BAB 6

5 1 0
                                    

"Aku mau menikah denganmu, meskipun cuma sementara.." tukas Raka dengan amat yakin. Mayra mendongak menatap Raka. Kedua mata mereka saling bertemu. Meskipun Raka menatapnya yakin, ada sedikit keraguan tampak jelas di wajah Mayra. Lelaki itu terlalu polos untuk melakukan sebuah kepalsuan.

"Nggak Raka.."

"Aku bersungguh –sungguh, May.. anggap saja ini caraku membalas budi karena kamu telah mengajariku TOEFL sepuluh tahun yang lalu. Lagipula aku juga punya syarat yang wajib kamu penuhi.." kali ini Raka mulai memberanikan diri mencondongkan tubuhnya mendekati Mayra, meskipun jantungnya berdebar kencang dan kakinya terasa lemas.

"Apa syaratnya?"

"Jika selama kita menikah kamu mencintaiku, aku nggak akan bersedia menceraikanmu." Mayra termangu menatap Raka yang begitu yakin mengucapkan kalimat itu. Pikirannya penuh tanda tanya, mengapa Raka meminta syarat untuk mencintainya? Bukan kah dulu Raka tidak menunjukkan ketertarikan padanya? Tanpa disadari, wajah mereka begitu dekat, lalu tiba – tiba Mayra menarik tubuhnya ke belakang.

"Bagaimana dengan keluargamu?" tanya Mayra, wajahnya mengiba.

"Aku akan mengenalkan dirimu kepada mereka sebagai..." Raka mengalihkan pandangannya ke sekeliling kamar.

"Pacarku.." lelaki itu menelan ludah. Namun ada sedikit rasa candu saat bibirnya menyebut pacar.

"Lalu? Bagaiman kalau mereka curiga dengan pernikahan kita yang terkesan mendadak?" kedua alis Mayra bertaut.

"Kita sudah kenal selama sepuluh tahun, May.. aku yakin keluargaku tidak akan curiga." jawab Raka, ia kembali mencondongkan tubuhnya, membuat bayangan Mayra di dinding terkungkung oleh tubuh kekar itu.

Saat Mayra hendak mengangguk, tiba – tiba saja Vina membuka pintu kamar, membuat Raka terkesiap dan langsung menarik tubuhnya ke belakang.

"Maaf ganggu, aku cuma mau pamit keluar, ada urusan mendadak di kantor.. Oya, sebelum pulang kalian sarapan dulu ya di bawah, udah aku masakin sayur sop sama ikan goreng.", ujar Vina. wajahnya kaku, seperti merasa bersalah karena telah menyela keintiman mereka.

"Makasih ya, Vin.." jawab Raka agak kesal. Tak lama kemudian Vina menutup pintu kembali. Mereka berdua terdiam lagi. Hening sejenak.

"Aku akan mengurus berkas – berkas pernikahan kita sebelum balik ke Bali. Ayo turun, aku sudah lapar.."

***

Sepuluh tahun yang lalu..

Hari valentine pun telah tiba. Banyak siswa SMA Perdana yang sudah menyiapkan coklat atau sebuket bunga mawar untuk pujaan hati mereka. Bahkan ada juga yang terang – terangan mengungkapkan perasaan di tengah lapangan upacara, terinspirasi oleh acara televisi yang sedang populer. Tapi itu tidak berlaku untuk Raka. Memasuki tahun ketiga, ia masih saja tidak punya nyali untuk mengungkapkan perasaannya kepada Mayra. Ia takut menerima penolakan dan juga ragu, apakah Mayra masih berpacaran dengan ketua OSIS, Jerry, cowok ganteng yang angkuh. Biasanya kalau ada gosip tentang Mayra, dengan siapa dia pacaran atau kah sedang jomblo, pasti langsung menyebar, bahkan tukang kebun pun tahu. Tapi kali ini, tidak ada seorang pun yang membahas tentang itu.

Meskipun begitu, ia menyadari, ini valentine terakhirnya satu sekolah dengan Mayra, yang artinya, kali ini dia harus melawan ketakutan terbesarnya. Dewa, sahabat masa kecilnya, sudah membujuknya ribuan kali untuk mengungkapkan perasaannya. Meskipun cuma sekedar bilang "Aku menyukaimu..", yang penting Mayra mengetahuinya. Dengan tangan mengepal penuh keyakinan yang dipaksakan, Raka berjalan menuju tempat parkir.

"Raka? Kamu ngapain di sini?" gertak Rizky, anak basket yang lumayan dekat dengan Jerry. Raka gelagapan mengetahui ada orang lain yang masih berada di tempat parkir sekolah jam 5 sore. Spontan ia menyembunyikan kepalan tangan di balik tubuhnya, agar Rizky tidak mencurigai kertas putih di genggamannya. Kertas putih itu tak lain adalah surat cinta untuk Mayra, yang hendak ia selipkan di bagasi depan motor Mayra. Ia sampai hafal, di hari valentine, Mayra suka pulang telat dari hari biasanya untuk sekedar menghabiskan coklat pemberian cowok – cowok yang membludak dengan para sahabatnya.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang