"ayah ibu sampai hari ini aku masih berharap pujian orang-orang terhadapku itu juga datang pada kalian."
☁️☁️☁️
"kamu kok gak bilang kalau punya bakat nulis? udah ada karya nya lagi. wah bapak speechless banget." seru dosenku.
aku terkekeh mendengarnya apalagi melihat raut wajah kaget ditambah kagum dari dosenku. andai itu ekspresi yang di berikan ayah untukku. tapi sayangnya itu tidak mungkin terjadi. bakatku bukanlah bakat yang diinginkan ayahku.
"iya pak dia ini selain berbakat nulis, dia juga pernah juara satu regu putri waktu Porprov pak." seru temenku.
wajah dosenku tambah senang mendengar nya. "seriusan!?"
"iya pak bener, dia juga pernah juara baturai pantun se-provinsi loh pak." seru temanku yang lainnya.
"makanya gak heran pak waktu dia ikut duta genre dia dinobatkan sebagai juara berbakat putri duta genre kabupaten...... pak." tambah temanku yang lainnya.
"loh kamu ikut duta genre juga?"
aku mengangguk, "iya pak."
"selain itu pak dia juga punya akun YouTube yang isi kontennya bikin puisi-puisi nyentuh hati, pokoknya berbakat banget deh pak temen kamu yang satu ini." seru temanku lagi.
"aduh kalian ini berlebihan deh, jangan di puji terus, ntar aku lupa kalau aku lagi injak bumi," seru ku sambil bergurau.
"wah kamu kok gak pernah bilang dan konfirmasi ke pihak kampus, kalau tahu kamu bisa dapat beasiswa tahu, apalagi dari prestasi kamu ini bisa tingkatkan akreditasi kampus. kok kamu bisa diam-diam ajaa, kalau gak diceritain gini bapak mana tahu kalau ternyata ada mahasiswi kami yang berprestasi. apalagi kamu sampai sudah bisa terbitin novel karya kamu sendiri, itu prestasi banget tahu."
"sebenarnya LPM kampus ada memuat berita nya kok pak, jadi aku pikir muatan berita itu udah cukup untuk diketahui pihak kampus, hehe." jawabku.
hati kecilku tersenyum mendengar nada bicara dosenku yang begitu antusias dan terlihat bangga denganku. aku menginginkan ini, tapi pada orang tuaku, pada keluargaku, sayangnya aku tak mendapatkan nya.
hingga aku merasa, aku tak punya apa-apa untuk membuat orang tua ku bisa bangga denganku, karena selama ini yang selalu di puji dan di banggakan pada orang lain adalah kakak dan adikku. mereka selalu lupa ada aku kalau soal mempromosikan prestasi anaknya ke orang lain.
standarisasi prestasi ayah ibu ku terlalu tinggi aku gak bisa menggapainya.
aku masih ingat respon ayah ibu ketika aku bilang akan akan menerbitkan novel, dan aku masih ingat bagaimana reaksi ayah ibu ku ketika melihat karyaku sudah jadi novel, respon mereka sama, tidak peduli, bodo amat, tidak marah tidak juga senang dan bangga.
rasanya usahaku selama ini sia-sia untuk bisa membuktikan ke mereka kalau aku bisa berprestasi tanpa harus bermain catur.
capek juga yaa harus bersaing terus sama saudara sendiri biar bisa dianggap sama orang tua.
☁️☁️☁️
01.03.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng 00.00
Phi Hư Cấukata maaf begitu tabu di keluargaku. sumpah serapah nyanyian tiap hari yang ku dengarkan hingga tanpa sadar aku pun begitu terkadang. inikah pulang yang dimaksud orang-orang? kenapa rumahku terkesan tak nyaman? atau mungkin aku saja yang baperan? m...