2. Aurat perempuan

52 8 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

.
.
.

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
.
.
.

***

Di bawah teriknya matahari, seorang gadis dengan pakaian yang begitu sederhana. Yang jarang orang memakainya yaitu gamis berwarna hitam, dengan hijab pasmina yang menutupi dada, sedang berteduh di pohon yang rindang di temani dengan sebuah buku dan pena nya.

Menyendiri itu menyenangkan apalagi cuaca yang begitu indah sekali, hanya di temani sebuah buku dan pena, tangannya tak ada  henti untuk menuliskan sebuah kata yang terselubung di dalam hatinya.

Gadis itu lebih baik menuliskan keluh kesahnya terhadap buku diary tidak lupa curhat kepada Allah subhanallahu wa ta'alla. Hanya kepadanya dirinya merasa lebih baik, dari pada curhat kesana kesini membuat dirinya semakin tersiksa dan gelisah tiada henti.

Hanya dengan membaca Al-Qur'an hatinya damai, hanya mengucapkan dzikir setiap hari, hatinya tak begitu risau akan dunia.

Gadis itu terus menerus menuliskan sebuah untaian kata, untaian demi untaian membuat dirinya menangis. Entah menangis karena apa tapi tulisannya itu membuat hati nya bergetar hebat.

Tak perlu ku jelaskan tentang diriku, kalian cukup tau tentang diri ini apa adanya, apa yang kalian lihat. Terserah kalian mau mencintai ku atau membenci ku karena sejatinya pujian dari seseorang itu hanyalah semu, pujian dari manusia tak akan ternilai di mata Allah subhanallahu wa ta'alla.

Yang berhak menilai diri ini adalah Al aziz yang maha berkuasa. Dia-lah yang berhak menilai diri ku ini, dia-lah yang maha mengetahui tanpa kita ketahui.

Sebenarnya aku lelah dengan diri ini, yang terkadang iman nya suka naik turun, aku capek. Tapi kata Ustadz Adi Hidayat, dunia ini tempat nya capek, kalau mau tenang ya mati.

Tapi aku berpikit kembali, bekal apa yang akan ku bawa nanti? Sedangkan diri ini masih berkecimpung dosa, masih melakukan larangan dari-Nya.

Ya Allah, maafkan hamba mu ini, maafkan atas kesalahan yang hamba lakukan ini. Bibir ini kenapa kelu ketika melihat seseorang yang bermaksiat di hadapan mata ku ini, maafkan mata hamba dan juga pendengaran hamba ini.

Aku hanya bisa meminta maaf...

Padahal dunia ini hanyalah Fana kenapa semua orang sibuk akan dunia? Kenapa manusia lupa dengan namanya kematian? Kenapa mereka lupa jika suatu saat nanti kita akan kembali.

Mengapa mereka tidak menyadari jika setiap apa yang kita kerjakan di setiap waktu, setiap detiknya perbuatan kita akan di catat oleh malaikat.

Lantas, perbuatan baik apa yang akan menolong mu nanti di akhirat? Perbuatan baik mana yang akan menemani mu di alam kubur?

Sungguh diri ini masih berkecimpung dosa, setiap bait kata yang ku tulis hanyalah sebuah untaian hati  terpendam, yang tak bisa ku ucapkan lewat lisan.

Dari Alzan

Alzan menutup bukunya, menyadarkan tubuhnya sedikit mengadah ke atas mata-Nya ia tutup.

Dia Alzan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang