"ternyata aku belum akrab dengan keluargaku sendiri, aku masih asing dengan rumah yang ku huni bertahun-tahun."
☁️☁️☁️
aku terluka untuk waktu yang lama. entah luka ke berapa yang akan ku bagikan ceritanya. tapi ini cukup menyiksa dan aku ingin membagikannya disini saja.
banyak hal yang ingin aku ceritakan tapi pada siapa? dasarnya saja aku sendirian dan selalu bilang gakpapa, tapi lama-lama kata gak papa gak bisa bikin aku bahagia. ada yang hilang tapi tidak tahu apa. manusia seperti apa aku ini? kadang aku merasa seperti monster tapi terkadang juga baik bagai manusia yang suci tak berdosa.
sungguh aku lalai dalam mengenali diri. aku jahat, membiarkan orang di sekitarku mengambil peran dalam hidupku dengan sesuka hati mereka. aku punya nyawa tapi raga dan isinya hanya untuk mereka. ku kabulkan semua pintanya meski aku terluka, aku iyakan kehendaknya meski aku tak suka.
begini kah cara kerja manusia? aku tidak tahu apa-apa.
aku menghela napas panjang menatap tulisan itu dengan beberapa noda basah di atas kertas itu bekas air mata.
hidup ini melelahkan berlari atau diam dunia terus mengejar dan mendorong. kita akan selalu dipaksa untuk menerima semua keadaan meski kita tak senang, kita harus terima tanpa persetujuan yang punya nyawa.
aku baru tahu bagaimana sakit nya, ketika masakan yang kita hidangkan susah payah hanya tersentuh sedikit dan rasanya yang selalu kurang dimata mereka. aku gagal lagi, gagal jadi anak yang membanggakan. rasanya perih, kerja keras ku tak ada harga di mata mereka. rasanya perih sekali.
aku kecewa karena diamku selalu tidak di mengerti oleh keluargaku sendiri. mereka terus saja menghakimi, dan menyudutkanku, seolah aku yang salah.
aku capek berada di keluarga ini. tiap hari aku berusaha menjadi terbaik untuk mengurus rumah mengurus mereka, tapi gagal.
aku baru tahu begitu besar benciku pada diriku sendiri hingga aku tak bisa mendamaikan gemuruh di hati ini. karena benci, aku membenarkan apa yang dikatakan mereka soal aku.
ternyata tidak menyenangkan dipaksa menjadi dewasa, ingin kembali ke masa kecil saja tapi masa kecilku juga tidak bahagia. oh, aku tahu pulang ke surga saja bagaimana?
begini rasanya di banding-bandingkan. ayah ibu sebenarnya aku tak senang dengan diriku sendiri, tapi aku berusaha mencari kelebihan ku, tapi kelebihan ku gagal membuat kalian senang. aku harus bagaimana?
"apa mau mu si? diam mulu bikin orang emosi tau gak liatnya? diajak ngobrol gak di tanggepin!" seru ayah.
aku diam, aku bingung harus merangkai jawabnya bagaimana. aku hanya ingin diam, tidak berbicara pada siapa saja. aku manusia dan aku bisa lelah juga, bukan? yang aku butuhkan istirahat.
"malam ini makan apa? gak masak? huh!"
"gak ada lauk yang bisa dimasak, gimana mau masak." jawabku seadanya.
"astaga bilang dong! orang mana ngerti sama diam kamu itu! kebiasaan banget!" kesal ayah ia mengambil jaket jeans nya, lalu mengambil kunci motor. "bikin aku capek aja, habis lagi duitku kayak gini! bodoh! bodoh!" dumel ayah.
"kamu itu perempuan satu-satunya disini, seharusnya urusan masak urusan kamu, jangan bodo amatan kek gini." ucap kakak ku tertuju untukku.
mataku memanas. kenapa harus aku. tak ingin kah melihat sudut pandang ku? aku lelah dengan semua ini. aku yang selalu tiap hari mikir, pagi makan apa, siang masak apa, malam masak apa, biar kalian semua makan dengan lahap, biar mama memuji masakanku. aku capek mengejar ekspektasi keluargaku terhadap diriku sendiri. karena setiap kali aku berusaha yang kudapatkan bukan pujian.
selama ini aku berusaha diam, tidak menyuarakan beban di kepala, sesak di dada. aku berusaha keras untuk tidak berisik dan mengganggu manusia lain agar tidak dibilang berisik dan beban, tapi semakin dipendam rasa sesaknya semakin tak padam.
ternyata aku belum akrab dengan keluargaku sendiri. aku masih asing dengan rumah yang ku huni bertahun-tahun. rasanya pengen teriak dan banting barang apapun, tapi aku masih disadarkan akal sehat untuk jangan melakukan itu semua.
aku menangis tanpa suara. rasanya sangat sesak.
tapi akan aku hadapi sendiri semuanya.
ternyata aku manusia kesepian yang butuh didengarkan.
"ayah ibu, anakmu terluka," cicitku pelan.
☁️☁️☁️
26.02.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng 00.00
Non-Fictionkata maaf begitu tabu di keluargaku. sumpah serapah nyanyian tiap hari yang ku dengarkan hingga tanpa sadar aku pun begitu terkadang. inikah pulang yang dimaksud orang-orang? kenapa rumahku terkesan tak nyaman? atau mungkin aku saja yang baperan? m...