Sudah seminggu sejak kejadian Aidan menghajar Yeza. Tentu saja pihak sekolah mengetahuinya, anggota OSIS yang terlibat hanya mendapat teguran. Sedangkan Aidan, setelah mempertimbangkannya pihak memberikan Aidan pendisiplinan selama 7 hari dan hari ini adalah hari terakhir masa pendisiplinan Aidan. Yeza juga mendapatkan hukuman yang sama dan langsung dipindahkan ke kelas lain, entah kenapa tidak dikeluarkan dari sekolah. Aidan mengetahui semua itu tentu saja karena mendapatkan informasi dari Seno.
Aidan membanting pelan stick PS miliknya, ia kesal bukan main jika kembali mengingat lagi. Kepalanya dipenuhi rasa penasaran dengan keadaan Exlyn, yang hampir 2 minggu gadis itu tidak ada kabar sama sekali. Sudah berulangkali Aidan mengecek pesan yang ia kirim kepada Exlyn, tapi tidak kujung juga dibaca apalagi dibalas.
Aidan juga tidak bisa menemuinya karena larangan yang Cecil sampaikan. Ia sendiri bingung harus bagaimana? Padahal hubungan ini awalnya hanya permainan antara Exlyn dan dirinya. Tapi Aidan seperti memiliki tanggung jawab begitu besar pada gadis itu, bukankah harusnya Aidan tidak peduli padanya? Aidan mengusap wajahnya, ia memejamkan matanya dan mencoba mencerna kembali perasaannya.
Ego Aidan jelas masih menolak kekalahan yang dengan mudah Aidan terima. Apa ia benar-benar telah jatuh pada Exlyn? Rasanya sedikit tidak mungkin, apalagi dengan masa lalu perasaan Aidan sendiri. Hah... Lucu rasanya, padahal kemarin dengan lantang dan mantap Aidan berujar kepada Cecil bahwa ia kalah dengan telak. Tapi sekarang egonya kembali menyangkal, seolah tak pernah berkata sedemikian rupa. Banyak sekali yang berputar dipikiran Aidan sekarang. Otak dan hatinya enggan jua untuk selaras, tabrakan dari masa lalu juga masih menganggunya.
"Kak... Kakak kalo ada yang dipikirin gapapa kok cerita sama mama." Wanita paruh baya itu duduk disamping putra bungsunya, dengan tenang mematikan PS yang sudah tak dihiraukan oleh Aidan.
"Bingung aja ma, masa Aidan bener-bener suka sama Exlyn?"
Aidan yang terpejam bersandar pada punggung sofa membuka matanya, menatap langit-langit rumahnya dan menerawang jauh tanpa menatap mamanya. Melihat sang putra yang tengah dilema membuat wanita yang usianya sudah lebih dari 40 tahunan itu tersenyum.
"Kak, kalo kakak gabisa berdamai dengan masa lalu bagaimana kakak bisa menerima masa depan? Masa yang telah lalu biarlah berlalu, memang sulit untuk dilupakan tapi setidaknya jangan jadikan itu halangan buat kebahagiaan yang akan datang." Wanita itu menyadari sepertinya sang putra tidak dilema hanya karena cinta monyet biasa yang sering terjadi pada remaja. Ia melihat ini lebih rumit dari itu.
"Rasanya sulit hilang mah, rasanya masih sulit buat lupa. Tapi Exlyn bikin Aidan ragu sama perasaan Aidan sendiri. Padahal Exlyn bukan tujuan Aidan untuk serius ma." Aidan menghembuskan napas panjangnya, seolah lelah mencoba memahami perasaannya.
"Karma itu nyata kak, gimana sekarang kalau udah kayak gini?" Aidan membisu, rasanya sedikit tercubit oleh perkataan sang ibu.
Hubungan Aidan dan Exlyn harusnya tidak serumit ini, harusnya ini menjadi hubungan sederhana karena sebenarnya sejak awal ini cuma permainan semata antara keduanya. Tapi apa benar ia sedang mendapat karma hanya karena kesepakatan dari mereka berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Basket
Fanfiction"Kamu harus bisa membedakan antara cinta dan obsesi, mereka memang sangat berbeda. Tapi dengan tampilannya yang sama apa kamu yakin bisa membedakan antara keduanya?" #jabos univers #jabos #spin off OSIS #idol rasa lokal