T

19 3 15
                                    

Monggo di siapkan mental nya😊 enjoy gess!

🚌

"Erisyaa!! Awas mobil!!"

Grep!

Dugh!

Bruk!

"Erisya!!"

Sebuah mobil dari arah belakang melaju dengan kencang, menerobos kerumunan zombie dan dalam sekejap menabrak sosok yang berdiri di tengah jalan itu.

Raika keluar dari rumahnya menghampiri mobil navy yang terparkir di jalan, ia masuk dan langsung duduk tanpa bicara.

"diem aja, kenapa? Ngerasa bersalah abis bunuh orang?" suara pemuda di sebelahnya bertanya.

"enggak sama sekali, masih ada satu target lagi yang mau gue beresin. Ikutin anak-anak itu." jawab Raika.

"gila lo! Dokter Salwa mau kita cepet dateng ke gedung sebelum gerbang di tutup." tolak pemuda itu.

"Rizal, dengerin gue. Gak bakal lama oke? Satu target doang setelah itu terserah." ujar Raika.

"gimana cara bunuhnya?" tanya pemuda itu yang tak lain adalah Rizal, sosok yang sama yang dengan yang membunuh Anggi.

"tabrak,"

Semua orang berkerumun di mana Erisya terbaring di sana, gadis itu memejamkan mata saat dirinya terlempar.

Perlahan ia membuka mata, betapa terkejutnya ia saat tahu siapa yang menyelamatkannya.

Rafael, pemuda itu memeluk dirinya dengan erat. Darah telah membanjiri kepalanya, ia tersenyum pada Erisya yang mulai menangis.

"el.. Lo ngapain sih?! Ada yang sakit gak? Pasti sakit ya?" Ujar Erisya panik ia bangun, dan segera memangku Rafael di pahanya.

Dadanya sesak saat darah terus keluar dari kepala Rafael, bahkan seluruh tubuh pemuda itu luka. Bulir bening itu lolos membasahi pipi Erisya yang sedikit chubby.

"el.. Lo harus kuat, kita bakal bawa lo kerumah sakit ya? Bangun oke?" Erisya terus berbicara dengan suara serak.

Mereka semua berdiri mematung melihat kondisi Rafael yang sudah tak bisa di katakan baik, rasa takut menguasai hati dan pikiran mereka terutama Rajali.

"Erisya Laliana," Rafael membuka mulutnya susah payah, dan kata yang ia sebut pertama kali adalah nama lengkap Erisya.

Gadis itu tak menjawab ia justru berusaha membangunkan Rafael, tapi usahanya gagal saat ia di minta diam dan mendengarkan.

"gue gagal sya, gue gagal jagain lo. Gue gak bisa jadi pelindung lo sesuai yang Fatir minta, gue pengecut! Selalu bikin lo dalam masalah. Maaf...  Maafin gue sya." ujar Rafael, nafasnya semakin tercekat setiap kata yang ia keluarkan dengan susah payah seakan menarik jiwanya untuk keluar.

Erisya terdiam dengan  air mata yang sudah membasahi wajahnya, ia merasa sesak pada dadanya melihat Rafael seperti ini.

"sya, lo tau? Gue gak percaya renkarnasi. Tapi kalo itu beneran ada gue mau terlahir kembali sebagai pasangan lo, gue gak akan bikin lo nunggu gue janji." Rafael terus berbicara meski tak semuanya Erisya dengarkan.

Pemuda itu terkekeh dengan apa yang ia ucapkan, dirinya tidak tau bahwa ada sesuatu yang seakan menghancurkan seluruh tubuh Erisya saat ini.

"el udah ya ngomongnya, kita kerumah sakit dulu ya? Bangun yuk?" ajak Erisya namun Rafael menggeleng sebagai jawaban.

Study TourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang