LL 02

969 66 0
                                    

Keesokan harinya Nukuea terbangun dengan tubuh yang terasa remuk dan sakit.

Kepalanya berdenyut karena efek minuman dan... Bagian bawahnya yang seakan robek hingga dadanya.

Nukuea memegang kepalanya yang seakan akan pecah dan ketika dia melihat kesebelahnya, Nukuea terkejut luar biasa.

Seorang pria tidak berbusana sama sekali berbaring tidur disampingnya. Nukuea pun mengintip kedalam selimutnya dan mendapati dirinya yang polos tanpa busana juga.

Nukuea melihat pakaiannya dan pria itu berserakkan dilantai kamar hotel itu.
Nukuea segera mengambil pakaiannya dan memakainya.

Namun ketika dia berdiri, kakinya goyah dan terduduk kembali diatas tempat tidur.
Nukuea meneteskan airmata membayangkan apa yang terjadi tadi malam dan juga sakit yang tidak tertahan.

Akhirnya dengan jalan tertatih2 Nukuea keluar dari kamar hotel itu dan memberhentikan taksi dan pulang ke rumahnya.

Sesampainya dirumah, Nukuea masuk kekamarnya dan berbaring diatas kasur.
Nukuea mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam dan sedikit potongan2 kejadian malam itu muncul dipikirannya.

Nukuea menutup wajahnya dengan bantal kecil dan menangis sepuasnya.
.
.

Sementara itu tak lama setelah Nukuea pergi, Lian bangun dan melihat sebelahnya yang sudah kosong. Lian mencari2 dengan matanya kemana pria yang sudah bercumbu dengannya malam tadi.

"Khun? Khun?" teriak Lian namun tidak ada jawaban.

"Sial, kemana dia? aku belum mendapatkan namanya. Dia pasti kesakitan setelah apa yang kulakukan padanya tadi malam." ujar Lian.

Lian pun segera memakai seluruh pakaiannya dan keluar dari kamar itu.
.
.
.
.
Sebulan sudah kejadian itu terjadi dan Lian belum menemukan pria yang dia cari.

Lian menyuruh anak buahnya untuk mencari, namun dengan minimnya informasi tentang pria itu, Lian dan anak buahnya kesulitan mencari siapa dia.

Lian sekarang adalah seorang CEO disebuah perusahaan milik ayahnya.
.
.
Malam pun tiba, Lian dan Max serta Joss pergi kesebuah bar untuk sekedar menghibur diri.

Ketika Lian masuk dan akan memesan minuman dia melihat pria yang dicarinya sedang melayani seseorang di bar itu.

Lian terkejut dan dengan segera dia menghampiri pria itu dan menarik tangannya.

Sementara Nukuea kaget setengah mati ketika ada seseorang menarik tangannya dan ketika dia melihat siapa yang menariknya semakin terkejutlah dia. Pria yang sudah menidurinya ada disitu.

"Kau??" ujar Nukuea.

Lian melotot memandang Nukuea.

"Ikut aku ada yang harus kita bicarakan." ujar Lian sembari menarik tangan Nukuea, namun Nukuea menepisnya. Lian berbalik dan menatap mata Nukuea yang terlihat marah.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan, aku tidak kenal kau begitu juga kau. Jadi tinggalkan aku." ujar Nukuea hendak pergi dari hadapan Lian.

Namun Lian memegang lagi tangan Nukuea dan menahannya untuk pergi.

"Kita harus bicara." ujar Lian dan mengertakkan giginya.

Nukuea berusaha melepaskan tangan Lian dari tangannya namun kekuatan Nukuea kalah jauh dari Lian.

"Lepaskan dia, Lian. Apa yang kau lakukan?" ujar Max yang melihat kanan kiri takut2 akan terjadi keributan disana.

"Aku ada urusan dengan dia Max, jangan ikut campur." ujar Lian yang matanya tidak bergerak dari Nukuea.

"Tapi bagaimana kalau penjaga bar ini menyerangmu, Lian." tanya Max lagi.

"Itu urusanmu. Halangi mereka." ujar Lian sembari menarik tangan Nukuea keluar dari bar itu.

"Lepaskan aku. Lepaskan." teriak Nukuea.

Namun Lian tidak bergeming dan terus menarik Nukuea keluar.

Setelah Lian merasa situasi sudah sepi Lian melepaskan pegangan tangannya membuat Nukuea mengusap tangannya yang sakit akibat genggaman Lian.

"Apa maumu?"

"Kita harus bicara tentang malam itu."

"Tidak ada yang terjadi di malam itu, aku tidak tahu apa maksudmu." ujar Nukuea berbalik dan akan pergi dari situ.

"Ada yang terjadi malam itu, aku menidurimu." ujar Lian dan membuat Nukuea menghentikan jalannya.

"Lupakan itu. Jangan pernah mengungkit2 hal itu lagi."

"Tidak bisa. Aku harus bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan. Aku melukaimu dan aku akan menebusnya."

"Tidak perlu, cukup lupakan saja kejadian itu, dengan itu sudah cukup membantuku." ujar Nukuea lagi dan hampir meneteskan airmata.

"Aku tidak akan pernah bisa melupakan malam itu. Itu yang pertama buatmu, kan?" tanya Lian.

"Sudahlah kumohon lupakan saja." ujar Nukuea lagi.

Lian menarik lagi tangan Nukuea agar menghadap padanya.

"Tidak akan pernah bisa aku melupakan kejadian itu. Aku akan bertanggung jawab. Dan aku akan menjamin semua kebutuhanmu." ujar Lian lagi.

"Aku seorang laki2 dan kurasa hal itu tidak perlu dibesar2kan." ujar Nukuea dan tanpa sadar Nukuea meneteskan airmatanya.

"Lalu kenapa kau menangis jika itu bukan hal yang besar?" tanya Lian.

Nukuea baru menyadari kalau airmatanya mengalir. Dia segera menghapus airmatanya.

"Biarkan aku membantumu, kumohon." ujar Lian.

"Biarkan aku menebus kesalahan yang kubuat malam itu. Na?" pinta Lian.

"Kenapa kau membesar2kan masalah ini. Kau seorang laki2 begitupun aku. Kupikir tidak ada yang dirugikan dalam hal ini." ujar Nukuea.

"Ada, kau, aku merusak tubuhmu. Jadi tolong biarkan aku memperbaikinya." ujar Lian lagi.

"Kau ini sangat keras kepala. Aku sudah melepaskanmu dari tanggung jawabmu, bukannya senang malah kau meminta masalah itu datang lagi." ujar Nukuea.

"Orangtuaku mengajarkan aku untuk menjadi pria yang bertanggung jawab, karena tanggung jawab dan menepati janji adalah kebanggaan seorang pria." ujar Lian.

Nukuea tertegun mendengar itu, seandainya saja orangtuanya masih ada, mungkin mereka akan mengajarkan hal yang sama pada dirinya.

"Baiklah, aku setuju, tapi kau jangan menyesal." ujar Nukuea sambil berlalu dari sana dengan senyuman diwajahnya.

"Tidak akan." teriak Lian dan tersenyum.

"Tunggu aku setelah pulang kerja." ujar Nukuea lagi.
.
.
.
.

Bersambung


840

Love is Love (ZeeNunew) 005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang