"aku si kecil yang ingin di peluk tuhan."
☁️☁️☁️
kalian pasti pernah duduk di atas motor membelah jalan malam sendirian sambil nangis-nangisan.
rasanya sangat melegakan, berjalan tanpa tujuan, tapi menangis dengan kencang.
"aku tahu bukan cuman aku satu-satunya manusia yang punya masalah, aku selalu membenci air mata ini, tapi aku membutuhkannya."
"aku capek, aku juga butuh tenang, kemana peluk yang akan aku dapatkan jika menjadi manusia?"
"kenapa kemarin aku mau jadi manusia ya?"
"padahal pasti jauh lebih menyenangkan jika aku jadi salah satu awan yang membentuk bebas di langit, pasti akan sangat menyenangkan jika menjadi bulan yang hanya jadi satu-satunya tanpa bisa dibanding-bandingkan cahayanya. karena bulan hanya ada satu."
"ini arahnya kita bakal kemana? kok kita kayak gak punya tujuan hidup?"
"tuhan, aku ingin pulang." ku ulang kalimat ini entah berapa kali.
"aku si kecil yang ingin sekali dipeluk tuhan, dan ingin bilang, tuhan jangan kirimkan aku lagi ke bumi, karena ternyata bumi menyeramkan."
"aku harap tahun ini menjadi tahun penutup dari ulang tahun ku nanti. aku gak suka dibumi, tuhan."
rasanya puas sekali menangis sambil ngomong sendiri. karena malam orang-orang tidak akan ada yang memperhatikan.
kalian yang pernah mengalami pasti tau kan rasanya?
aku benar-benar capek atas semuanya. aku jenuh berada dirumah. aku ingin pergi, ntah pergi kemana yang aku maksud.
aku terlalu berlebihan, ya?
tapi bukankah jika lelah maka menangis lah?
seperti anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa. aku belum bisa terima semuanya secara leluasa, anak kecil di dalam diriku tertinggal jauh dengan usiaku. aku masih ingin di dengar, di bekap peluk, di elus sayang. aku ingin aku yang sedikit sempurna seperti didalam imajinasi kecilku.
aku terluka, tapi aku tidak tahu harus mengobatinya dibagian mana?
aku menjadi jahat dan kasar jika aku tak bisa mengendalikan emosiku. dan setelah melakukannya aku selalu menghakimi diriku sendiri.
aku tak bisa melampiaskan rasa kesal marah emosi kecewaku kepada yang lebih tua padaku, hingga akhirnya aku sering berkata kasar pada adikku, berbicara ketus pada adikku, mengatainya dengan tajam, terlihat tidak peduli dan membencinya. aku sangat yakin sikap ku itu sudah memberikan catatan buruk dalam ingatannya. akulah Kakak terburuk baginya.
contohnya saja seperti ;
"bodoh! gitu aja gak bisa!"
"dih manja banget, lebay deh."
"minta antar sekolah mulu, aku bukan babu kamu. jangan manja jadi anak!"
"gak liat di meja makan ada lauk apa, masih aja nanya!"
"disuruh ngaji aja kayak disuruh mencuri, susah amat!"
"apa! mau ku bunuh kah!? cepet sana!"
"apa?" tanyaku ketika aku senggol adikku, "dasar gila!" sahut adikku, "ya emang aku udah gila, mau apa?" jawabku ketus.
"bunuh kah! huh!"
"diam gak! lebay banget!"
"dih alay banget!"
"aku bukan babu kamu ya! belajar mandiri cuci sendiri kaos kaki bau kamu bekas main bola itu!"
"bodohnyaa! masa barang Segede ini gak liat! mata mata! buta kamu!"
dan masih banyak lagi, aku yakin aku adalah Kakak terjahat baginya. aku sangat buruk sebagai manusia.
tanpa sadar aku juga telah menjadi sumber luka bagi orang lain.
luka memberi luka.
aku sendiri sampai sekarang tidak bisa mengerti dengan diriku sendiri.
tapi sejujurnya, aku sangat menyayangi adikku. aku akan marah kalau ada yang berani menyakitinya, itulah makanya aku selalu marah dengan diriku sendiri.
akan banyak hati yang terluka karena aku, akan banyak manusia yang berdosa karena aku, itu sebabnya aku berharap hidupku gak lama lagi.
aku sangat berharap.
☁️☁️☁️
04.03.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng 00.00
Non-Fictionkata maaf begitu tabu di keluargaku. sumpah serapah nyanyian tiap hari yang ku dengarkan hingga tanpa sadar aku pun begitu terkadang. inikah pulang yang dimaksud orang-orang? kenapa rumahku terkesan tak nyaman? atau mungkin aku saja yang baperan? m...