Arga memilih untuk diam di rumah dan menolak ajakan dari Cakra dan teman-temannya untuk pergi ke club malam. Entah kenapa ia merasa malas saja.
Saat ini, rumah dalam keadaan sepi. Kedua orang tuanya mengadakan family gathering di luar kota. Arga enggan untuk ikut selain itu Bakrie juga menyuruhnya menjaga Jiwa.
Jiwa sedang menyiapkan makan malam. Arga duduk di meja makan sembari menatap punggung kecil yang gesit mengaduk aduk sesuatu diatas wajan.
Jiwa memang sudah terbiasa memasak sehingga tak canggung baginya untuk membuat makan malam.
Jari jemari Arga sibuk berbalas pesan dengan teman satu grup chat nya namun tatapannya sesekali menatap Jiwa.
Tak membutuhkan waktu lama, Jiwa sudah menghidangkan makanan yang terlihat lezat dihadapan Arga.
"Silahkan dimakan. Aku akan membereskan dapur terlebih dahulu"
Namun, sebelum Jiwa berbalik dan melangkah pergi tangan nya segera di cekal.
"Duduk disini. Makan lah dulu"
Jiwa tak mengerti mengapa Arga bersikap aneh seperti ini padanya. Biasanya Arga tak mempedulikannya. Arga selalu menganggap dirinya tak ada jika ia berada di sekitar Arga.
"Ba-baiklah" dengan pelan ia duduk di sebelah Arga.
Arga makan dengan tenang dan senyap. Hanya benturan antara sendok dan piring yang mengalun di ruangan itu.
Jiwa tak bisa menikmati makanannya dengan nyaman. Ia sedikit takut dengan sikap Arga yang belakangan ini terlihat aneh.
Namun Jiwa mencoba menghabiskan makan nya lebih dulu dari Arga. Ia segera pergi menuju wastafel. Lalu mulai mencuci beberapa piring kotor yang menumpuk disana.
Setelahnya ia melihat sudah tidak ada Arga lagi di meja makan. Ia segera membereskan sisa makanannya.
Sedangkan Arga memilih bersantai di ruang tamu lalu menyibukkan dirinya dengan gawai. Ia teringat sesuatu. Cakra mengembalikan botol mineral miliknya tadi sore saat mereka selesai bermain basket.
Dan Cakra memberinya sesuatu.
Arga segera melesat menuju kamarnya mencari sebuah benda pemberian Cakra."Aku punya barang bagus. Kau pasti menyukai nya. Kalau kau tidak percaya, kau bisa menjadikan Jiwa kelinci percobaan. Kau akan tahu hasilnya setelah Jiwa memakai nya."
"Kenapa ada dua bungkusan?"
"Untuk mu, dan Jiwa tentu saja"
Arga mengingat perkataan Cakra saat memberikan barang itu.
Arga dan Cakra adalah seorang pemakai. Barang terlarang sejenis pil ekstasi kerap kali mereka konsumsi.
Hanya mereka berdua. Cakra yang lebih dulu mengenalkan barang terlarang itu pada Arga.
Namun, kali ini Cakra mengenalkan barang lain. Barang tersebut sangat sulit didapat dan bahkan belum pernah beredar di Negara ini.
Blue butter atau sering disebut double B, barang yang Arga pegang saat ini. Berbentuk pil berukuran kecil dan berwarna biru. Mudah larut namun tidak mengurangi kadar efek nya.
Arga tak tahu efek nya karena Cakra tak menjelaskan secara rinci.
Setelah berpikir dengan cukup sulit, Arga akhirnya membawa keluar barang tersebut. Menyimpannya dalam saku celana, dan berjalan menuju dapur. Ia melihat Jiwa yang sedang membaca buku di ruang makan.
Setitik ide muncul dalam benaknya.
Ia menyeduh 2 teh hangat, lalu mengeluarkan double B. Ini ide gila.Arga tak pernah melibatkan siapapun dalam kegilaan Cakra dan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA (BL STORY)
RandomJiwa Syailendra harus merasakan perihnya kehidupan di masa sekolahnya. Bukan hanya luka hati yang sering ia terima, namun luka fisik ia dapatkan dari orang orang . Bahkan dari orang yang sangat jiwa cintai. Akankah jiwa dapat bertahan? Atau jiwa aka...