kesepian, tidak lagi murung, tidak lagi mengeluh."

Our ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang