PROLOG

351 24 8
                                    

CERITA INI BAKAL UPDATE SETIAP HARI SABTU.

TINGGALKAN JEJAK KALIAN YAH.

BERI AKU SEMANGAT DENGAN MENEKAN TOMBOL BINTANG.

KALAU KALIAN SUKA CERITA INI JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU YAH.

***

BRAK!!

BRAK!!

BRAK!!

Suara benda berjatuhan di mana-mana, menciptakan kebisingan di dalam sebuah kamar mewah bernuansa abu-abu itu.

Sudah layaknya kapal pecah, banyak vas-vas bunga yang hancur, benda-benda lain berjatuhan.

Bukan ulah kucing, tapi melainkan semua ini kemarahan dari sosok laki-laki bertubuh etletis, rambut yang berantakan, terlihat, rahangnya mulai mengeras.

Terlihat juga, tangannya mulai mengeluarkan darah, akibat gelas yang ia genggam hancur berkeping-keping.

Dia Utara Naufal Narendra

"UTARA!!"

Terdengar suara teriakan yang memanggilnya dari luar.

"UTARA, BUKA PINTUNYA!!! "

"UTARA, KAMU NGGAK DENGERIN AYAH HAH."

"ANJ****" sentak Utara.

Dia kembali mengacak-acak seluruh isi ruang kamarnya itu. Hingga sudah tidak terlihat seperti kamar lagi, melainkan seperti gudang yang sudah setahun tidak terurus.

"MAU LO APA BRENGSEK!!" teriak Utara. Suara Utara menggema di seluruh sudut ruang itu.

"KALO KAMU NGGAK BUKA SEKARANG, AYAH BAKAL DOBRAK PINTU INI."

Bukan Utara namanya jika ia menuruti keinginan ayahnya itu. Utara dengan santainya, mendekati sebotol amer yang berada di atas meja.

Utara tidak menghiraukan panggilan ayahnya itu, yang terdengar begitu berisik di telinganya. Ia dengan nikmat meminum sebotol amer itu sampai habis.

Tubuhnya mulai goyah, ia menyangga tubuhnya itu dengan dinding kamarnya.

Brak!!

Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok laki-laki berjas putih dan berdasi putih, dan di belakangnya terlihat ada 15  laki-laki bertubuh besar dengan jas hitam. Mereka semua berdiri dengan gagah di sana.

"Bawa anak itu ke sini!!" Perintah Damaris. Damaris Narendra, laki-laki berusia 53 tahun itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ayah dari sosok Utara Naufal Narendra.

Bisa kita lihat, sikap Utara, itu ia dapatkan dari Damaris.

Dua laki-laki bertubuh besar itu, melaksanakan perintah Damaris dengan segera. Ia membawa Utara tepat di hadapannya.

Utara tertawa kejam, "Damaris Narendra." ucap Utara.

"MAU LO APA?"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi tampan laki-laki itu. Rahangnya kembali mengeras, tangannya mulai terkepal, itu tandanya emosinya sudah meningkatkan.

Bugh!

Bugh!

Dua laki-laki yang mencengkram tangan Utara, terkapar di lantai  hanya dengan satu pukulan saja.

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang