Bagian 3.

379 22 6
                                    

Jiwa hanya berjalan tak tentu arah di sekitar ruang tamu. Ini sudah jam 10 pagi. Namun tak ada tanda-tanda Dewa akan datang menjemputnya.

Dewa sudah janji akan menjemput nya pukul 9 pagi tapi dari sejam yang lalu dewa tak memberi kabar apapun lagi.

Rumah sekarang sedang sepi. Di hari Sabtu atau Minggu, biasanya keluarga Maya akan pergi jalan-jalan menyenangkan Aksa adik Adjie yang masih berumur 7 tahun. Adjie tidak ikut, namun sehabis sarapan Adjie sudah pergi. Tinggalah Jiwa sendirian di rumah.

Jiwa kembali melirik jam di dinding. Dewa tak kunjung datang dan ini sudah menjelang siang. Kemungkinan Jiwa tak bisa pergi jika sudah lewat tengah hari. Karena Maya akan kembali pulang dan Jiwa sudah harus berada dirumah.

Kesal dengan Dewa yang melupakan janjinya, Jiwa memutuskan untuk pergi sendirian. Menuju sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota nya.

Jiwa masuk dengan canggung. Biarpun ini bukan pertama kalinya, namun kali ini Jiwa pergi sendiri tanpa ditemani siapapun. Tempo hari, ada Yasmin yang menemani nya dan sekarang Ia pergi sendirian. Suasana tengah ramai dikarenakan ini akhir pekan. Tentu saja banyak pengunjung .

Jiwa menuju lantai dua, mencari sebuah toko elektronik dengan brand ternama.
Namun langkahnya melambat disaat bersamaan matanya menangkap seseorang yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Ah ralat, seseorang itu tengah bersama orang lain.

Entah mengapa Jiwa merasa kesal bercampur sedih. Jiwa mengalihkan pandangannya, berbalik badan yang naas tubuhnya menabrak tubuh orang lain yang berdiri di belakangnya. Membuat Jiwa tak siap dan akhirnya limbung dan tubuhnya menyentuh lantai.

"Ah, maafkan aku. Aku tak berhati-hati" ucap Jiwa. Lantas menatap orang itu. Lain halnya dengan itu yang malah menatap Jiwa dengan pandangan terkejut??

Jiwa tak mengenali pria ini namun entah kenapa pria ini menatap nya begitu dalam. Seakan ia mengenal Jiwa.

"Raga.." ucap pria itu lirih. Tangannya segera membantu Jiwa untuk berdiri.

Jiwa segera membungkuk karena salah nya tadi yang menabrak tubuh pria ini. Namun pria ini hanya terpaku. Menatap Jiwa dengan tatapan.. ah, entahlah Jiwa bahkan tak bisa menjelaskan nya mengapa pria ini menatapnya lekat.

Dan karena kejadian ini, Dewa mengetahui keberadaan Jiwa sekarang. Dengan langkah cepat, Dewa segera menuju tempat Jiwa berada. Menunjukkan raut khawatir yang kentara, meneliti setiap bagian tubuh Jiwa. Memastikan tak ada hal buruk. Hingga akhirnya Ia mendesah lega mengetahui Jiwa tak kurang suatu apapun.

"Hei, kau tak bisa melihat hingga menabrak nya sampai terjatuh. " Dewa menatap Pria yang sedari tadi diam itu dengan nada kesal.

Jiwa mencekal lengan Dewa. Ini salahnya, bukan pria itu.

"Aku yang salah de. Bukan dia. Maafkan aku tuan" sekali lagi Jiwa meminta maaf di depan pria itu.

Tangan Jiwa terlepas begitu mendengar suara wanita disamping Dewa. Dan ia baru menyadari kalau Dewa tak sendiri disini.

"Kak Sagara??"

"Oh.. Ghea. Apa yang kau lakukan disini?"

"Ah, kebiasaan wanita. Apalagi kalau bukan berbelanja"

Tunggu-tunggu.

Baik Jiwa maupun Dewa hanya diam terkejut berusaha mencerna situasi sekarang. Jadi Ghea mengenal pria ini.
Ah, siapa tadi namanya? Jiwa sibuk menerka nama pria itu sekarang.

"Jadi, Dimana Dokter Glen, kak??" Tanya Ghea. Keduanya bahkan melupakan dua sosok yang masih setia menatap interaksi mereka.

"Dia tadi pamit pergi. Seperti biasa, tugas seorang dokter bukan?"

JIWA (BL STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang