___*2*___

235 33 3
                                    






Disetiap balik pohon, nyaris seluruhnya dihuni oleh puluhan atau bahkan lebih makhluk menakutkan








----##----



“Assalamualaikum” sapa Jeno pada pemilik rumah.

“Walaikumsalam warahmatullah. Monggo, Mas”

“Mau naik, Mas?” tanya bapak-bapak pemilik rumah basa-basi.

“Iya, Pak. Tapi istirahat dulu sebentar”

Bapak pemilik rumah pun mempersilahkan mereka duduk bersantai di atas karpet yang sudah ia sediakan untuk pendaki yang singgah di rumahnya. Setelah berkenalan, bapak pemilik rumah tersebut bernama Pak Johnny.

“Mau naik hari ini juga?”

Mereka bertiga mengangguk.

“Sudah sore lho, Mas? Apa gak sebaiknya besok pagi-pagi saja?”

Jeno  tersenyum, lantas menjawabnya, “Hehehe, enggak, Pak. Sore ini saja”

“Oalahhh, Ya sudah, Mas.... Hati-hati ya, Mas.... Di sini, akhir-akhir ini sering hujan dan kadang disertai angin. Njenengan sudah bawa jas hujan, jaket dan sleeping bag?”

“Sudah, Pak”

Pak Johnny tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Karena masih dirundung rasa penasaran akibat Bu Sarini di warung tadi, di situ jeno memberanikan diri bertanya mengenai berita pendaki yang belum lama hilang di gunung Merbabu ini.

“Sebelumnya, maaf nggeh Pak. Apa benar belum lama ini, ada pendaki tersesat dan pas ditemukan sudah dalam keadaan meninggal?” tanya jeno dengan raut wajah sungkan dan rasa penasaran.

Pak Johnny tersenyum, kemudian berkata dengan suara pelan, seperti sengaja agar suaranya tak terdengar hingga luar rumah.

“Iya, Mas. Rupanya mas tahu juga beritanya ya? Pendaki yang hilang itu, dia mendaki lewat jalur illegal, Mas. Tapi, ditemukannya gak jauh dari jalur Wanadya” ucap Pak Johnny

“Kenapa bisa sampai meninggal ya, Pak?” sahut haechan.

“Kemungkinan, dia kehabisan logistik dan tidak punya pengetahuan soal bertahan hidup, Mas”

“Itulah parahnya, kalau mendaki tapi tanpa disertai pengetahuan yang memadai” ucap Pak Johnny.

Jeno , jaemin dan haechan hanya mengangguk- angguk mendengar penjelasan Pak Johnny. Tak lama dari situ, seorang wanita paruh baya keluar dari belakang sambil membawa empat gelas teh hangat.

“Monggo, Mas. Diminum” ucap wanita tersebut sambil tersenyum.

“Ini istri saya, Mas” ujar Pak Johnny

Pak Johnny memang ramah sekali. Jeno, jaemin dan haechan pun terkesan dengan jamuan yang beliau berikan.

Bahkan, beliau menyarankan lagi, untuk mendaki esok hari saja dan menginap di rumahnya terlebih dulu satu malam. Menurutnya, mendaki saat menjelang petang dekat-dekat ini, sangat tidak direkomendasikan, karena medan yang akan bertambah sulit karena sering turun hujan.

“Ehh... Maturnuwun, Pak. Kami mendaki hari ini saja... Insya Allah kami sudah siap dengan semua alat dan persiapannya” sahut jaemin.

Sore itu, sekitar pukul 16.30, Jeno, jaemin dan haechan sudah bersiap dengan sepatu di kaki dan carier di punggungya. Mereka bertiga sebentar lagi memulai perjalanannya menggapai puncak Merbabu melalui desa Wanadya.

“Udah aman semua?” tanya jeno yang langsung dibalas dengan acungan jempol oleh jaemin dan haechan.
“Kalau udah siap semua, ayo merapat sebentar. Kita berdoa sebelum memulai pendakian ini”

Beres memanjatkan doa, mereka pun pamit dengan Pak Johnny dan istrinya di dalam rumah. “Pak Johnny, kami berangkat dulu, nggeh. Maturnuwun suguhannya” ucap mereka.

Setelahnya, mereka bertiga memulai pendakiannya dengan formasi jaemin paling depan, disusul haechan dan Jeno berada paling belakang. Di balik mereka berdiri, sore senja mulai menyuguhkan panoramanya. Gagahnya gunung Merapi pun tak luput dari tatapan meraka.

Terlihat jelas bibir kawah di atasnya itu mengepulkan asap yang membumbung tinggi. Beberapa meter setelah keluar dari rumah Pak Johnny, langkah mereka perlahan masuk dalam hutan belantara.

Ancaman hujan badai, terpeleset karena jalur licin, atau ancaman hilang di dalam hutan sudah siap menantinya di dalam hutan.

“Ati-ati, Le! Waspada! Durung suwe bar ono molo neng kene! Ilengo karo Gusti Allah, ojo ngumbar sing ora penting"

"(Hati-hati, Nak! Waspada! Belum lama ada hal buruk di sini! Ingat sama Gusti Allah, jangan bicara yang tidak penting)” teriak laki-laki paruh baya yang tiba-tiba muncul dari bawah lereng

“Siapa, jen?” tanya jaemin dan pada Jeno di belakang.

“Gak tahu” jawabnya

“Nggeh, Pak! Kami akan hati-hati” teriak haechan membalas perkataan bapak-bapak tadi.

“Asal disahut aja apa susahnya? Toh, dia memberi nasehat yang baik pada kita, kan?” kata haechan.

Cahaya senja perlahan hilang, berganti kegelapan yang menyelimuti hutan dan mereka bertiga di dalamnya. Senter di tangan dan kepala pun mulai mereka nyalakan untuk menelusuri belantara hutan saat itu.

Diantara mereka bertiga, haechan lah yang paling dini dalam pengalaman pendakian gunung. Sementara, jeno dan jaemin sudah kerap naik turun gunung bersama dari awal mereka kenal.

Semakin ke atas, kemiringan jalur terlihat semakin curam. Di beberapa titik pun rintikan hujan mengiringi langkah mereka. Meski demikian, mereka belum mengenakan jas hujan yang mereka bawa karena intensitas airnya yang masih rendah.

Di belakang jaemin dan haechan, Jeno berjalan santai dengan tempo jalan yang biasa ia pakai. Namun, ketika Jeno melangkahkan kakinya agak tinggi ke atas batu di tengah jalur pendakian, tiba-tiba saja dari arah belakang Jeno mendengar suara langkah kaki berderap cukup keras.

Jeno tentu saja menghentikan langkahnya dan melihat ke belakangnya. Tapi, di situ jeno tidak menemukan siapapun di belakangnya, kecuali dia seorang diri dan dua temannya di depan. Saat itu, jeno tak memperdulikannya dan kembali melanjutkan langkahnya lagi ke atas.

“jaemin! Jalanmu kenapa cepat sekali? Kamu tidak sedang naik gunung dengan jeno aja! Ada aku diantara kalian berdua! Pelan-pelan aja lah” gertak haechan tiba-tiba dengan napas yang ngos-ngosan”

Jeno dan jaemin tertawa melihat tingkah temannya yang satu ini. Saat di bawah, dia kerap berkelakar dan belaga akan kuat mengimbangi jalan mereka. Nyatanya? Hahaha..... Mereka bertiga pun berhenti di area lapang di sebelah jalur pendakian.





Makasih udah baca 💚

Jangan lupa vote and komen nya 💚🌏

(nominhyuck) bertaruh nyawa di alas demit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang