Happy reading 💚💜
__________________________________
__________________
_______
Suasana desa sepi manakala Jeno, Jaemin dan Haechan baru saja memasukinya. Mungkin, wajar saja, karena sudah hampir tengah malam. Suasana pedesaan yang mereka lihat, seperti pedesaan yang wajar.
Jarak rumah di sini berjauhan satu dengan yang lainnya. Dua orang warga melintas berlawanan arah, mereka melempar senyum kepada Jeno, Jaemin dan Haechan.
Jeno sampai di persimpangan yang dimaksud Lisa, lalu menatap satu rumah yang berdiri di dekat situ. Sebuah rumah dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu dengan penerangan lampu pijar kuning yang menyala tak begitu terang.
"Mungkin ini rumahnya. Hanya ada rumah ini di persimpangan sini" ucap Jaemin.
Mereka bertiga berjalan mendekat, menginjakkan kakinya perlahan di pelataran rumah itu, sembari kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri melihat sekitarnya.Mereka berhenti tepat di depan pintu rumah tersebut. Dengan jantung berdebar, Jeno dan Jaemin mengetuk pintu seraya mengucapkan salam, mencoba memastikan bahwa rumah ini merupakan rumah Lisa. Beberapa menit berselang, tidak ada jawaban.
Mereka bertiga berjalan pelan mendekati sebongkah kayu panjang di teras rumah itu, lalu mendudukkan pantatnya sembari beristirahat. Jeno memeriksa betisnya yang terbalut kasa yang sudah berubah warna menjadi kemerahan akibat banyak darah yang keluar.
"Aku coba ketuk lagi" ucap Haechan.
Suara wanita terdengar mendekat dari arah dalam rumah. Pintu dibuka, seorang wanita berusia paruh baya muncul dari balik pintu.Wanita itu bingung, karena kedatangan tiga pemuda asing di rumahnya. Apa lagi, salah satunya terlihat sedang terluka di kakinya.
"Siapa, ya?" tanyanya keheranan.
"Jeno, Ibu.... Ini Jaemin, Haechan" jawab Jeno seraya membungkuk canggung."teman-teman saya, Bu" Lisa yang baru datang langsung memberi tahu wanita itu. Rupanya, wanita itu adalah ibunya yang bernama Bu yuri.
"Oh, kancane Murni? Kok ora ngomong kawet mau. Sikilmu kenopo, cah bagus? (temannya Murni? Kok nggak bilang dari tadi. Kakimu kenapa?)"
Bu Yuri ini tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia, namun, beliau paham dengan apa yang keluar dari mulut Jeno, Jaemin dan Haechan.
Bu Yuri kemudian mempersilakan masuk, "Monggo" ibu dan Lisa mengajak mereka bertiga masuk ke dalam rumah.
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah itu dan melihat segala isi rumah yang sederhana seperti rumah-rumah di pedesaan. Di setiap sisi rumah, ada sebuah ruang tanpa pintu, hanya dinding bambu yang terbelah sebagai pintunya dan tertutup kelambu berwarna merah.
Mereka bertiga duduk di sebuah dipan kayu yang hanya berjarak tiga langkah dari pintu rumah. Bu Yuri tampak menggandeng Lisa ke belakang. Dan beberapa menit kemudian, Lisa kembali ke depan, dengan membawa tiga cangkir kopi hitam dan beberapa batang tanaman.
"Silakan.... Maaf, rumah kami hanya seadanya" tukas Murni. Di belakangnya, berdiri Bu Yuri seraya tersenyum kepada Jeno, Jaemin dan Haecha.
"Terima kasih, Lisa... Ini jauh lebih baik" jawab Jeno.
"Iya, Lisa.... Dari pada kami harus terus berputar-putar di dalam hutan itu" imbuh Jaemin.Spoiler part selanjutnya
_______Spoiler - Kedamaian Di Balik Kegelapan Alas Demit
Pada part selanjutnya, Jeno akan dihadapkan pada salah satu kenyataan menyakitkan dalam hidupnya. (Mungkin) akan banyak menguras emosi dan hati bagi teman-teman yang membaca kisahnya pada part selanjutnya nanti.
"Dia salah satu makhluk penghuni Alas Demit, dan salah satu yang terkuat dan ditakuti. Tapi, tenang saja, desa ini sudah diberi perisai gaib yang bisa menghalanginya untuk masuk kesini"
"Alas Demit?" tanya Jaemin
"yang kalian lewati tadi itu kan Alas Demit"
"Desa ini, hampir seluruhnya dikelilingi oleh Alas Demit"Hampir tidak ada cahaya matahari masuk setiap harinya, hanya ada kegelapan di hutan itu
"Sebenarnya, kamu dan warga desa di sini itu apakah dari golongan yang sama dengan saya dan teman- teman saya?" tanya Haechan yang membuat Jeno dan Jaemin terkejut.
"Kau tanya apa sih? Tutup mulutmu" bisik Jeno
"Lisa..." panggil Jeno seraya melangkah keluar.
Ternyata, benar... Lisa sedang duduk melamun di luar rumah, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Lisa?" panggil Jeno lagi.
"Iya, Mas? Kamu kenapa nggak istirahat?" jawab Lisa kaget mengetahui kedatangan Jeno."Kabeh iku, mung iso mbok delok naliko kowe ati- ati, cah bagus... ojo grusa-grusu naliko netepno anggonmu mlampah (Semua itu, cuma bisa dilihat saat kamu hati-hati, cah bagus... Jangan tegesa-gesa saat menetapkan langkahmu)" tukas Bu Yuri.
"Selagi aku tidak bisa membersamai langkahmu, hanya ini yang bisa aku beri untuk melindungimu dan teman- temanmu. Terima lah, agar aku tenang, saat kamu mulai melakukan perjalanan nanti"
__________
________________
_______________________
Kira kira apa yg di berikan Lisa untuk Jeno ya ???
Menurut kalian Lisa ini sama seperti kita atau tidak ya ???
Maaf ya cuma up dikit , cilla lagi pusing ujian hueeee
Ayoo kasih Cilla semangatMakasih udah mampir, jangan lupa untuk vote and komen luvvv yuuu 🌷💚💜
![](https://img.wattpad.com/cover/329599269-288-k426891.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(nominhyuck) bertaruh nyawa di alas demit
HorrorJauh di dalam hutan sana, hidup ratusan, bahkan ribuan makhluk tak kasat mata yang siap mencelakaimu kapan saja. Pilihannya hanya dua ; abadi di dalam hutan ini, atau jalani hingga akhir. Cerita ini hanya fiksi tidak ada sangkut pautnya dengan tok...