V [ BONUS CHAPTER ]

21 4 5
                                    

Dua brankar di bawa keluar dari ruangan serba putih itu jasad Erisya dan Luki berada di atasnya menuju sebuah ruangan dimana jasad lainnya termasuk Rafael ada di sana.

Raika tersenyum puas setelah melihat Erisya yang tak bernyawa di bawah sana, saat ini dirinya berada di ruangan khusus yang di tunjukan Rizal.

Sementara di bawah sana sudah penuh oleh isak tangis dari kedua orang tua Erisya, yaitu Evelly dan Yanas.

Ada juga salah seorang profesor yang bekerja di sana menangis bisu setelah melihat brankar yang membawa Luki keluar dari ruangan itu.

Profesor itu adalah, Arman Indra. Seoerang profesor terhormat yang di segani semua orang atas kepintarannya dan prinsip nya yang selalu membela kejujuran.

Dia juga orang di garis terdepan yang menentang uji coba ilegal ini. Dan pria ini adalah ayah dari Lukman Indra yang kita kenal sebagai Luki.

"Luki.. Nak, kamu mau ninggalin ayah? Kenapa? Ayah punya salah apa sama kamu? Setelah ibu ninggalin ayah apa kamu juga mau ninggalin ayah nak?" Arman mengguncang tubuh Luki yang berada di atas brankar.

Arman terdiam, ia menunduk. Sekali lagi ia harus kehilangan orang yang di cintainya, setelah istrinya yang belum lama pergi kini putra bungsunya juga ikut meninggalkannya.

Kenapa tuhan begitu jahat pada takdirnya? Tapi mau sekeras apapun ia menolak, takdir tertaplah takdir yang tak akan bisa ia hindari.

"oke kalo itu mau kamu, ayah gak akan ngehalangin jalan kamu. Asal kamu harus janji, di atas sana kamu harus ketemu sama ibu. Janji ya?" ujar Arman, setelahnya dengan segala duka di dalam dada ia mengantar Luki ke tempat yang seharusnya.

"kaka bohong sama mamah, katanya mau pulang tapi kenapa malah kayak gini? Kaka sayang sama temen-temen kaka tapi gak sayang sama mamah!" Evelly berbicara di hadapan raga putri sulungnya.

"kalo waktu tour mamah gak bisa anterin kamu, kali ini ijinin mamah nganter kamu kak.. Maaf kalo terkadang mamah kasar atau terlalu tegas sama kamu. Mamah sayang sama kamu." Evelly mengecup kening putrinya yang kni terpejam dengan kedua bibir terangkat, Erisya bahkan tersenyum meski dia sudah pergi.

Keluarga  Rafael juga sama berdukanya, bahkan saat ini Gerrel tengah memeluk istrinya yang sejak tadi tak berhenti menangis.

"kamu bohong sama mamah Rafael! Kamu janji sama mamah buat nyambut kepulangan abang kamu bentar lagi, tapi kenapa?!! Kenapa kamu ninggalin mamah!!" itu teriakan terakhir sebelum ibu dari Rafael ini tak sadarkan diri.

Dan seakan mendukung peristiwa hari itu awan gelap menyelimuti gedung kehidupan serta hujan lebat yang turun.





4 tahun kemudian....






"mereka bertiga pun beristirahat dengan damai, tak lagi merasakan sakitnya dunia dan kejamnya kehidupan."

Semilir angin menerpa wajah gadis itu, ia tersenyum sembari menutup bukunya sebuah buku dengan judul "Kenangan bersama mereka yang tersayang."

"ibu guru, ibu guru, sekarang teman-teman ibu itu ada dimana?" seorang gadis kecil dengan seragam yang masih lengkap bertanya pada bu guru di hadapannya.

"mereka pergi ke tempat yang indah, dan aman." jawab ibu guru itu.

"ibu rindu tidak sama mereka?" tanya gadis kecil yang lainnya.

Bu guru itu tersenyum dan menjawab dengan suara lembut.

"ibu selalu merindukan mereka, terutama gadis yang kuat di dalam cerita itu."

Jawaban sang guru membuat yang lain mengangguk hingga beberapa saat kemudia seorang wanita dengan usia yang tak jauh dari bu guru itu mendekat.

"bu guru Mae, orang tua murid sudah menjemput. Saya akan mengantarkan mereka ke luar, ibu bisa bersiap untuk pergi kesana. Ini tanggalnya kan?" ujar wanita itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Study TourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang