-Lima-

2K 305 44
                                    

Jangan lupa vote dan komennya agar Anne selaku penulis bisa semakin semangat publish cerita, ya💛
Selamat membaca<3




(Flashback masih berlanjut.)

❗️DISCLAIMER ❗️: di part ini mengandung unsur kekerasan + pemerkosaan. bagi yang tidak nyaman, silahkan skip saja dan langsung ke part berikutnya. terima kasih.



Katakan bahwa Anneliese bodoh, sebab gadis itu membuntuti Yosa yang notabenenya seorang pengawal elit.

"Katakan keperluanmu sebelum saya seret secara paksa." Tiba-tiba Yosa menodongkan pistol kearah kepala belakangnya. Hal ini jelas membuat Anneliese khawatir. Keringat dingin mengucur disertai degupan jantung yang terus berpacu.

'Sejak kapan dia dibelakangku?! Bukankah dia tadi berjalan duluan?!'

"To-tolong jangan salah paham—"

Clak!

Yosa mengaktifkan amunisi pistol. "Salah paham? Lalu kenapa anda membuntuti saya? Anda yang tadi di cafe itu, bukan? Wajah anda terlihat sangat asing. Anda ini mata-mata? Penyamaran yang buruk."

Mata-mata, katanya?

Anneliese menggeleng kaku. "Kau boleh mengecek identitasku jika tidak percaya. Aku memang orang baru di Jepang." Saliva ia telan secara kasar. "Aku kabur dari rumahku."

"Anda pikir saya akan percaya begitu saja?" Geram Yosa.

"Maka dari itu aku menyuruhmu mengecek dompetku! Dasar pria menyusahkan!"

"Oi." Ujung senjata api itu semakin menekan di pelipisnya. "Cek identitasmu sendiri. Buka isi tasmu di hadapanku."

Gulp.

Jika saja gerombolan gadis di cafe tadi melihat kejadian ini, mungkin mereka akan mengubah pikiran untuk menyukai Hayashi Yosa.

"I-iya." Dengan tangan gemetar, ia menggeledah tasnya. Memberantakan isinya ke aspal, lalu membuka isi dompet guna memperlihatkan semua kartu yang ada didalam.

'Dia tidak berbohong.' Batin Yosa.

Lelaki itu menjauhkan pistol dari pelipis Anneliese, menyembunyikan benda tersebut kedalam saku jas.

"Katakan tujuan anda sebenarnya, mengapa anda membuntuti saya?"

Anneliese menatap takut-takut. Walau merasa lega karena pistol tadi sudah diamankan, tapi tetap saja tatapan intimidasi Yosa tidak berkurang. Lelaki itu semakin menukik alis kearahnya.

"Izinkan saya bekerja di kediaman Nakamura."

Yosa merubah ekspresinya; menatap Anneliese datar.

"Saya mohon! Izinkan saya jadi pelayan. Saya bisa melakukan apapun! Membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak, apapun bisa saya kerjakan!"

Salah satu alis sang adam terangkat, "memasak?"

Anneliese mengangguk cepat. "Kalau tidak salah dengar, anda memesan banyak muffin rasa blueberry. Saya bisa membuat dessert, khususnya muffin. Saya jamin rasanya tidak kalah lezat dengan cafe tadi!"

Yosa, "biar saya beritahu kalau orang yang bekerja bagi keluarga Nakamura bukanlah orang sembarangan. Terlebih lagi di kediaman Nakamura tidak membutuhkan pelayan wanita, karena semuanya sudah dikerjakan oleh nyonya besar."

Iris coklat si gadis kembali membola. Seorang tuan rumah mengerjakan pekerjaan rumah tanpa bantuan pelayan? Mustahil! Biasanya wanita elegan kelas atas akan menyewa setidaknya lebih dari 2 pelayan guna mengurus pekerjaan rumah.

Our ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang