Jiro | Duabelas

12K 599 2
                                        

⚠️ akan ada adegan 18+ ⚠️

happy reading💓

***

Satu tahun sudah berlalu. Makin kesini, hidup Jiro makin dilimpahi banyak kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Jiro sangat bersyukur kepada Tuhan karena ia dipertemukan dengan keluarga Arsenio. Jiro selalu berdoa setiap sebelum tidur, meminta kepada Tuhan agar keluarga Arsenio diberi kesehatan dan rejeki.

Sekarang, Jiro tidak lagi tampak seperti bayi besar yang selalu merengek minta susu dan menghisap pacifier kesayangannya. Hal itu terjadi setelah Eron dan Katrina memutuskan untuk memperlakukan Jiro layaknya remaja biasa. Namun, Jiro masihlah anak manja yang belum berani tidur sendiri di kamarnya. Padahal, usianya akan menginjak 16 tahun beberapa hari lagi.

Selama kurang lebih satu tahun pula, Jiro mendapatkan haknya untuk bersekolah dan belajar walaupun Jiro masih belum mau bersekolah di sekolah formal. Ia meminta pada ayah dan bundanya untuk sekolah di rumah saja. Eron dan Katrina mengiyakan permintaan si bungsu agar si bungsu merasa nyaman dan aman ketika belajar. Ketika permintaannya dikabulkan oleh orangtuanya, Jiro langsung memeluk orangtuanya pada saat itu.

"Bunda, ayah, terimakasih ya." Ucap Jiro yang masih berada di pelukan Eron dan Katrina.

"Terimakasih untuk apa, sayang?" Tanya Eron.

Jiro mendongakkan kepalanya. "Karena bunda dan ayah udah bolehin Jiro sekolah." Jiro tersenyum manis pada orangtuanya.

Katrina membelai rambut anaknya yang makin panjang. "Sama-sama, sayang. Kami akan selalu mengabulkan apa yang Jiro minta, selagi itu bukan hal yang buruk." Jawab Katrina dengan tulus.

"Tapi, nggak apa-apa 'kan kalau Jiro sekolahnya di rumah?"

"Justru itu. Kalau Jiro masih belum nyaman belajar di sekolah pada umumnya, nggak apa-apa Jiro sekolahnya dirumah. Lagipula, ayah sudah mencarikan guru yang baik dan pintar supaya anak tampannya ayah ini bisa belajar dengan nyaman." Kata Eron sambil mencubit pelan hidung bangir milik anaknya.

Jiro benar-benar belajar dengan tekun karena ia merasa harus membanggakan keluarga Arsenio. Ia ingin seperti Galen dan Hayden yang pandai secara akademik. Ia bertekad agar dirinya bisa menjadi seorang yang pandai kelak. Buktinya, hari ini Jiro bersama dengan orangtuanya tengah berada di lembaga dimana ia mengikuti program homeschooling. Ia di undang untuk mengikuti lomba cerdas cermat matematika. Oh iya, selama mengikuti proses pembelajaran, guru privat Jiro melihat bahwa Jiro sangat menggemari mata pelajaran matematika. Alhasil, guru privat tersebut memberitahu Eron dan Katrina supaya mengikutsertakan Jiro dalam cerdas cermat yang akan di adakan di lembaga itu. Tidak terduga, Jiro berhasil menempati posisi kedua diantara 54 peserta yang ikut.

"Anak tampannya ayah benar-benar pandai. Selamat ya, nak." Ucap Eron haru. Ia langsung menggendong tubuh anaknya lalu menghadiahi ciuman di kedua pipi anaknya.

"Terimakasih, ayah!" Pekik Jiro.

Tubuh Jiro beralih ke pelukan Katrina. Wanita itu memeluk tubuh anaknya dengan erat dan penuh rasa haru. Ia tidak menyangka bahwa Jiro akan meraih juara kedua, padahal anak itu tidak bersekolah sebelumnya.

"Bunda jangan nangis. Nanti Jiro sedih kalau bunda nangis. Harusnya, bunda senang dong."

Katrina terkekeh. "Bunda bukan menangis karena sedih, sayang. Justru bunda sangat terharu dengan pencapaian Jiro yang luar biasa ini. Selamat ya, anakku. Pertahankan prestasimu ini. Bunda sangat bangga pada Jiro."

"Terimakasih, bunda, ayah. Kalau bukan karena bunda dan ayah, mungkin Jiro nggak bisa seperti sekarang. Jiro juga bangga punya orangtua yang baik seperti bunda dan ayah."

JIRO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang