Jiro | Dua

16.3K 1K 12
                                    

happy reading💓

***

Jiro masih terlelap di ranjang rumah sakit akinat obat tidur yang dokter berikan setelah menangani luka-luka di punggungnya dan di pelipisnya. Wajah Jiro terlihat sangat damai ketika tertidur, berbeda saat Eron berjumpa dengan Jiro untuk pertama kalinya di rumah Si Bos tadi.

Si Tuan baik hati yang menolong Jiro itu bernama Eron Arsenio, merupakan seorang pengusaha sukses di bidang tekstil. Ia merintis perusahaannya dari nol dan menjadikannya seorang pengusaha muda waktu itu. Padahal, ia sudah ditawari anak perusahaan milik ayahnya namun Eron lebih memilih merintis nya sendiri. Sebelum menjadi seorang pengusaha, Eron dulunya adalah seorang model majalah remaja jadi tidak heran jika sekarang ia masih memiliki penggemar meski usianya sudah memasuki kepala lima. Selain menjadi pengusaha, ia juga seorang mafia yang bekerjasama dengan polisi untuk memberantas para preman seperti Si Bos.

Eron menikah dengan seorang wanita cantik dan mantan pramugari salah satu maskapai penerbangan. Nama wanita itu adalah Katrina Arsanti. Wanita cantik itu memberi 3 keturunan laki-laki bagi Eron yakni Galen Isander Arsenio, Hayden Alvaro Arsenio, dan Kenzy Madava Arsenio. Namun, si bungsu Kenzy telah berpulang beberapa tahun lalu karena penyakitnya.

Lelapnya Jiro mengingatkannya pada Kenzy. Ekspresi damai mereka saat tidur itu sama. Eron dapat merasakan bahwa penderitaan yang Jiro dan Kenzy itu sama. Hanya saja, Jiro menderita karena disiksa oleh Si Bos. Sedangkan Kenzy, disiksa oleh penyakit leukimianya.

"Kau membuatku teringat pada Kenzy, Nak. Aku dapat merasakannya persamaan itu." Ucap Eron. Ia mengambil tangan Jiro yang terbebas dari infus, lalu ia genggam dengan erat. Seolah tidak mau kehilangan. "Entah bagaimana, rasanya aku ingin kau menjadi bagian dari keluarga Arsenio. Melihatmu tadi, membuatku ingin kau panggil dengan sebutan Ayah."

Kehilangan Kenzy membuat seluruh anggota keluarga Arsenio terpukul. Kenzy adalah cucu bungsu mereka. Si paling manis dan selalu menjadi penghibur ketika mereka lelah. Namun, Tuhan mengambilnya begitu saja tanpa mengizinkan Kenzy mewujudkan cita-citanya untuk berlibur ke Jepang terlebih dahulu.

Jemari di genggaman Eron perlahan bergerak. Menandakan bahwa Jiro mulai sadar. Kelopak matanya juga perlahan terbuka hingga sempurna. Mengerjapkan matanya berkali-kali dan berpikir dimanakah ia berada.

"Syukurlah kau sudah sadar, Nak." Eron mengulas senyum manisnya. "Apakah ada yang sakit?"

"Haus."

Eron langsung mengambilkan sebotol air mineral dan sedotan lalu ia berikan pada Jiro setelah membuka tutupnya. Air di botol itu tanda begitu saja. Jiro benar-benar haus. Setelahnya, Eron memencet tombol di samping ranjang Jiro dan dokter datang untuk memeriksa kondisi Jiro.

"Kondisinya sudah stabil. Tinggal melakukan perawatan di luka punggungnya. Perbannya bisa dicopot mungkin empat hari lagi jika pasien mematuhi peraturan untuk tidak beraktivitas yang berlebihan." Kata dokter memberi pesan.

Eron menganggukkan kepalanya, tanda mengerti. "Baik, dokter. Terimakasih atas pelayanannya. Saya akan merawatnya dengan penuh hati-hati."

Eron kembali menghampiri Jiro. Tak lama, terdengar suara perut Jiro, yang menandakan bahwa ia lapar sekarang.

"Ah, kau lapar rupanya. Sebentar, akan ku pesankan pada perawat." Eron kembali memencet tombol di samping ranjang Jiro dan mulai menyebutkan menu makan siang untuk Jiro.

"Terimakasih ya, Om, udah baik sama Jiro."

"Sama-sama, Nak. Jadi, namamu Jiro?"

Jiro mengangguk pelan. "Iya. Jiro Magani."

JIRO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang