Sang mentari bersinar menerangi dua insan yang terlelap tanpa busana. Tubuh keduanya berpelukan dengan erat.
"Eughh..."
Jiwa membuka mata nya perlahan. Pertama kali yang ia lihat adalah jakun dan leher jenjang. Kepalanya sedikit pusing, namun Jiwa terkejut bahwa ia tidur tanpa sehelai benang pun. Lalu siapa yang tertidur disebelah nya. Kenapa ia begitu erat memeluk Jiwa?
Mata Jiwa secara perlahan menatap wajah pria itu.
Arga.
Tengah tidur dengan nyaman. Bibirnya sedikit terbuka dan suara dengkuran seperti anak kucing yang terdengar. Sesaat Jiwa terpaku. Arga terlihat begitu menggemaskan.
Lalu bayang-bayang kejadian semalam secara bergulir melintas dalam benak Jiwa. Membuat pipinya merona, namun Jiwa segera bangun menjauhkan tubuhnya dari Arga.
Pipi nya semakin bersemu kala menatap tubuh polos Arga.
Jiwa harus menetralkan degupan jantungnya, atau ia akan mati terkena serangan jantung."Shhh" oh Jiwa baru merasakan rasa nyeri yang mendera anal nya. Setiap ia bergerak sedikit saja, rasa perih itu terasa. Jiwa menatap seisi kamar. Mencari keberadaan pakaiannya yang semalam Arga lempar entah kemana.
secara perlahan ia mencoba turun dari ranjang. Satu kakinya berhasil menyentuh lantai, meskipun anal nya kian bertambah perih saat ia bergerak.
Namun begitu ia ingin menurunkan kaki satunya, sebuah lengan kokoh melingkar erat di perut nya. Sentuhan antara kedua kulit itu membuat tubuh Jiwa menegang.
"Kau ingin pergi kemana?" Suara berat itu menginterupsi telinga Jiwa.
Arga sudah bangun. Dengan malas-malasan ia melingkarkan kedua lengannya ke perut Jiwa. Sementara kepalanya sibuk mengendus punggung mulus itu.
"A-aku ingin ke-keluar. Menyiapkan sarapan" jawab Jiwa kaku. Oh bayangan kejadian semalam kembali melintas.
Arga menegakkan tubuhnya dengan malas. Lalu ia menaruh kepalanya di pundak Jiwa.
"Kau ingat apa yang terjadi semalam?"
Tentu saja Jiwa mengingatnya. Bagaimana ia bisa lupa sementara hal itu terus bersarang di pikirannya.
Sementara Jiwa sedang bersemu merah, diam-diam tangan Arga meraba kedua puting Jiwa yang penuh dengan kissmark lalu mulai memelintir nya pelan.
"Arga.. apa yang kau lakukan? Le-lepaskan"
Arga tersenyum puas. Meski tak rela, ia akhirnya membebaskan tubuh Jiwa dari pelukan nya.
"Kita tidak perlu ke sekolah hari ini. Aku lelah. " Arga menelusupkan kepalanya ke dalam selimut kembali.
Jiwa hanya memandang Arga sesaat sebelum ia akhirnya beranjak. Namun saat kakinya melangkah, denyutan nyeri itu mendera bagian bawahnya.
"Shh. I-ini terasa perih sekali!"
Arga terkekeh. Dengan sigap ia bangkit lalu menggendong tubuh Jiwa. Sedangkan jiwa?
Ia hanya bisa menutupi wajahnya yang kini merona malu.Ya, bagaimana ia tidak malu saat sadar bahwa Arga telanjang sepenuhnya.
Dan bertambah merona wajah Jiwa saat Arga memandikannya. Arga dengan penuh kelembutan mengusap kulit tubuh Jiwa. Bahkan jiwa sempat mendesah saat Arga membersihkan area anal nya. Salahkan jari Arga yang sempat bermain main didalam sana.
"Eughh... Arga.. tolong sudahi... Ahh ini..hhh"
"Baiklah"
Selesai mandi keduanya masih ingin berada di ranjang. Enggan pergi kemana mana. Arga sibuk dengan ponselnya dan Jiwa yang masih sedikit merintih. Sungguh anal nya begitu nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA (BL STORY)
RandomJiwa Syailendra harus merasakan perihnya kehidupan di masa sekolahnya. Bukan hanya luka hati yang sering ia terima, namun luka fisik ia dapatkan dari orang orang . Bahkan dari orang yang sangat jiwa cintai. Akankah jiwa dapat bertahan? Atau jiwa aka...