L

21 2 5
                                    

Gess tau enggak?  Enggak ya? Sama. Welcome gess di cerita absurd nya gweh😌

Arigatothankyou buat yang masih setiahh di sini..  Lov yu deh, don forget ay nid yu komen. Sarangekk 💗

🚌

Mentari telah menunjukan warna oranye nya yang bersinar dari arah condong ke barat, mereka yang melihatnya menyipitkan mata akibat sang mentari yang terlalu bersinar.

Di balik ruangan itu Winda menghentikan langkah dan menghadap pada Erisya, di tatap seperti itu oleh Winda membuatnya membeku.

"kenapa Win? Mau nanya apa?" Erisya bersuara di kala keheningan antar mereka.

"gue pengen lo jelasin sejelas-jelasnya apa yang terjadi antara lo dan Rani waktu itu." ucap Winda sembari mengalihkan pandangan membuat Erisya tersenyum miris.

"lo gak percaya sama gue?" pertanyaan itu membuat Winda terdiam bingung.

Winda tak mencurigai Erisya, tak juga menyalahkannya akan tetapi ia hanya mendengarnya langsung dari yang bersangkutan, ia tidak mau termakan gosip dan fitnah.

Ia percaya Erisya, dan juga Rani hanya saja ia terlalu shock akan kepergian Rani yang tiba-tiba, ia hanya ingin penjelasan.

"Gue bakal ceritain,"

Erisya memulai ceritanya membuat Winda menyimak dengan seksama ia ulang cerita di balik semak-semak itu, dimana Rani mengorbankan diri dengan dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa.

Rasa sesak tiba-tiba saja menyeruak di seluruh dada Winda kala ia tahu yang sebenarnya, ia tersenyum miris dengan sebulir bening yang lolos dari matanya.

"Rani tu bodoh, dia gadis terbodong yang gue temuin di dunia ini. Orang yang gak pernah mikir sama tindakannya sekalipun ngelawan peraturan." ujar Winda ia menghapus kasar air matanya.

"gak seharusnya gue nangisin dia, dia bego mau aja berkorban kayak gitu. Gue susul tau rasa lo!" lanjutnya di sambung kekehan ringan.

Erisya diam, ia bingung harus apa ia merasa bersalah telah menceritakan ini pada Winda tapi jika tak di ceritakan Winda akan memarahinya.

"Win.. Lo gak papa?" tanyanya ragu.

"gue gak papa kok, santai. Gue cuma gak percaya aja, orang sekonyol Rani bisa bertindak sedewasa itu." jawaban Winda membuat Erisya semakin merasa bersalah di tambah Winda yang terus menerus mengeluarkan air mata di setiap katanya.

"kita.. Temuin yang lain yuk! Mereka pasti nungguin kita." ajak Erisya ia berusaha mengalihkan topik.

Winda mengangguk, mereka berdua meninggalkan ruangan dan berjalan menuju di mana semua orang berkumpul.

Erisya menepuk jidat kala ia lihat kedua curutnya tengah bemain air, siapa lagi kalo buka Arabella dan Nazya.

Kedua orang itu tengah basah-basahan di pinggir kolam renang dengan kaki yang masuk ke dalam kolam. Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Erisya bergegas ia menarik kedua temannya untuk naik.

"apasih Cha! Orang lagi seru lo mah." Nazya protes meski dengan baju yang setengah basah.

"iyanih, seru tau cha mending ikutan." timpal Arabella sembari merangkul Erisya meski tak sampai karena Erisya tetap lebih tinggi.

"enggak! Kalian mau ganti baju pake apa coba? Barang-barang kita gak ada semua! Tas kita ketinggalan di deket warung inget lo?!" sewot Erisya membuat keduanya menyengir lebar.

Tarik nafas, buang. Itulah yang Erisya lakukan kala keduanya bemar-benar mode anak kecil, Tuhan Erisya lelah.

"iyadeh, iya.. Maaf." keduanya berucap pasrah dan berjalan untuk berkumpul dengan yang lain.

Study TourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang