7. KEMBALINYA MASA LALU UTARA

126 14 0
                                    

Hai? Selamat malam. Mohon tinggalkan jejak di sini yah.

Usahakan baca sampai bawa yah.

Selamat membaca❤

***

7. KEMBALINYA MASA LALU UTARA

Bel pulang berbunyi di seantero sekolah beberapa menit yang lalu, keadaan sekolah saat ini masih cukup ramai karena siswa-siswi yang berhamburan keluar.

Fallora sibuk dengan handphonenya sedari tadi, ia sekarang sedang berjalan di tengah-tengah lapangan sendiri. Alana sudah dulu pulang, karena jemputannya sudah datang.

Dia tidak sibuk membalas chat seseorang, tapi dia sedang memperhatikan pesan yang telah dikirimkan oleh Utara tadi siang.

"Fallora." panggil Alanka. Laki-laki itu kini berjalan beriringan dengan Fallora. Fallora membalasnya dengan tersenyum manis, ia tidak tahu harus berkata apa. Ia juga tidak tahu nama laki-laki itu, sejauh ini, ia hanya tahu Utara. Dan tidak tahu nama-nama anggota Zona besar.

"Iya Kak Alanka. Gitu dong, masa senyum aja." ujar Alanka saat melihat gadis itu senyum-senyum bae.

"Ooo, jadi namanya Alanka." ujar Fallora manggut-manggut. Tidak ada obrolan setelah itu, keduanya terus berjalan menuju parkir.

"Eh, Utara mana?" tanya Rio ketika melihat Alanka yang datang tanpa laki-laki itu.

"Bukannya dia udah duluan ya tadi." ujar Alanka bingung. Alanka adalah satu-satunya anggota Zona besar yang satu kelas dengan Utara, itu sebabnya mereka heran ketika laki-laki itu tidak barengan dengan Utara.

"Mana gue tahu, biasanya kan keluar bareng lo." timbal Rio yang sudah siap untuk pulang. Perutnya sudah tidak bisa di ajak kompromi saat ini.

"Dia udah keluar duluan tadi, gue kira dia bakal nunggu di sini." ujar Alanka.

"Coba tanya ceweknya." sahut Fauzan. Tumben laki-laki itu tidak sibuk dengan handphonenya. Biasanya, nggak pernah ketinggalan.

"Ra, Utara di mana?" Marvin yang bertanya.

"Nggak tahu." jawab Fallora lesu. Lagi-lagi orang pikirannya beralih ke pesan yang dikirim oleh Utara. Sebenarnya kemana Utara pergi, bahkan anak Zona Besar yang lainnya juga tidak tahu di mana keberadaannya sekarang.

"Loh, kok nggak tahu. Bahaya nih." timbal Rio.

"Aku nggak sepenting itu sampai Kak Utara harus kasih tahu aku dia mau pergi ke mana, bareng siapa?" ujar Fallora. Lo nggak prlu tahu. Pesan itu benar-benar terdengar menyebalkan untuk di ingat, tapi ia selalu saja mengingatnya.

"Ciee, ngambek." goda Rio menaik turunkan kedua alisnya.

"Paan, nggak kok." elak Fallora.

"Utara nggak ada ngirim lo pesan?" tanya Fauzan.

Cukup lama Fallora menjawab, sampai akhirnya ia berucap, "ada." jawab Fallora.

"Apa katanya."

"Ada urusan penting katanya." jawab Fallora tidak bersemangat. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau dia kesal saat ini.

"Cari pacar pura-pura yang lain kali." timbal Rio. Hal itu membuat Fallora menatapnya dengan tatapan kesal.

"Eh, nggak Ra. Lo tetap yang terbaik." ucap Rio cengegesan.

Fallora menghembuskan napas pelan, ia lalu berusaha untuk menormalkan raut wajahnya. Tidak seharusnya ia marah untuk hal yang tidak sepatutnya. Utara bukan siapa-siapa, dan bukan pula hal yang penting.

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang