-Delapan belas-

1.1K 190 66
                                    

Jangan lupa vote dan komennya agar Anne selaku penulis bisa semakin semangat publish cerita, ya💛
Selamat membaca<3



Sudah tiga bulan setelah Yosa dikatakan membaik pasca kecelakaan, (name) berada di kediaman Azusa, sedangkan pengawalnya sedang bertemu dengan sang ayah untuk membicarakan sesuatu yang penting.

(name) sempat berfikir. 'Kenapa aku tidak boleh mengetahuinya, ya?' Batinnya. Tetapi, gadis itu mengurungkan niat untuk bertanya.

Semua orang memiliki privasi masing-masing, dan (name) menghargai hal itu. Sembari menunggu kedatangan Yosa yang berjanji akan menyusul setelah pertemuannya, (name) menemani Aline— anak Azusa dan Anneliese— bermain kejar-kejaran di sebuah taman yang tak jauh dari perumahan pasangan Hayashi tersebut.

"Aline! Mainnya jangan jauh-jauh!"

"Iya, nee-sama!"

(name) tidak ingin ambil pusing. Maka, gadis surai musim semi itu menghampiri Aline lebih dekat agar tidak kehilangan pengawasan atas perempuan mungil tersebut.

Mendapati Aline yang bermain dengan gerombolan anak laki-laki sungguh membuatnya khawatir. Tetapi, rasa khawatir itu sirna tatkala senyum ceria Aline mengembang. (name) merasakan ketenangan luar biasa melihat senyum bocah kecil itu.

"Bagaimana jika kita bermain anjing dan kucing menggunakan bola ini?" Usul Aline bersemangat.

Deg!

Juga, dirinya merasakan perasaan sesak saat melihat Aline bermain dengan bocah lelaki yang membawa bola.

Sebab, peristiwa itu mengingatkannya pada Itoshi bersaudara.



Flashback On.

Pekarangan luas yang terdapat rerumputan hijau di dalam kediaman Nakamura, terdapat beberapa bocah cilik yang sedang mendiskusikan sesuatu mengenai permainan bola.

Dikarenakan mereka hanya bertiga, (name) memberi ide untuk bermain bola dengan pola kejar-kejaran.

"Kita bertiga hompimpa dulu, terus yang beda sendiri nanti jadi anjing. Nah, anjing ini bakal nendang bola kearah dua orang yang menjadi kucing. Jika salah satu kucing itu kena, maka orang itu yang mengejar kita."

Sae mengangkat alisnya tertarik. "Jadi intinya, jika salah satu dari kucing itu terkena bola, maka dia akan menjadi anjing?"

"Benar!"

"Boleh. Ayo kita hompimpa." Tukas Sae kecil yang sudah tidak sabar bermain dengan gadis mungil rambut gulali.

Permainan pun dimulai. Yang menjadi anjing pada sesi pertama ialah Rin. (name) dan Sae yang menjadi kucing pun berusaha menghindar dari operan Rin.

Tidak seperti Sae yang mahir menghindari bola, (name) tergesa-gesa dan terlihat bingung, sebab Rin ternyata menyelipkan sedikit teknik tipuan pada operan bolanya.

Sungguh, Sae ingin tertawa ketika melihat wajah panik (name) yang tidak mau menjadi anjing. Ia juga mendapati adik bungsunya yang terlihat sengaja mengincar (name).

Our ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang