-Dua belas-

1.4K 248 94
                                    

Jangan lupa vote dan komennya agar Anne selaku penulis bisa semakin semangat publish cerita, ya💛
Selamat membaca<3





Disclaimer : di awal part ini merupakan kilas balik 2 bulan sesudah kejadian Sae membuang (name) (tidak menyeluruh, karena saya akan menjelaskan semua yang terjadi di part berikut-berikutnya. Harap bersabar, ya,) juga terdapat terdapat unsur pemaksaan dalam berhubungan seksual, dimohon untuk para pembaca agar bijak jika umurnya dibawah 18. Tetapi, apabila masih ingin tetap membacanya, saya sebagai pembuat cerita tetap mempersilahkan. Terima kasih.




Semilir angin kota Madrid di petang hari membuat iris hijau laut dari sulung Itoshi terpejam sembari mengingat kenangan manis dari gadis yang sejak dulu selalu menduduki tempat tertinggi di hati si pemain egois.

Senyum menawan, makanan manis kesukaan, hingga suara menggemaskan gadis surai pink ketika tertawa, selalu memenuhi hampir 80% isi kepala Itoshi Sae.

Terhitung sudah 2 bulan setelah Sae mengambil keputusan bodoh yang membuat (name) membencinya. Tatapan menyedihkan (name) tidak pernah terlepas dari otak jeniusnya.

Sae mencengkram pagar pembatas yang berada didepannya seraya menggigit bibir bawah dengan kesal.

Setiap kali Sae mengingat kenangan manis bersama (name), dirinya selalu terngiang kalimat pahit yang terlontar dari bibir ranum si pemilik mahkota gulali, lalu ekspresi terluka yang ditujukan oleh lelaki bajingan sepertinya.

Flashback On.

Itoshi Sae yang waktu itu masih memiliki ambisi menjadi striker terbaik demi janjinya dengan sang adik, menatap datar seorang perempuan yang pernah ia lihat, tengah berdiri malu-malu dibelakang pak tua yang memiliki paras khas orang Jerman.

"Ada apa?" Tanya Sae. Lelaki itu cukup bingung dengan kehadiran pria yang tidak pernah ia temui.

Pria tua tersebut tersenyum untuk Sae, "aku penasaran, lelaki mana yang membuat cucuku dimabuk cinta. Ternyata pemain bola profesional sepertimu. Aku tidak keberatan."

Sae mengernyitkan keningnya, "apanya yang tidak keberatan?"

"Jika kau mengencani cucuku."

"Aku tidak tertarik."

Penolakan langsung dari Itoshi sulung membuat perempuan yang berada dibelakang pria itu merengek. "Kakek, aku ingin Sae-kun. Aku mau dia jadi milikku."

Sae ingin muntah mendengar suara menjijikan itu, benar-benar mengotori gendang telinganya.

"Begitulah katanya." Pria itu menatap intens Sae. "Kenapa kau tidak tertarik dengan cucuku? Bukankah rambut pirangnya ini sangat cantik?" Ia menyuruh sang gadis berdiri didepan agar Sae bisa melihat dengan jelas.

"Menjijikan." Sahut Sae cepat. "Aku sudah punya perempuan yang aku suka, kalian hanya membuang waktuku. Enyah sana."

"A-aku menyukaim—"

Sae menatap perempuan pirang itu dengan tatapan tajam yang berhasil membungkam perempuan pirang itu, "tapi aku tidak. Kuharap kalian tidak tuli karena aku sudah bilang bahwa aku menyukai seorang gadis, dia teman kecilku yang berada di Jepang." Kakinya pun mulai berjalan menjauhi dua orang yang mengganggu dan menguras otaknya.

Pria tersebut menghampiri Sae, lalu berbisik di telinganya yang langsung membuat manik hijau laut itu bergetar.

"Nakamura (name). Itu nama teman kecilmu, bukan?" Bisiknya.

Our ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang