2 tahun Lian dan Kuea menjalani hidup sederhana.
Lian sekarang sudah bekerja sebagai manager disebuah perusahaan expedisi.
Dan Nukuea menjadi pelayan disebuah mini market.Karena keuangan mereka membaik, mereka pindah ke sebuah apartemen sederhana.
Dan mempunyai sebuah mobil lama.Setiap malam Lian akan menjemput Nukuea dan pulang bersama.
Sesampainya dirumah, Nukuea akan kedapur dan mempersiapkan makan malam yang mereka beli dalam perjalanan pulang dan Lian mandi dan berganti pakaian.
Setelah beres menyiapkan makanan dan Lian beres mandi giliran Nukuea dan Lian menunggu sembari mengerjakan tugas perusahaan di laptopnya.
Mereka pun makan bersama sembari bercerita tentang hari mereka.
Jam 8 malam mereka bersiap akan tidur, Nukuea membuka ponselnya dan Lian membaca buku, sampai mereka berdua merasa mengantuk.
Namun hari itu tiba2 ada yang mengetuk pintu apartemen mereka.
Lian dan Nukuea saling bertatapan bertanya2 siapa yang datang malam2 begini.
Lianpun berdiri dan membuka pintu.
Seketika setelah pintu terbuka Lian membeku.Nukuea yang melihat itu merasa heran.
"Siapa Phi?" tanya Nukuea dan terbangun dari tempat tidurnya.
"Pho, Mae." ujar Lian.
Nukuea menghentikan langkahnya dan terdiam ditempat.
"Halo Lian. Boleh kami masuk?" tanya Pho.
Lian pun membukakan pintu lebih lebar dan mempersilahkan mereka masuk.
Mae dan Pho pun masuk dan melihat2 keadaan apartemen dan melihat Nukuea yang membeku disana.
"Kalian tidak akan mempersilahkan kami duduk?" ujar Pho.
"Oh maaf Pho, Mae. Silahkan duduk."
Mae dan Pho pun duduk disofa tamu. Dan Lian menyusul duduk disofa pinggir Pho dan Mae.
Nukuea segera masuk kedapur dan mempersiapkan minum untuk Mae dan Pho dengan tangan gemetar.
"Ada apa lagi ini?" ujar Nukuea dalam hati.
"Ada perlu apa Pho dan Mae kemari?" ujar Lian.
Pho dan Mae pun tersenyum.
"Kami ingin membawamu kembali pulang, Lian."
Lian dan Nukuea terkejut dan gelas2 yang ada didalam nampan ditangan Nukuea tergerak dan berbunyi.
Lian melihat kearah Nukuea lalu menghampiri Nukuea, mengambil nampan itu dan tersenyum.
Lian mengusap pipi Nukuea dan berjalan kembali ke arah Pho dan Mae."Maksud Pho apa? Mohon maaf Pho, Lian tidak bisa meninggalkan Nukuea sampai kapanpun." ujar Lian.
"Kau harus kembali pada kami, nak."
Pho membuka tas kecilnya dan mengeluarkan beberapa barang dari sana.
Pho mengeluarkan kunci mobil, kartu2 bank dan sebuah kunci rumah. Dan menaruhnya dimeja dan menyeretnya kearah Lian.
"Ini semua milikmu." ujar Pho.
"Terima kasih Pho. Tapi semua itu Lian tidak mau jika itu berarti Lian kehilangan Nukuea, harta paling berharga Lian."
Pho dan Mae tersenyum.
"Kau bisa demi dia hidup seperti ini selama 2 tahun ini, dan kau mau menerima Lian walaupun dia bukan lagi Lian yang kaya raya." ujar Mae.
Lian dan Nukuea heran dengan perkataan Mae.
"Nukuea kau juga duduk disini dan dengarkan penjelasan kami."
Lian terlihat khawatir dengan Nukuea, takut kalau2 ibunya akan bicara tidak enak padanya.
"Jangan khawatir Lian, Mae tidak akan menyakiti kekasihmu."
Lian dan Nukuea kembali terkejut dengan kata2 mae.
Lian pun menggangukkan kepalanya pada Nukuea tanda agar Nukuea duduk dan tidak usah khawatir."Lian, dulu Mae dan Pho hanya khawatir kalau Nukuea hanya mencintai harta kamu. Mae takut anak Mae akan terluka. Kalian tidak bisa memungkiri kalau banyak sekali orang yang jahat yang hanya memikirkan harta dan tidak peduli dengan perasaan orang lain." ujar Mae.
"Tapi setelah melihat kalian tetap bersama dan berjuang bersama walau tanpa harta. Kami yakin kalau Nukuea tulus mencintaimu" ujar Pho.
Lian dan Nukuea pun tersenyum.
"Jadi kembalilah Lian. Ambil kembali semua yang menjadi hakmu dan berbahagialah dengan Nukuea." ujar Mae.
Lian tersenyum dan segera memeluk ibunya. Lian meneteskan airmata.
Setelah itu Lian memeluk Nukuea dan mencium pipinya."Phii."
Nukuea sedikit mendorong badan Lian dan melihat pada orangtua Lian dan tersenyum malu.Mae dan Pho hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
.
.
.
Lian kembali dengan pekerjaan lamanya CEO di Pentagon. Dan Nukuea menjadi sekretaris PRIBADI Lian.Namun mereka tidak kembali ke apartemen lama namun tetap tinggal ditempat yang sekarang.
Orangtua Lian pergi ke Swiss untuk tinggal disana dan menikmati masa tua bersama.
Seluruh usaha keluarga Panich jatuh pada Lian.
.
Hari itu Lian mengajak Nukuea untuk berkencan disebuah restoran mewah.
Mereka makan malam disana."Lian??"
Lian melihat kearah suara yang memanggilnya dan ternyata itu Janis. Teman masa SMAnya.
"Janis??"
Janis pun setengah berlari menuju kearah Lian dan tiba2 Janis memeluknya.
"Apa kabar Lian? Wah ternyata benar kau sudah menjadi CEO sekarang."
Janis memandangi seluruh tubuh Lian.
"Aku baik, Jan. Kau bagaimana?"
"Aku baik2 juga. Kau tahu aku rindu padamu. Kau seperti menghilang setelah lulus SMA. Apa kau sudah menikah?"
Tanya Janis dengan tersenyum.
Lian melihat pada Nukuea yang hanya terdiam duduk didepannya.
Dan Lian menunjukkan jari manisnya yang kosong pada Janis."Ah, syukurlah, berarti aku belum terlambat." ujar Janis.
Lian dan Nukuea pun kaget dengan perkataan Janis.
"Kenapa kaget begitu? Kau juga pasti tahu kalau aku sejak dulu menyukaimu. Dan mulai dari sekarang aku akan mengejarmu, Lian." ujar Janis tersenyum.
Janis lalu melihat kearah Nukuea.
"Halo, kalian sudah selesai makan malamnya?"
"Sudah." ujar Lian.
"Kalau begitu kau mau tidak jalan2 denganku, sekedar melepas rindu dan mengenang masa SMA?" tanya Janis.
Wajah Nukuea segera berubah dan Lian melihat itu.
"Tidak bisa, Jan. Aku dan Nukuea ada rencana yang lainnya. Sampai jumpa lagi, Jan. Kami permisi." ujar Lian berdiri dari kursinya dan menghampiri Nukuea.
"Ayo kita pergi." ujar Lian tersenyum.
Janis merasa aneh dengan perlakuan Lian pada Nukuea. Ada sesuatu yang janggal antara mereka. Pikir Janis.
Lian dan Nukuea pun pergi dari sana. Dan meninggalkan Janis yang masih bertanya-tanya.
Bersambung
884
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Love (ZeeNunew) 005
FanfictionHanya karena kesalahan satu malam merubah hidup Lian Panich dan Nukuea Chawarin. Hanya menulis apa yang ada di kepala saja. Jalan cerita dan panjangnya cerita tergantung isi kepala. Intinya adalah bukan penulis profesional hanya menyalurkan imajinas...