-Delapan-

2K 330 137
                                    

Jangan lupa vote dan komennya agar Anne selaku penulis bisa semakin semangat publish cerita, ya💛
Selamat membaca<3




Jerman, bulan Maret.

Bulan ketiga awal tahun ini selalu jadi momok penting bagi seluruh siswa/i negara Jerman, sebab bagi mereka yang remaja, akan melanjutkan ke jenjang SMP maupun SMA. Sama halnya dengan Nakamura (name) yang kini tengah bersiap untuk berangkat ke SMA-nya.

Berlin Bilingual School, sekolahan yang menempati posisi SMA terbaik di Jerman menjadi tujuan utama (name). Sekolah yang berdiri sejak tahun 2007 ini menggunakan metode pembelajaran student centered untuk mencetak lulusan yang kreatif dan mampu berpikir dan belajar secara independen.

Murid di sekolah ini mendapatkan pelajaran umum dengan menitikberatkan pada matematika dan bahasa. Sekolah ini tidak menerapkan sistem kompetitif pada muridnya tapi menitikberatkan pada disiplin di seluruh aspek pelajaran yang diterima. Tegaknya disiplin sekolah di Jerman inilah yang membuat menjadi sekolah terbaik di dunia. 

"(name), apa anda sudah siap?" Tanya Yosa. Dengan sekali anggukan, Yosa memberi perintah pada supir untuk membawa mereka ke tempat tujuan. Jarak dari perumahan ke sekolahan hanya memakan waktu 20 menit perjalanan. Manik birunya terus berbinar-binar setiap melihat jalanan kota Berlin yang begitu indah di pagi hari.

"Nee, Yosa-san, setelah aku pulang sekolah kita belanja pakaian, yuk?" (name) menoleh kearah pengawalnya. "Sesuai janjiku, aku ingin memilihkan baju untukmu lagi! Mau, ya?"

Yosa mengangguk mantap. Ponsel nona mudanya tersebut berdering.

Incoming call from Tuan Muda Mikage

Dengan sekali klik di icon berwarna hijau, nampaklah visual lelaki bermahkota violet dengan senyum menawan.

"Selamat pagi waktu Jerman, tuan puteri-ku."

(name) melambaikan tangannya dengan senyum cerah, "pagi, Reo-kun! Oh, disini jam sembilan pagi, berarti disana jam lima sore, ya?"

Reo mengangguk, "jadi? Apa kau sedang menuju sekolahmu, hm?" Terlihat jelas bahwa Reo sedang melakukan peregangan. Lelaki itu bertelanjang dada dan mengenakan celana olahraga.

"Iya. Aku lagi menuju sekolah ditemani Yosa-san seperti biasa." Gadis itu mengerjapkan matanya. "Reo-kun sedang apa? Peregangan, kah?"

Mendengar kata 'peregangan' membuat Yosa menoleh 90 derajat. Iris pria itu membola tatkala Mikage Reo yang tidak mengenakan bajunya.

"Astaga, Reo-sama, anda tidak boleh berpenampilan tidak senonoh seperti itu dihadapan (name). Segera pakai kembali baju anda."

Dari sana, Reo merotasikan matanya, "tidak senonoh bagaimana? Aku ini sedang peregangan, pak tua." Tanpa diketahui (name), Reo menyeringai kecil sebelum memposisikan ponsel agar berfokus pada perut kotak-kotaknya.

'Orang ini sengaja.' Batin Yosa kesal. Ingin sekali merampas ponsel milik nona mudanya agar iris biru polos (name) tidak ternodai, namun Yosa tidak jadi melaksanakan niatnya saat melihat (name) tersenyum untuk Reo dari layar ponselnya. Gadis itu mungkin merindukan calon tunangannya.

"Reo-kun, setelah peregangan segera keringkan badanmu dengan handuk sebelum mandi, ya. Jangan terlalu lelah, lho." Pesan (name) khawatir.

Reo terkekeh, merasa gemas dengan calon tunangannya. "Pastinya. Kau pun jangan kelelahan, ya? Selalu beri aku kabar jika terjadi sesuatu disana."

Our ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang