Lian menunggu dimobil hingga bar tutup dan Nukuea selesai dengan tugasnya.
Setelah selesai Nukuea menghampiri mobil Lian dan Lian keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Nukuea.
"Tidak usah seperti ini, Phi. Jangan sampai lupa kalau aku juga pria." ujar Nukuea, yang walaupun bicara seperti itu namun Nukuea suka juga. Lian pun tersenyum.
"Namaku Lian. Kamu?" tanya Lian.
"Nukuea."
"Dimana rumahmu. Aku akan mengantarmu sekarang jadi aku tahu dimana rumahmu." ujar Lian.
"Baiklah. Aku tunjukan jalannya."
Mereka pun berangkat dan Nukuea menunjukkan jalan kerumahnya.
Jalan yang dilewati semakin mendekati rumah Nukuea semakin mengecil.
Rumah Nukuea terletak disebuah gang kecil."Dari sini kita harus berjalan, Phi. Jalannya tidak bisa masuk mobil."
Dan mereka pun turun dari mobil dan berjalan di gang yang sepi.
Sesampainya dirumah Nukuea.
Lian melihat rumah didepannya.Rumah kecil dan sesak.
Nukuea membuka pintunya dan mempersilahkan Lian masuk.
Karena tinggi Lian, Lian harus sedikit mencondongkan badannya agar tidak terbentur atas pintu rumah itu.Lian masuk dan didalamnya hanya terdapat satu tempat tidur yang tergeletak dilantai, lemari pakaian 1 pintu, dan sebuah dapur diujung yang menyatu dengan kamar mandi.
"Kamarku lebih besar dari ini." gumam Lian.
Nukuea mendengar itu dan tersenyum.
"Duduklah, Phi. Dimana saja kau suka." ujar Nukuea yang masuk ke dalam kamar mandi.
Lian duduk disana dan memandangi kamar kecil yang terlalu polos menurut Lian.
Tak lama Nukuea pun keluar dan duduk di atas tempat tidurnya.
"Apa kau tidak dingin tidur dibawah dan hanya dilapisi kasur tipis?" ujar Lian.
"Aku sudah terbiasa mungkin, Phi."
"Orangtuamu dimana?"
"Mereka sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Pertama ayahku dan 1 tahun kemudian ibuku." ujar Nukuea dengan tersenyum berusaha menyembunyikan sedihnya.
Lian melihat itu.
"Maaf Phi tidak tahu."
"Tidak apa2 Phi."
"Rumahmu ini tidak layak huni sepertinya."
"Kata siapa Phi. Aku tinggal disini sudah 3 tahun semenjak ibuku meninggal dan aku nyaman2 saja." ujar Nukuea tersenyum.
"Kecil, pengap dan dingin." ujar Lian membuat Nukuea hanya tersenyum.
"Kau harus pindah dari sini. Besok akan Phi carikan rumah untukmu yang lebih layak dari ini." ujar Lian dengan santainya sambil melihat2 kesekitar.
"Ha?? Tidak, Phi. Tidak perlu." teriak Nukuea.
"Phi sudah janji akan mengurusmu dan kau sudah menyetujuinya jadi jangan membantah." ujar Lian lagi.
"Baiklah Phi sekarang pulang dulu, besok malam Phi akan menjemputmu di Gemini." ujar Lian berdiri dan melangkah keluar.
Nukuea menutup pintu dan mengantar Lian hingga sampai dimobilnya lagi.
"Sampai besok Nhu." ujar Lian dan berlalu dengan mobilnya.
Sesampainya dirumah Lian masuk kedalam kamarnya dan bersiap2 mandi dan tidur.
Setelahnya Lian berbaring ditempat tidurnya.
Ada sesuatu yang Nukuea tidak tahu kalau setelah malam di hotel itu, Lian merasa jatuh cinta pada Nukuea pria yang tidak dia kenal.Lian merasa sangat lega dan bahagia bisa bertemu lagi dengan lelaki manis dan cantik itu.
Lian tersenyum dan menutup matanya pergi ke alam mimpi.
.
.Keesokan paginya Lian pergi ke kantornya dan memanggil Foei kedalam ruangannya.
"Ada apa Tuan Lian?"
"Kau carikan rumah yang cukup untuk 1 orang namun bersih dan nyaman."
"Baiklah tuan. Tapi untuk siapa tuan?"
"Untuk.... Calon kekasihku." ujar Lian tersenyum dan membuat Foei terkejut.
"Oh baiklah tuan." ujar Foei dan membalikkan badannya.
"Kenapa tidak tinggal bersama saja jadi tidak usah repot." gumam Foei pelan.
Namun perkataan itu terdengar oleh Lian.
"Foei tunggu. Apa tadi kau bilang?"
Foei terkejut perkataannya terdengar oleh atasannya itu.
"Ehm itu tuan maksud saya.. Itu." ujar Foei gugup.
"Katakan dengan jelas." ujar Lian.
"Kenapa dia tidak tinggal aja diapartemen tuan, kan ada kamar yang kosong. Maaf tuan atas kelancangan saya." ujar Foei membungkukkan badannya.
"Bagus juga idemu." ujar Lian tersenyum.
Foei yang tadinya mengharapkan teguran malah mendapatkan pujian. Foei pun tersenyum.
.
.
.
.
.Bersambung
596
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Love (ZeeNunew) 005
FanfictionHanya karena kesalahan satu malam merubah hidup Lian Panich dan Nukuea Chawarin. Hanya menulis apa yang ada di kepala saja. Jalan cerita dan panjangnya cerita tergantung isi kepala. Intinya adalah bukan penulis profesional hanya menyalurkan imajinas...