Happy reading 💚💜
___________________________________
____________________
________
Jeno terus menyasak jalanan yang hampir tak terlihat di depannya. Kalau pun ia berjalan ke arah yang salah, hal itu tidak akan ia sadari karena saking tidak terlihatnya sisa jalur yang sudah mereka bertiga lewati tadi. Jeno terdiam, ia ragu akan melangkah kemana selanjutnya.
“Aku harus pergi ke mana ? Jalannya udah hampir tidak terlihat” ujar Jeno, ia berhenti tiba-tiba.
Haechan dan Jaemin pun menyisir keadaan disekitarnya. Tapi, sepertinya hal itu percuma saja, karena tidak ada jalan atau petunjuk yang bisa mereka gunakan.“Kita harus gimana ?” ucap Haechan yang terlihat putus asa.
Meratapi keadaan dan hanya berdiam di sini bukanlah solusi, Jeno mencoba tenang, menghela napasnya berulang kali sampai benar-benar tenang.Ia kemudian memutar otaknya, diarahkannya senternya ke atas, memutarkannya ke segala arah, sambil meniup peluit yang dari awal sudah menggantung di carier pendakiannya.
“Apa yang kamu lakukan, jen?” tanya haechan.
“Sebagai sinyal SOS, agar ada yang lihat jika ada orang yang sedang butuh pertolongan di sini. Semoga aja ada yang melihat dan mendengar”
Melihat Jeno, jaemin dan Haechan pun mengikutinya. Sekarang mereka bertiga sama-sama mengarahkan senternya ke atas, ke segala arah, berharap ada yang melihat sinyal SOS yang mereka kirimkan.
Namun, setelah beberapa menit berusaha, tidak ada tanda-tanda orang yang menyadari keberadaan mereka bertiga.
“tetap tidak ada yang tahu” ujar Jeno.
“Kita harus berbuat apa lagi, Jeno?” tanya Jaemin.
Mereka bertiga beristirahat berdekatan di bawah pohon, lalu sama-sama berdoa, berharap segera mendapat petunjuk agar bisa melewati semua ini dengan selamat.
Setelah saling berdoa, Jeno mengambil satu tempat di dekat nya untuk duduk dan menetralkan pikiran-pikiran negatifnya. Tak lama, Jeno mengajak berjalan lagi, suhu semakin dingin, beberapa kali haechan dan jaemin berteriak, berharap ada yang mendengarnya.
Sementara Jeno masih fokus dengan mencari jalanan yang bisa ia tapaki di depannya, langkahnya terus menerjang medan yang sulit itu. Mereka bertiga saling memberikan nasehat agar tetap terjaga kesadarannya dalam perjalanan.
Tapi, tidak lama setelah itu, Jeno tiba-tiba saja mencium aroma yg harum.
“Harum.... Kalian menciumnya juga?”
Kelana kembali menghentikan langkahnya. Aroma itu membuat Jeno merasa penasaran.
“Mau ada demit lagi?” ucap Haechan
“Di situasi seperti ini , kamu harusnya bisa lebih menjaga kata-katamu chan”ujar Jaemin
“Ayo” Jeno berjalan lagi. Ia mencoba abai dengan aroma itu. Tapi, tiba-tiba Jeno melihat setitik cahaya terang dari kejauhan. Jeno menyipitkan matanya, lalu menatap fokus ke mana cahaya itu berada
KAMU SEDANG MEMBACA
(nominhyuck) bertaruh nyawa di alas demit
Kinh dịJauh di dalam hutan sana, hidup ratusan, bahkan ribuan makhluk tak kasat mata yang siap mencelakaimu kapan saja. Pilihannya hanya dua ; abadi di dalam hutan ini, atau jalani hingga akhir. Cerita ini hanya fiksi tidak ada sangkut pautnya dengan tok...