Jiro | Delapan

12.9K 852 17
                                        

happy reading💓

***


Beberapa hari kemudian.

Galen tengah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya disini sebelum liburan. Ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia secara diam-diam supaya orang rumah terkejut dengan kedatangannya. Kemarin, saat Hayden mengiriminya pesan, ia menjawab kalau belum bisa kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Dan yah, adiknya itu tertipu.

Buktinya, setelah pekerjaan terakhirnya selesai, ia langsung mengemasi barang-barang yang akan ia bawa. Tidak banyak, karena bajunya di rumah Indonesia juga masih banyak jadi ia hanya membawa barang-barang penting dan sedikit pakaian favoritnya. Tak lama, ia menyelesaikan mengemasi barang-barangnya dalam koper. Ia berdiri dan mengamati pakaian di kopernya. Semuanya hanya berwarna hitam dan putih. Sungguh menggambarkan kepribadian Galen yang dingin.

Galen akan terbang ke Indonesia sore ini lewat Bandar Udara Internasional Changi Singapura. Dan mungkin, karena ini masih pagi, ia akan berbelanja oleh-oleh untuk keluarga besarnya yang akan berkumpul di rumahnya besok malam.

"Zac, tolong berikan dokumen-dokumen ini ke Sophia nanti. Aku udah bilang kalo aku akan libur mulai hari ini hingga bulan depan." Ucap Galen.

"Baik, tuan muda. Akan saya sampaikan. Tapi, nanti tuan muda akan berangkat dengan siapa? Apa perlu saya antar?"

Galen mengibaskan tangannya. "Nggak perlu. Aku akan berangkat sendiri. Khusus kali ini, aku juga akan meliburkanmu dan pengawal mulai besok pagi hingga dua minggu ke depan."

"Oh, terimakasih, tuan muda. Semoga tuan muda panjang umur dan selalu diberikan kesehatan. Amin."

"Amin. Terimakasih juga untuk doanya. Oh, Zac, setelah kau memberikan dokumen ini ke Sophia, antarkan aku untuk membeli oleh-oleh."

Zac membungkukkan badan untuk ke sekian kalinya. "Baik, tuan muda. Akan saya antarkan. Saya pamit untuk mengantarkan dokumen ini kepada nona Sophia." Ucap Zac yang langsung undur diri dari kamar milik Galen.

Drrrtt

Ponsel pribadinya yang ia letakkan di kasur berdering dan terpampang nama kontak Ayahnya. Pasti Ayahnya akan menanyakan apakah dia bisa pulang atau tidak. Wah, sepertinya Galen harus berbohong untuk yang ke sekian kalinya. Galen mengangkatnya dengan cepat.

"Halo, Ayah?"

"Hai, Nak. Gimana kabarmu?"

"Kabarku baik, Yah. Gimana kabar Ayah?"

"Ayah juga sangat baik, Nak. Oh iya, Ayah hanya ingin memastikan, apa kau jadi pulang ke Indonesia?"

"Kayaknya nggak bisa, Yah. Aku masih ada pekerjaan disini. Maaf, ya?"

"Ah, baiklah, Galen. Tidak apa-apa. Selesaikan pekerjaanmu dulu. Tapi ingat, Nak, jangan terlalu memforsir tubuhmu. Jaga kesehatanmu selama disana."

"Iya, Ayah. Kalo pekerjaan aku disini udah selesai, aku akan pulang ke Indonesia secepatnya. Aku juga merindukan suasana rumah."

"Baiklah. Adikmu juga sudah sangat merindukanmu."

"Adik yang mana?"

"Huh?"

"Maksudku, bukankah sekarang aku kembali punya dua adik? Hayden dan.. Jiro?" Ucapnya ragu kala ia menyebutkan nama anak itu.

"Galen.. K-kau menyetujuinya?" Tanya Eron memastikan. Ia tidak menyangka kalau Galen menyetujui keputusan besar ini.

Galen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasakan hawa canggung di antara mereka berdua walaupun mereka berada di dua tempat yang berbeda.

JIRO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang